Asas pendidikan memiliki arti hukum atau kaidah yang menjadi
acuan kita dalam melaksanakan kegiatan pendidikan.
Asas pendidikan merupakan suatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir, baik pada tahap perencanaan maupun pelaksanaan pendidikan
Khusu s di Indonesia, terdapat beberapa asas pendidikan yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan pendidikan itu. Diantara asas tersebut adalah Asas Tut Wuri Handayani, Asas Belajar Sepanjang Hayat, dan asas Kemandirian dalam belajar.
Asas pendidikan merupakan suatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir, baik pada tahap perencanaan maupun pelaksanaan pendidikan
Khusu s di Indonesia, terdapat beberapa asas pendidikan yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan pendidikan itu. Diantara asas tersebut adalah Asas Tut Wuri Handayani, Asas Belajar Sepanjang Hayat, dan asas Kemandirian dalam belajar.
1)
Asas Tut Wuri Handayani
Sebagai asas pertama, tut wuri handayani merupakan inti dari sitem Among perguruan. Gagasan yang mula-mula dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara seorang perintis kemerdekaan dan pendidikan nasional. Asas yang dikumandangkan oleh Ki Hajar Dewantara ini kemudian dikembangkan oleh Drs. R.M.P. Sostrokartono dengan menambahkan dua semboyan lagi, yaitu Ing Ngarso Sung Sung Tulodo dan Ing Madyo Mangun Karso. Tut Wuri Handayani mengandung arti pendidik dengan kewibawaan yang dimiliki mengikuti dari belakang dan memberi pengaruh, tidak menarik-narik dari depan, membiarkan anak mencari jalan sendiri, dan bila anak melakukan kesalahan baru pendidik membantunya . Gagasan tersebut dikembangkan Ki Hajar Dewantara pada masa penjajahan dan masa perjuangan kemerdekaan.
Sebagai asas pertama, tut wuri handayani merupakan inti dari sitem Among perguruan. Gagasan yang mula-mula dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara seorang perintis kemerdekaan dan pendidikan nasional. Asas yang dikumandangkan oleh Ki Hajar Dewantara ini kemudian dikembangkan oleh Drs. R.M.P. Sostrokartono dengan menambahkan dua semboyan lagi, yaitu Ing Ngarso Sung Sung Tulodo dan Ing Madyo Mangun Karso. Tut Wuri Handayani mengandung arti pendidik dengan kewibawaan yang dimiliki mengikuti dari belakang dan memberi pengaruh, tidak menarik-narik dari depan, membiarkan anak mencari jalan sendiri, dan bila anak melakukan kesalahan baru pendidik membantunya . Gagasan tersebut dikembangkan Ki Hajar Dewantara pada masa penjajahan dan masa perjuangan kemerdekaan.
Dalam era kemerdekaan gagasan tersebut serta merta diterima sebagai salah
satu asas pendidikan nasional Indonesia. Asas Tut Wuri Handayani memberi
kesempatan anak didik untuk melakukan usaha sendiri, dan ada kemungkinan
mengalami berbuat kesalahan, tanpa ada tindakan (hukuman) pendidik. Hal itu
tidak menjadikan masalah, karena menurut Ki Hajar Dewantara, setiap kesalahan
yang dilakukan anak didik akan membawa pidananya sendiri, kalau tidak ada
pendidik sebagai pemimpin yang mendorong datangnya hukuman tersebut. Dengan
demikian, setiap kesalahan yang dialami anak tersebut bersifat mendidik.
Sistem Among berkeyakinan bahwa guru adalah “pamong.” Sesuai dengan
semboyan Tut Wuri Handayani di atas, maka pamong atau guru di sini lebih cenderung
menjadi navigator peserta didik yang “diberi kesempatan untuk berjalan sendiri,
dan tidak terus menerus dicampuri, diperintah atau dipaksa” (Tirtarahardja,
1994: 120).
Atau dengan kata lain, Sistem
Among adalah cara pendidikan dengan maksud mewajibkan pada guru supaya
mengingati dan mementingkan kodrat para siswa dengan tidak melupakan segala
keadaan yang mengelilinginya. Asas
tut wuri handayani merupakan asas yang menegaskan bahwa setiap orang mempunyai
hak mengatur dirinya sendiri dengan memingat tertibnya persatuan dalam
perikehidupan umum.
2)
Asas Ing Ngarso Sungtolodo
(Asas Belajar Sepanjang Hayat)
Ing ngarso mempunyai arti di depan / di muka, Sun berasal dari kata Ingsun yang artinya saya, Tulodo berarti tauladan. Jadi makna Ing Ngarso Sun Tulodo adalah menjadi seorang pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan bagi orang-orang disekitarnya. Sehingga yang harus dipegang teguh oleh seseorang adalah kata suritauladan. Dalam ajaran Ki Hajar yang pertama ini menggambarkan situasi dimana seorang pendidik-guru, adalah seorang pemimpin yang harus mampu memberikan suri tauladan bagi anak didiknya.
Ing ngarso mempunyai arti di depan / di muka, Sun berasal dari kata Ingsun yang artinya saya, Tulodo berarti tauladan. Jadi makna Ing Ngarso Sun Tulodo adalah menjadi seorang pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan bagi orang-orang disekitarnya. Sehingga yang harus dipegang teguh oleh seseorang adalah kata suritauladan. Dalam ajaran Ki Hajar yang pertama ini menggambarkan situasi dimana seorang pendidik-guru, adalah seorang pemimpin yang harus mampu memberikan suri tauladan bagi anak didiknya.
3) Asas Ing Madyo Mangunkarso (Asas
Kemandirian Dalam Belajar)
Ing Madyo Mangun Karso, Ing Madyo artinya di tengah-tengah, Membangun berarti membangkitan atau menggugah dan Karso diartikan sebagai bentuk kemauan atau niat. Jadi makna dari kata itu adalah seorang pendidik ditengah kesibukannya harus juga mampu membangkitkan atau menggugah semangat belajar anak didiknya. Ia harus bisa dan mampu memberikan inovasi-inovasi sekaligus motipasi kepada anak didiknya. Dalam kegiatan belajar mengajar, sedini mungkin dikembangakan kemandirian belajar itu dengan menghindari campur tangan dari guru, namun guru selalu siap untuk ulur tangan bila diperlukan.
a. Perwujudan asas kemandirian dalam belajar
pereujudan ini akan menempatkan guru dalam peran utama sabagai fasilitator dan motivator di samping peran-peran lain. Sebagai fasilitator, guru diharapkan menyediakan dan mengatur berbagai sumber belajar sedemikian sehingga memudahkan peserta didik berinteraksi dengan sumber-sumber tersebut. Sedangkan sebagai motivator, guru mengupayakan timbulnya prakarsa peserta didik untuk memanfaatkan sumber belajar itu.
Pengaplikasian asas ing madyo mangunkarso di sekolah adalah kegiatan intra dan ekstrakulikuler, menerapkan sistem CBSA(cara belajar siswa aktif) di sekolah, dan memanfaatkan PSB (pusat sumber belajar) yang telah tersedia di sekolah.
Ing madyo mangunkarso juga dapat diibaratkan seperti pepatah : guru kencing berdiri, murid kencing berlari.
b. Agenda besar pendidikan di Indonesia
Mungkin inilah agenda besar pendidikan di Indonesia, yakni manusia Indonesia yang belajar sepanjang hayat. Konsep belajar sepanjang hayat sendiri telah didefinisikan dengan sangat baik oleh UNESCO Institute for Education, lembaga di bawah naungan PBB yang terkonsentrasi dengan urusan pendidikan. Belajar sepanjang hayat merupakan pendidikan yang harus ;
· meliputi seluruh hidup setiap individu,
· mengarah kepada pembentukan, pembaharuan, peningkatan, dan penyempurnaan secara sistematis,
· tujuan akhirnya adalah mengembangkan penyadaran diri setiap indiviu, dan
· mengakui kontribusi dari semua pengaruh pendidikan yang mungkin terjadi (Cropley, 1970: 2-3, Sulo Lipu La Sulo, 1990: 25-26, dan Tirtarahardja, 1994: 121).
Jika diterapkan dalam sistem pendidikan yang berlaku saat ini, maka pendekatan yang sangat mungkin digunakan untuk mencapai tujuan ini adalah melalui pendekatan “Pembalajaran dan Pengajaran Kontekstual.” Sedang dalam konteks pendidikan di Indonesia, konsep “Pembelajaran dan Pengajaran Kontekstual” sedikit banyak telah termanifestasi ke dalam sistem Kurikulim Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Selain KTSP – yang notabene merupakan bagian dari pendidikan formal, maka Asas Belajar sepanjang Hayat juga termanifestasi dalam program pendidikan non-formal, seperti program pemberantasa buta aksara untuk warga Indonesia yang telah berusia lanjut, dan juga program pendidikan informal, seperti hubungan sosial dalam masyarakat dan keluarga tentunya.
4). Perbedaan masing-masing asas dalam kegiatan pendidikan
a. Asas Tut Wuri Handayani
Asas Tut Wuri Handayani mempunyai prinsip pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik dalam menyampaikan ide-idenya ketika dalam proses pembelajaran. Pendidik hanya mendorong dan mempengaruhi peserta didik dari belakang, jika peserta didik mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan idenya, barulah pendidik turut membantunya.
b. Asas Ing Ngarso Sungtolodo (Asas Belajar Sepanjang Hayat)
Asas ini lebih menekankan bahwa setiap manusia itu berhak mendapatkan pendidikan yang layak dan sistematis untuk mendapatkan pengajaran, studi dan belajar kapan pun sepanjang hidupnya (long life education). Lingkungan juga turut mempengaruhi dalam belajar sepanjang hayat dari mulai lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
c. Asas Ing Madyo Mangunkarso (Asas kemandirian dalam belajar)
Asas ini lebih menekankan bahwa siswa dituntut untuk aktif sendiri dalam kegiatan belajar tanpa ada bimbingan lagi dari seorang guru. Dalam asas ini peran guru hanyalah sebagai fasitilator. Namun namun guru selalu siap untuk ulur tangan apabila diperlukan
Ing Madyo Mangun Karso, Ing Madyo artinya di tengah-tengah, Membangun berarti membangkitan atau menggugah dan Karso diartikan sebagai bentuk kemauan atau niat. Jadi makna dari kata itu adalah seorang pendidik ditengah kesibukannya harus juga mampu membangkitkan atau menggugah semangat belajar anak didiknya. Ia harus bisa dan mampu memberikan inovasi-inovasi sekaligus motipasi kepada anak didiknya. Dalam kegiatan belajar mengajar, sedini mungkin dikembangakan kemandirian belajar itu dengan menghindari campur tangan dari guru, namun guru selalu siap untuk ulur tangan bila diperlukan.
a. Perwujudan asas kemandirian dalam belajar
pereujudan ini akan menempatkan guru dalam peran utama sabagai fasilitator dan motivator di samping peran-peran lain. Sebagai fasilitator, guru diharapkan menyediakan dan mengatur berbagai sumber belajar sedemikian sehingga memudahkan peserta didik berinteraksi dengan sumber-sumber tersebut. Sedangkan sebagai motivator, guru mengupayakan timbulnya prakarsa peserta didik untuk memanfaatkan sumber belajar itu.
Pengaplikasian asas ing madyo mangunkarso di sekolah adalah kegiatan intra dan ekstrakulikuler, menerapkan sistem CBSA(cara belajar siswa aktif) di sekolah, dan memanfaatkan PSB (pusat sumber belajar) yang telah tersedia di sekolah.
Ing madyo mangunkarso juga dapat diibaratkan seperti pepatah : guru kencing berdiri, murid kencing berlari.
b. Agenda besar pendidikan di Indonesia
Mungkin inilah agenda besar pendidikan di Indonesia, yakni manusia Indonesia yang belajar sepanjang hayat. Konsep belajar sepanjang hayat sendiri telah didefinisikan dengan sangat baik oleh UNESCO Institute for Education, lembaga di bawah naungan PBB yang terkonsentrasi dengan urusan pendidikan. Belajar sepanjang hayat merupakan pendidikan yang harus ;
· meliputi seluruh hidup setiap individu,
· mengarah kepada pembentukan, pembaharuan, peningkatan, dan penyempurnaan secara sistematis,
· tujuan akhirnya adalah mengembangkan penyadaran diri setiap indiviu, dan
· mengakui kontribusi dari semua pengaruh pendidikan yang mungkin terjadi (Cropley, 1970: 2-3, Sulo Lipu La Sulo, 1990: 25-26, dan Tirtarahardja, 1994: 121).
Jika diterapkan dalam sistem pendidikan yang berlaku saat ini, maka pendekatan yang sangat mungkin digunakan untuk mencapai tujuan ini adalah melalui pendekatan “Pembalajaran dan Pengajaran Kontekstual.” Sedang dalam konteks pendidikan di Indonesia, konsep “Pembelajaran dan Pengajaran Kontekstual” sedikit banyak telah termanifestasi ke dalam sistem Kurikulim Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Selain KTSP – yang notabene merupakan bagian dari pendidikan formal, maka Asas Belajar sepanjang Hayat juga termanifestasi dalam program pendidikan non-formal, seperti program pemberantasa buta aksara untuk warga Indonesia yang telah berusia lanjut, dan juga program pendidikan informal, seperti hubungan sosial dalam masyarakat dan keluarga tentunya.
4). Perbedaan masing-masing asas dalam kegiatan pendidikan
a. Asas Tut Wuri Handayani
Asas Tut Wuri Handayani mempunyai prinsip pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik dalam menyampaikan ide-idenya ketika dalam proses pembelajaran. Pendidik hanya mendorong dan mempengaruhi peserta didik dari belakang, jika peserta didik mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan idenya, barulah pendidik turut membantunya.
b. Asas Ing Ngarso Sungtolodo (Asas Belajar Sepanjang Hayat)
Asas ini lebih menekankan bahwa setiap manusia itu berhak mendapatkan pendidikan yang layak dan sistematis untuk mendapatkan pengajaran, studi dan belajar kapan pun sepanjang hidupnya (long life education). Lingkungan juga turut mempengaruhi dalam belajar sepanjang hayat dari mulai lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
c. Asas Ing Madyo Mangunkarso (Asas kemandirian dalam belajar)
Asas ini lebih menekankan bahwa siswa dituntut untuk aktif sendiri dalam kegiatan belajar tanpa ada bimbingan lagi dari seorang guru. Dalam asas ini peran guru hanyalah sebagai fasitilator. Namun namun guru selalu siap untuk ulur tangan apabila diperlukan
0 comments:
Posting Komentar