BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam kehidupan anak ada dua
proses yang beroperasi secara kontinu, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.
Banyak orang yang menggunakan istilah pertumbuhan dan perkembangan secara
bergantian. Kedua proses ini berlangsung secara interdependensi, artinya saling
bergantung satu sama lain. Kedua proses ini tidak bisa dipisahkan dalam
bentuk-bentuk yang secara pilah berdiri sendiri-sendiri, akan tetapi bisa
dibedakan untuk maksud lebih memperjelas penggunaannya.
Karena pertumbuhan dan
perkembangan peserta didik dilihat dari tahapan tersebut memiliki kesinambungan
yang begitu erat dan penting untuk dibahassama dengan faktor-faktor dasar
perkembangan peserta didik perlu diketahui agar perkembangan peserta didik
dapat diketahui oleh pengajar seperti emosional, kecerdasan, sosial dan bahasa
dapat dikembangkan kearah yang lebih baik lagi.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan
perkembangan?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan?
3. Apa saja periodesasi dan dan ciri perkembangan?
4. Bagaimana perkembangan menurut perspektif Islam?
5. Apakah yang dimaksud dengan perkembangan psiko-fisik
jiwa?
6. Apakah hubungan perkembangan dengan proses belajar?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud
dengan perkembangan.
2. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan.
3. Untuk mengetahui apa saja periodesasi dan dan ciri perkembangan.
4. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan menurut perspektif Islam.
5. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan perkembangan psiko-fisik
jiwa.
6. Untuk mengetahui hubungan perkembangan dengan proses belajar.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Perkembangan
Perkembangan dapa diartikan
sebagai perubahan yang sistematis, progresif, dan berkesinambungan dalam diri
seseorang sejak lahir hingga akhir hayatnya.
Perkembangan juga dapat
didefinisikan sebagai pemunculan hal
yang baru.[1]
Atau bisa juga diartikan sebagai suatu perubahan-perubahan yang dialami oleh
individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya yang
berlangsung secara sistematis, dan berkesinambungan.[2]
Pengertian sistematis dalam
pengertian diatas adalah bahwa perubahan dalam perkembangan itu bersifat saling
bergantung dan memengaruhi antara satu bagian dan bagian lainnya, baik fisik
maupun psikis, dan merupakan satu kesatuan yang harmonis. Sebagai contoh,
kempuan jalan seseorang terjadi seiring dengan kesiapan otot-otot kaki. Contoh
lain adalah kemampuuan berbicara. Kemampuan ini sejalan dengan tingkat
perkembangan intelektual atau kognitifnya.
Adapun pengertian progresif adalah
perubahan yang terjadi bersifat maju, meningkat dan meluas, baik secara
kuantitatif maupun kualitatif. Sebagai contoh, perubahan proporsi dan ukuran
fisik seseorang dari pendek menjadi tinggi dan dari kecil menjadi besar. Contoh
lain adalah perubahan pengetahuan dan keterampilan seseorang dari sederhana
sampai kepada yang rumit.
Pengertian berkesinambungan adalah
perubahan pada bagian atau fungsi organisme seseorang berlangsung secara
beraturan atau berurutan. Sebagai contoh kemampuan berdiri didahului oleh
tahapan perkembangan sebelumnya, yaitu kemampuan duduk dan merangkak.
Salah satu aspek pokok dari
perkembangan adalah pertumbuhan (growth), yaitu proses berlangsungnya
sejumlah perubahan jasmani pada diri seseorang dengan meningkatnya umur, sampai
kejasmanian telah terbentuk sepenuhnya. Pertumbuhan berlangsung sejak terjadi
pembuahan dan menyumbangkan struktur jasmaniah yang memungkinkan perkembangan
mental/psikis, yang meliputi aspek perkembangan kognitif, perkembangan konatif,
perkembangan afektif, perkembangan sosial, dan perkembangan motorik.
Perkembangan kognitif meliputi
peningkatan pengetahuan serta pemahaman, yang sering juga disebut perkembangan
intelektual, dan perluasan kemampuan berbahasa. Sebagai contoh, seorang anak
mulai mengenal benda-benda tertentu yang dapat dipakai sebagai tempat duduk.
Kemudian, anak ini mulai mengerti bahwa ada variasi ukuran dan warna sebuah
benda itu dengan sejumlah ciri yang sama antara benda-benda itu. Dengan
demikian, anak memperoleh suatu konsep yang mencakup semua benda itu dan
mengenal serta menggunakan kata yang menjadi namanya, yaitu kursi.
Perkembangan intelektual atau
peningkatan pengetahuan dikaitkan dengan cara anak memperoleh, mengolah, dan
mengorganisasi informasi dalam berbagai tahap perkembangannya. Jean Piaget
adalah pelopor penelitian tentang fase-fase cara berfikir anak selama
tahun-tahun perkembangannya sampai ia mampu berfikir menurut cara orang dewasa.
Piaget menyebutkan bahwa
perkembangan intelektual bersumber pada dua kecenderungan dasar, yaitu
kecenderungan untuk mengadakan organisasi dan kecenderungan untuk beradaptasi.
Kecenderungan yang pertama mengandung kemampuan untuk menghubungkan unsur yang
satu dengan unsur yang lain, sehingga tercipta satuan-satuan yang bermakna dan
lahirlah strukur-struktur yang semakin kompleks. Sebagai contoh mula-mula
seorang bermain dengan seekor kucing dan seekor kelinci yang sama-sama berwarna
putih. Kemudian, anak tersebut berkenalan dengan binatang-binatang lain yang
sama berwarna putih, namun ada yang berkaki empat dan berkaki dua. Lambat laun,
anak tersebut melihat kesamaan antara semua hewan itu dalam hal berwarna
putih, dalam hal berkaki empat dan
berkaki dua, dan iapun mengangkap perbedaan antara berwarna putih dan berwarna
hitam umpamanya. Akhirnya, terbentuklah satuan-satuan atau struktur yang
bersifat mental dalam alam pikirannya. Satuan atau struktur mental itu oleh Paiget
disebut skema. Lama-kelamaan, orang muda akan memiliki sejumlah skema yang
mewakili objek-objek yang dihadapi dan memungkinkan untuk berfikir tentnag
orang, benda, dan kejadian dalam kehidupan sehari-hari.
Kecenderungan yang kedua
(adaptasi) mengandung kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan.
Adaptasi ini berlangsung dalam dua cara, yaitu asimilasi dan akomodasi. Dalam
asimilasi, seorang anak misalnya menerapkan skema yangdimiliki terhadap objek
baru yang dihadapinya sehingga pengalaman baru dapat diberi tempat dalam
keseluruhan dunia mental yang sudah dibangun sendiri. Contohnya adalah seorang
anak menjumpai seekor kucing yang bulunya lebat dan panjang. Ia belum pernah
melihat kucing dari jenis itu, tetapi ia dapat menempatkan dalam skema kucing
yang telah dimilikinya berdasarkan ciri-ciri yang menonjol. Dalam akomodasi,
anak mengubah skema yang dimilikinya karena objek baru yang dijumpainya tidak
diberi tempat, skema yang ada tidak cocok. Misalnya, anak kecil berjumpa dengan
seekor domba yang berbulu putih seperti kucing, namun badannya lebih besar dari
kucing dan suaranya berbeda. Pengalaman barunya ini tidak bermakna baginya
kalau akan diberi tempat dalam skema kucing. Ia harus menciptakan struktur
mental yang baru atau membuat skema baru yang diberi nama domba.[3]
B. Faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan
Faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan diantaranya adalah:
1. Faktor Turunan (Warisan)
Turunan memiliki peranan penting dalam pertumbuhan
dan perkembangan anak. Ia lahir ke dunia ini membawa berbagai ragam warisan
yang berasal dari kedua ibu-bapak atau nenek dan kakek. Warisan (turunan atau
pembawaan) tersebut yang terpenting, antara lain bentuk tubuh, raut muka, warna
kulit, inteligensi, bakat, sifat-sifat atau watak dan penyakit.
Warisan atau turunan yang dibawa anak sejak
dari kandungan sebagian besar berasal dari kedua orang tuanya dan selebihnya
berasal dari nenek moyangnyadari kedua belah pihak (ibu dan ayahnya).
a. Bentuk tubuh dan warna kulit
Salah
satu warisan yang dibawa oleh anak sejak lahir adalah mengenai bentuk tubuh dan
warna kulit. Misalnya ada anak yang memiliki bentuk tubuh gemuk seperti ibunya,
wajah seperti ayahnya, rambut keriting dan berwarna kulit putih seperti ibunya.
b. Sifat-sifat
Sifat-sifat yang dimiliki oleh seseorang
adalah salah satu aspek yang diwarisi dari ibu, ayah, atau nenek dan kakek.
Bermacam-macam sifat yang dimiliki manusia, misalnya: penyabar, pemarah, kikir,
pemboros, hemat dan sebagainya.
c. Inteligensi
Inteligensi adalah kemampuan yang bersifat
umum untuk mengadakan penyesuaian terhadap suatu situasi atau masalah. Kemampuan
yang bersifat umum tersebut meliputi berbagai jenis kemampuan psikis seperti:
memahami, mengingat, berbahasa dan sebagainya.
d. Bakat
Bakat adalah kemampuan khusus yang menonjol
diantara berbagai jenis kemampuan yang dimiliki seseorang. Kemampuan khusus itu
biasanya berbentuk keterampilan atau suatu bidang ilmu, misalnya kemampuan
khusus (bakat) dalam bidang seni musik, seni suara, olahraga, matematika,
bahasa, ekonomi, tehnik, keguruan, sosial, agama dan sebagainya.
e. Penyakit atau cacat tubuh
Beberapa penyakit atau cacat tubuh bisa
berasal dari turunan, seperti penyakit kebutaan, syaraf, dan luka yang sulit
kering (darah yang terus mengalir). Penyakit yang dibawa sejak lahir akan terus
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak.
2. Faktor Lingkungan
Lingkungan sangat berperan dalam
pertumbuhan dan perkembangan anak. Lingkungan adalah keluarga yang mengasuh dan
membesarkan anak, sekolah tempat mendidik, masyarakat tempat anak bergaul juga
bermain sehari-hari dan keadaan alam sekitar dengan iklimnya, flora, dan
faunanya.
Besar kecilnya pengaruh lingkungan
terhadap pertumbuhan dan perkembangannya tergantung pada keadaan lingkungan
anak itu sendiri serta jasmani dan rohaninya.
a. Keluarga
Keluarga tempat anak diasuh dan
dibesarkan berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangannya, terutama
keadaan ekonomi rumah tangga serta tingkat kemampuan orang tua dalam merawat
yang sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan jasmani anak. Contohnya anak
yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga berada umumnya sehat dan cepat
pertumbuhan badannya dibandingkan dengan anak dari keluarga yang tak
mampu(miskin.)
b. Sekolah
Sekolah merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak terutama untuk
kecerdasaanya. Contohnya anak yang tamat dari sekolah tinggi akan berbeda pola
pikirnya dengan orang yang tidak bersekolah.
c. Masyarakat
Masyarakat adalah lingkungan
tempat tinggal anak. Anak-anak yang dibesarkan di kota berbeda pola pikirnya
dengan anak desa. Anak kota umumnya lebih bersikap dinamis dan aktif bila
dibandingkan dengan anak desa yang cenderung bersikap statis dan lamban.
d. Keadaan alam sekitar
Keadaan alam sekitar tempat anak
tinggal juga berpengaruh bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Keadaan alam
sekitar adalah lokasi tempat anak bertempat tinggal , di desa atau di kota,
tepi pantai atau pegunungan, desa terpencil atau dekat ke kota. Sebagai contoh,
anak desa lebih suka terhadap keadaan yang tenang atau agak sepi, sedangkan
anak kota menginginkan keadaan yang ramai.[4]
C. Periodesasi
dan ciri perkembangan
1. Periodesasi Perkembangan
Yang di maksud dengan
Periodesasi perkembangan yaitu pembagian seluruh masa perkembangan
seseorang ke dalam periode-periode tertentu. Pendapat-pendapat mengenai
periodesasi perkembangan secara garis besar dapat digolongkan menjadi tiga,
yaitu:
a. Periodesasi Biologis
Sekelompok ahli dalam membuat
penahapan mendasarkan diri pada keadaan atau proses biologis tertentu, diantara
yang berpendapat demikian misalnya Aristoteles, dan Maria Montessori
1) Menurut Aristoteles
Aristoteles membagi masa
perkembangan anak sejak lahir sampai dewasa itu dalam tiga tahap yang
masing-masing lamanya tujuh tahun.
Tahap I :
Umur 0 -7 tahun, disebut fase anak kecil atau masa bermain. Fase ini diakhiri
dengan pergantian gigi.
Tahap II : Umur 7-14 tahun, disebut fase
anak sekolah atau masa belajar yang dimulai dari tumbuhnya gigi. Periodesasi
perkembangan ini diakhiri ketika kelenjar kelamin mulai berfungsi.
Tahap III :
Umur 14 -21 tahun, disebut fase remaja atau masa pubertas, yakni masa peralihan
dari anak-anak menjadi dewasa. Periode
ini dimulai sejak berfungsinya kelenjar kelamin sampai seorang anak memasuki
usia dewasa.[5]
2) Menurut Maria Montessori
Dalam menentukan periodesasi
perkembangan, Maria Montessori mendasarkan atas kebutuhan vital seseorang, yang
menurutnya ditandai dengan usaha menyibukkan diri pada hal-hal tertentu.
Motessori mengemukakan empat periode perkembangan, yaitu:
a) Periode I, umur 0 -7 tahun, adalah
periode penangkapan dan pengenalan dunia luar melalui alat panca indera.
b) Periode II, umur 7-12 tahun,
adalah periode abstrak, di mana anak mulai mampu menilai perbuatan manusia atas
dasar konsepsi baik dan buruk, atau dengan kata lain ia telah mampu
mengabstraksikan nilai-nilai kehidupan.
c) Periode III, umur 12 -18 tahun,
adalah periode penemuan diri dan kepekaan, saat seorang anak telah menyadari
keberadaannya di tengah masyarakat.
d) Periode IV, umur 18 tahun ke atas,
adalah periode pendidikan tinggi, saat seseorang telah matang memasuki alam
kehidupan sebagai orang dewasa.[6]
b. Periodesasi Didaktis
Maksudnya adalah pembagian periode
perkembangan atas dasar klasifikasi waktu, materi, dan cara pendidikan untuk
anak-anak pada masa tertentu. Yang dimaksud tinjauan ini adalah dari
segi keperluan/materi apa kiranya yang tepat diberikan anak didik pada
masa-masa tertentu, serta memikirkan tentang kemungkinan metode yang paling
efektif untuk diterapkan di dalam mengajar atau mendidik anak pada masa
tersebut.
Menurut Comenius dipandang dari
segi pendidikan, pendidikan yang lengkap bagi seseorang berlangsung dalam empat
jenjang, yaitu:
1) Sekolah ibu (scola materna),
untuk anak-anak umur 0-6 tahun.
2) Sekolah bahasa ibu (scola
vernacula), untuk anak-anak umur 6-12 tahun.
3) Sekolah latin (scola latins),
untuk remaja umur 12-18 tahun.
4) Akademi (academia), untuk
pemuda-pemuda umur 18-24 tahun, saat ini seseorang memasuki perguruan tinggi
c. Periodesasi Psikologis
Periodesasi psikologis, maksudnya
adalah pembagian masa perkembangan atas dasar keadaan dan ciri-ciri khas
kejiwaan anak pada periode tertentu. Para ahli membahas gejala perkembangan jiwa
anak, berorientasi dari sudut pandang psikologis, mereka tidak lagi
mendasarkan pada sudut biologis atau didaktis lagi. Sehingga mengembalikan
permasalahan kejiwaan dalam kedudukannya yang murni.
Pembagian semacam ini, antara lain
ialah:
1) Menurut Oswald Kroh
Dengan menitikberatkan terjadinya
kegoncangan psikis pada diri seseorang. Kroh menyusun periodesasi perkembangan
sebagai berikut:
a) Umur 0 - 3 tahun, disebut masa
trots (kegoncangan) pertama, atau masa kanak-kanak awal.
b) Umur 3 - 13 tahun, disebut masa
trots kedua, yaitu masa keserasian anak untuk memasuki sekolah.
c) Umur 13 - akhir remaja, disebut
masa trots ketiga, atau masa kematangan seseorang.
2) Menurut J. Havighurst
Berpangkal dari analisis perubahan
psikis seseorang, menurut Havighurst, periodesasi perkembangan dapat disusun
sebagai berikut:
a) Umur 0 - 6 tahun, adalah masa
infancy and early childhood, masa bayi dan masa anak kecil.
b) Umur 6 - 12 tahun, adalah masa
middle childhood, masa kanak-kanak, atau masa sekolah.
c) Umur 12 - 18 tahun, adalah masa adolescence,
atau masa remaja.
d) Umur 18 - 30 tahun, adalah masa
early adulthood, yaitu masa dewasa awal.
e) Umur 30 - 50 tahun, adalah masa
middle age, atau masa setengah baya, masa dewasa lanjut.
f) Umur 50 tahun keatas, adalah masa
old age, yaitu masa lanjut usia, atau masa tua.
2. Ciri-ciri Perkembangan
Secara umum, ciri-ciri perkembangan adalah:
a. Terjadinya perubahan dalam aspek
fisik (misalnya tinggi dan berat badan) dan aspek psikis (misalnya bertambahnya
perbendaharaan kata dan matangnya kemampuan berpikir)
b. Terjadinya perubahan dalam
proporsi menyangkut aspek fisik (proporsi tubuh anak sesuai dengan fase
perkembangannya) dan aspek fpsikis (misalnya perubahan imajinasi dari fantasi
menuju realitas)
c. Menghilangnya tanda-tanda fisik
dan psikis yang lama (misalnya hilangnya rambut-rambut halus dan gigi gusi,
hilangnya masa mengoceh dan merangkak)[7]
d. Diperolehnya tanda-tanda baru,
baik fisik (misalnya pergantian gigi) maupun psikis (misalnya berkembangnya
rasa ingin tahu)[8]
D. Perkembangan
menurut perspektif Islam
Perkembangan menurut Islam
memiliki kesamaan objek studi dengan psikologi perkembangan pada umumnya, yaitu
proses pertumbuhan dan perubahan manusia. jika psikologi perkembangan membatasi
penelitiannya dari konsepsi sampai kematian, maka perkembangan menurut
perspektif Islam dapat memperluas ruang lingkup penelitiannya pada kehidupan
yang bersifat transedental, termasuk kehidupan setelah mati. Dan secara
fundamental memandang manusia sesuai dengan citranya sebagai khalifah Allah di
muka bumi, seperti yang diterangkan dalam Alquran dan hadist. Jadi perkembangan
menurut perspektif Islam merupakan kajian atas proses pertumbuhan dan perubahan
manusia yang menjadikan Alquran dan Hadist sebagai landasan berpikirnya.
E. Perkembangan
psiko-fisik siswa
Sebagian ahli menganggap perkembangan sebagai proses yang berbeda dari
pertumbuhan. Menurut mereka, berkembang itu tidak sama dengan tumbuh, begitupun
sebaliknya. Perkembangan ialah proses perubahan kualitatif yang mengacu pada
mutu fungsi organ-organ jasmaniah, bukan organ-organ jasmaniahnya itu sendiri.
Dengan kata lain, penekanan arti perkembangan itu terletak pada penyempurnaan
fungsi psikologis yang disandang oleh organ-organ fisik. Perkembangan akan
berlanjut terus hingga manusia mengakhiri hayatnya. Sementara itu, pertumbuhan
hanya sampai manusia mencapai kematangan fisik.
Pembahasan mengenai perkembangan
psiko-fisik siswa pada bagian ini akan memfokuskan pada proses-proses
perkembangan yang dipandang memiliki keterkaitan langsung dengan kegiatan belajar
siswa. Proses-proses perkembangan tersebut terdiri dari tiga, yaitu:
1. Perkembangan fisik siswa (motor
development)
Dalam psikologi,
kata motor digunakan sebagai istilah yang menunjukkan pada hal,
keadaan, dan kegiatan yang melibatkan otot-otot dan gerakan-gerakannya, juga
kelenjar-kelenjar dan sekresinya (pengeluaran cairan/getah). Motor dapat pula
dipahami sebagai segala keadaan yang meningkatkan atau menghasilkan
stimulasi/rangsangan terhadap kegiatan organ-organ fisik.
Ada empat faktor yang yang mendorong
kelanjutan perkembangan motor skills anak yang juga memungkinkan
campur tangan orang tua dan guru dalam mengarahkannya, yaitu:
a. Pertumbuhan dan perkembangan
sistem syaraf (nervous system). Sistem syaraf adalah organ halus dalam tubuh
yang terdiri atas struktur jaringan serabut syaraf yang sangat halus yang
berpusat di central nervous system. Pertumbuhan syaraf dan
perkembangan kemampuannya membuat intelegensi (kecerdasan) anak meningkat dan
mendorong timbulnya pola-pola tingkah laku baru. Semakin baik perkembangan
kemampuan sistem syaraf seorang anak akan semakin baik dan beraneka ragam pula
pola-pola tingkah laku yang dimilikinnya. Namun uniknya, berbeda dengan organ
tubuh lainnya, organ system apabila rusak tak dapat diganti atau tumbuh lagi.
b. Pertumbuhan otot-otot. Otot adalah
jaringan sel yang dapat berubah memanjang dan juga sekaligus merupakan unit
atau kesatuan sel yang memiliki daya mengkerut. Di antara fungsi-fungsi
pokoknya ialah sebagai pengikat organ-organ lainnya dan sebagai jaringan pembuluh
yang mendistribusikan sari makanan (Reber, 1988).
Peningkatan tonus (tegangan otot) anak dapat menimbulkan perubahan
dan peningkatan aneka ragam kemampuan dan kekuatan jasmaniny. Perubahan ini
tampak sangat jelas pada anak yang sehat dari tahun ke tahun dengan semakin
banyaknya keterlibatan anak tersebut dalam permainan yang bermacam-macam atau
dalam membuat kerajinan tangan semakin meningkat kualitasnya dari masa kemasa.
c. Perkembangan dan perubahan fungsi
kelenjar-kelenjar endokrin (endocrine glands). Kelenjar adalah alat tubuah yang
menghasilkan cairan atau getah, seperti kelenjar keringat. Selanjutnya,
kelenjar endokrin secara umum merupakan kelenjar dalam tubuh yang memproduksi
hormon yang disalurkan ke seluruh bagian dalam tubuh melalui aliran darah.
d. Perubahan struktur jasmani.
Semakin meningkat usia anak akan semakin meningkat pula ukuran tinggi dan bobot
serta proporsi (perbandingan bagian) tubuh pada umumnya. Perubahan jasmani ini
akan banyak berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan dan kecakapan motor
skills anak. Kecepatan berlari, kecepatan bergerak, kecermatan menyalin
pelajaran, dan sebagainnya akan meningkat seiring dengan proses penyempuenaan
struktur jasmani siswa.
2. Perkembangan kognitif (cognitir
development)
Sebagian besar psikolog terutama
kognitivis (ahli psikologi kognitif) berkeyakinan bahwa proses perkembangan
kognitif manusia mulai berlangsung sejak ia baru lahir. Bekal moral dasar
perkembangan manusia, yakni kapasitas motor dan kapasitas sensori seperti yang
telah diuraikan di muka, ternyata sampai batas tertentu, juga dipengaruhi oleh
aktivitas ranah kognitif.
3. Perkembangan sosial dan moral
(social and moral development)
Dalam proses-proses perkembangan
lainnya, proses perkembangan sosial dan moral siswa juga selalu berkaitan dengan
proses belajar. Konsekuensinnya, kualitas proses belajar (khususnya belajar
sosial) siswa tersebut, baik dilingkungan sekolah dan keluarga maupun
dilingkungan yang lebih luas. Ini bermakna bahwa proses belajar itu amat
menentukan kemampuan siswa dalam bersikap dan berperilaku sosial yang selaras
dengan norma dan moral agama, moral tradisi, moral hukum, dan norma moral yang
lainnya yang berlaku dalam masyarakat siswa yang bersangkutan.
Tokoh-tokoh psikologi telah banyak
melakukan penelitian dan pengkajian perkembangan sosial anak-anak usia sekolah
dasar dan menengah dengan penekanan khusus pada perkembangan moralitas mereka.
Maksudnya, setiap perkembangan sosial anak selalu dihubungkan dengan
perkembangan perilaku moral, yakni perilaku baik dan buruk menurut norma-norma
yang berlaku dalam masyarakat.
F. Hubungan
perkembangan dengan proses belajar
Program pengajaran di sekolah yang
baik adalah yang mampu memberikan dukungan besar kepada para siswa dalam
menyelesaikan tugas-tugas perkembangan mereka. Sehubungan dengan ini, setiap
guru sekolah selayaknya memahami seluruh proses dan tugas perkembangan manusia,
khususnya yang berkaitan dengan masa prayuwana dan yuwana, yakni anak-anak dan
remaja yang duduk di sekolah-sekolah dasar dan menengah. Pengetahuan mengenai
proses perkembangan dengan aspeknya itu sangat banyak manfaatnya, antara lain:
1. Guru dapat memberikan layanan
bimbingan yang tepat kepada para siswa, relevan dengan tingkat perkembangannya.
2. Guru dapat mengantisipasi
kemungkinan timbulnya kesulitan belajar siswa lalu segera mengambil langkah
yang tepat untuk menanggulanginya.
3. Guru dapat mempertimbangkan waktu
yang tepat untuk memulai aktivitas proses mengajar-belajar bidang studi
tertentu.
4. Guru dapat menemukan dan
menetapkan tujuan-tujuan pengajaran standar kompetensi (SK) dan kompetensi
dasar (KD) untuk materi atau pokok bahasan yang akan disajikan.[9]
Ranah psikologis siswa yang
terpenting adalah ranah kognitif. Ranah kejiwaan yang berkedudukan pada otak
ini dalam perspektif psikologi kognitif adalah sumber sekaligus pengendali
ranah-ranah kejiwaan lainnya, yakni ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
Tanpa ranah kognitif sulit
dibayangkan seorang siswa dapat berikir. Selanjutnya, tanpa kemampuan berfikir
mustahil siswa tersebut dapat memahami dan meyakini faidah materi-materi yang
disajikan kepadanya. Tanpa berfikir pula sulit bagi siswa untuk menangkap
pesan-pesan moral yang terkandung dalam materi pelajaran yang ia ikuti,
termasuk pelajaran agama. Sedangkan fungsi afektif dan psikomotorik seorang
siswa dipandang sebagai buah-buah keberhasilan atau kegagalan perkembangan dan
aktifitas fungsi kognitif.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan adalah suatu
perubahan-perubahan yang dialami oleh individu atau organisme menuju tingkat
kedewasaannya atau kematangannya yang berlangsung secara sistematis, dan
berkesinambungan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan diantaranya adalah faktor turunan (warisan) dan faktor lingkungan.
Periodesasi perkembangan setidaknya terdiri atas tiga hal, yaitu: Periodesasi biologis, Periodesasi didaktis dan
Periodesasi psikologis.
DAFTAR PUSTAKA
Fauzi, Ahmad,
Psikologi Umum, Bandung: Pustaka Setia, 1997
Hartati,
Netty, Islam dan Psikologi , Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005
Mahmud, Psikologi
Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2012
Suryabrata,
Sumadi, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010
[9] http://demamfiksi.blogspot.co.id/2015/09/perkembangan-dan-hubungannya-dengan.html (di akses tanggal 11 Oktober 2016 pukul
22.00)