Social Icons

Jumat, 08 April 2016

SEJARAH DESA SENURO

BAB I

PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
      Tanah air adalah tempat (wilayah) kelahiran kita. Disana kita tumbuh berkembang dengan mencari rezeki, bertahan hidup, dan sebagainya.
Tanah air (wilayah) dihuni oleh beberapa kelompok yang terdiri dari beberapa anggota (individu). Mereka saling berinteraksi, bekerjasama dan bergotong groyong dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Yang namanya tanah air/suatu wilayah tidak terlepas dari asal usul berdirinya. Seperti halnya wilayah Indonesia  yang pernah dijajah selama 350 tahun dan dengan kerja kelas, doa para pejuang Indonesia bertekad untuk merebut kemerdekaan meskipun dengan harta bahkan nyawa. Semangat patritisme mereka berkobar- kobar dalam menghadapi penjajah.
Pada sekarang ini, kita tidak perlu lagi mengerbankan nyawa untuk merebut kemerdekaan tapi, kita sebagai generasi muda menghargai pengorbanan  para pejuang dan mengisi kemerdekaan sekarang ini seperti belajar dengan sungguh-sungguh menghindari pergaulan bebas, terutama mengetahui asal-usul tempat tinggal kita.
Sebagai seorang pelajar wajiblah bagi kita untuk mengetahui, memahami, dan meneliti asal muasal tempat kelahiran kita supaya kita mengetahui jati diri kita yang sebenarnya oleh karena itulah, pada kesempatan ini kami mencoba menelusuri tentang  “SEJARAH DAN ASAL MULA DESA SENURO”.
           
B.     RUMUSAN MASALAH
      Berdasarkan uraian latar belakang diatas,maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.      Bagaimana asal-usul Desa Senuro?
2.      Kapan terbentuknya Desa Senuro?
3.      Mengapa dinamakan Desa Senuro?

C.     TUJUAN PENELITIAN
            Penelitian ini bertujuan:
a.       Untuk mengetahui asal-usul terbentuknya Desa Senuro.
b.      Untuk mengetahui kapan terbentuknya Desa Senuro.
c.       Untuk mengetahui mengapa dinamakan Desa Senuro.








BAB II
PEMBAHASAN

A.    Sejarah Desa Senuro

Putri Pinang masak

Konon menurut ceritanya pada 350 tahun yang lalu, tersebutlah seorang putri yang bernama nafisa dan bergelar juga dengan "Putri pinang masak" putri  berasal dari banten (jabar) dan bermukim di empat ulu laut Palembang. Di palembang pada masa itu di pimpin oleh seorang raja yang lebih terkenal dengan sebutan "sunan" sunan ini terkenal mempunyai kegemaran dengan mengumpulkan gadis-gadis cantik untuk di jadikan dayang-dayang istana.[1]
Terdengarlah suatu berita yang sampai kepada sunan bahwa tepatnya di empat ulu laut  palembang ada seorang putri yang bernama nafisa dan bergelar "putri pinang masak" yang sangat cantik dan tiada tandingannya di seluruh kerajaan palembang serta menjadi pembicaraan hangat  para pemuda di seluru negeri sehingga bagi para pemuda berlomba-lomba untuk memiliki sang putri, konon menurut cerita kecantikan putri itu akhirnya sampai juga ke istana sunan, alkisah pada suatu ketika timbullah hasrat di hati sunan untuk mambuktikan cerita akan putri yang terkenal  cantik itu.[2]
Benarkah apa yang menjadi perhatian anak-anak muda pada waktu itu, timbullah hasrat  di hati sunan untuk melihat dari dekat akan putri itu dan kalau memang benar akan di jadikan sebagai dayang penamba dayang-dayang yang ada dalam istana dengan serta merta sunan Palembang langsung mengutus beberapa pengawal istana untuk menjemput putri pinang masak itu ke istana. Tentang berita istana ini, sebelum pengawal datang menemui putri pinang masak, sang putri sendiri sudah mengetahuinya lebih dahulu sehingga putri sangat  bersedih hati dan bermuram  durja.[3]
Putri sendiri  merasa dan berfikir bagaimana akal agar terhindar dari mala petaka yang menimpa dirinya. Sang putri pinang masak berpikir lebih baik mati dari pada menjadi dayang sunan. Untuk menghindar dari perintah sunan tidak bisa karena kekuasaan sunan sangat kuat dan mempunyai hulu balang dan pengawal yang sangat kuat dan gagah berani sedangkan putri pinang masak adalah seorang yang tak berdaya sama sekali di bandingkan kekuasaan sunan.
Sang putri dan keluarganya berpikir dan merenung akan nasibnya, maka timbullah suatu tipu muslihat untuk mengelabui istana di mana sebelum jemputan datang sang putri merebus jantung pisang setelah rebusan agak dingin lalu di mandikannya pada seluruh badan sang putri. Kemudian akibat dari air rebusan jantung pisang ini tubuh putri pinang masak menjadi hitam pekat, sehingga  kecantikannya menjadi pudar sama sekali. Bukan itu saja akan tetapi sangat kotor dan menjijikkan bagi orang yang melihatnya. Keadan demikian sengaja di biarkan putri sambil mengurung dirinya di dalam kamar tidur hingga jemputan istana tiba. Diwaktu tubuh sang putri buruk ini tiba-tiba datanglah pengawal istana untuk menjemput putri pinang masak guna menjalankan perintah sunan. Tatkala pengawal melihat rupa sang putri mereka sangat heran dan  ragu-ragu apakah benar orang tersebut adalah putri pinang masak yang kecantikannya menggemparkan seluruh negeri pada waktu itu. Pengawal  sudah terpikir untuk membawa sang putri ke istana mengingat perintah yang tak boleh di langgar akhirnya dapat juga sang putri di persembahkan kehadapan sunan ketika beliau melihat wajah sang putri yang dalam berita bukan main cantiknya dan beritanya tersebar luas ke seluruh pelosok negeri itu maka sunan pun sangat terkejut dan sangat murka dengan tidak berpikir panjang lagi dengan secara kasar di usirlah sang putri untuk meninggalkan istana seketika itu juga maka dengan bergegas sang putri pun meninggalkan istana, lalu kembali kerumahnya. Bagaimana senang dan gembiranya hati sang putri tak dapat di bayangkan karena tipu muslihatnya berhasil dengan baik.[4]
Alkisah menurut yang punya cerita putri pinang masak tak putus-putusnya dirundung kesedihan “Malang tak dapat di tolak mujur tak dapat diraih". Rupanya berita kecantikan putri pinang masak masih tetap tersebar luas di seluruh kalangan pemuda-pemuda dan selalu menjadi pembicaraan utama dan masing-masing berkeinginan untuk memilikinya, lebih-lebih pada anak raja. Konon kabarnya ada saja yang sampai tergila-gila. Hal ini pun akhirnya sampai juga ke istana dan langsung kepada sunan. Setelah mendengar berita tersebut sunan sendiri merasa tertipu dan dalam hatinya timbul hasrat untuk menyelidiki keadaan putri yang sebenarnya, karena atas  perintah sunan sendiri telah perna datang ke istana dan di usir oleh beliau secara kasar. Setelah beberapa lama para siasat menjalankan tugasnya dengan seksama, dan dengan susah paya akhirnya dapat membuktikan bahwa berita yang tersiar itu memang benar adanya. Dari hasil  penyelidikan dapat di ketahui bahwa putri pinang masak sangat cantik dan tiada tolak bandingnya diseluruh negeri dan juga disampaikan bahwa kala putri pinang masak di hadapkan kepada sunan beberapa waktu yang lalu sang putri meruba parasnya menjadi sangat buruk dan  menjijikan karena sang putri tidak suka dijadikan dayang.[5]
Dengan adanya laporan dari kepala siasat itu timbullah kemurkaan sunan yang amat sangat karena beliau merasa sangat tertipu oleh putri pinang masak. Kemudian segeralah diperintahkan hulu balang dan beberapa pengawal agar dengan secara paksa menangkap sanga putri dan membawanya ke istana. Adapun berita tentang penangkapan ini segera pula sampai di telinga sang putri. Bagaimana sedih dan pilunya hati sang putri pada waktu itu tidaklah dapat di bayangkan, sambil bermuram durja ia mendekati sahabatnya dan berpikir untuk berlindung bagaimana akal dan ikhtiarnya untuk dapat melepaskan diri dari tangkapan sunan.
Setelah berselang berapa saat di dapat suatu keputusan satu-satunya ialah melarikan diri. Pada suatu malam bersama-sama dengan dua orang sahabat yang setia dan dua orang pengawal berangkatlah mereka dengan sebuah perahu menuju sungai ogan. Berbulan-bulan mereka mengarungi sungai dan lebak dengan menghindari kejaran pengawal istana akhirnya sampailah mereka pada suatu lebak sangat luas yang telah di namakan lebak meranjat. Dan pada suatu teluk yang di namakan dengan teluk lebak rejang mereka di hadapkan ke teluk tersebut dan langsung melalui sebuah paya (payo/sungai) yang sangat jernih airnya. Pada suatu tempat dimana di perkirakan tak mungkin lagi dapat di temukan oleh pengawal istana mereka bermukim di tempat itu. Kedatangan sang putri di ketahui oleh penduduk di sekitarnya dan tiada lama tempat itu semakin ramai dan akhirnya menjadi sebuah dusun yang bernama dusun "SENURO". Nama ini di ambil dari nama sang putri karena sejak ia berdiam di tempat itu ia menyebut namanya putri  "SENURO".[6]
Putri pinang masak di tempat ini hidup bersama dua orang dayang satu orang disebut  dengan juru payung, satu orang lagi disebut dengan juru sire dan dua orang lagi pengwal yakni satu orang hulu baling dan satu orang lagi juru pedang. Dengan sangat ketat mereka bertekad akan menjaga sang putri sampai titik-titik darah penghabisan. Ditempat yang baru ini pun sang putri menjadi incaran para pemuda terutama anak orang yang terkemuka, dan di tempat yang baru inipun sang putri pinang masak mengajarkan beberapa kepandaiannya kepada gadis-gadis antara lain anyaman-anyaman seperti BAKUL dan sampai sekarang wanita-wanita dusun senuro masih sangat pandai dan mahir menganyam bakul ini. Dan konon menurut sebuah cerita  putri pinang masak ini pandai menganyam bakul yang tidak tembus oleh  air.[7]
Tidak berapa jauh dari tempat tinggal sang putri terdengarlah berita seorang pelarian dari palembang yang bernama ABDUL HAMID. Beliau adalah seorang ahli pertukangan kayu dan pengrajin pande mas. Di tempat ini beliau lebih terkenal dengan nama SANG SUNGGING. Abdul hamid juga mengajarkan beberapa keahlian kepada penduduk asli dan sampai sekarang ilmu pertukangan dan pande mas masih di miliki rakyat dan menjadi mata pencaharian sebagian besar panduduk di daerah ini. Sang sungging dan Putri pinang masak ini sering mengadakan pertemuan dan dalam pertemuan tertentu mereka sering menunjukkan keahlian masing-masing. Dan di ceritakan pada suatu hari pernah sang sungging ini minta masakan gulai pada sang putri pinang masak, lalu di masakkannyalah oleh sang putri, setelah gulai itu selesai di masak maka di buatkanlah oleh sang putri sebuah bakul bertudung untuk tempat gulai tersebut dan langsung di kirimkan kepada sang sungging. Dan setelah gulai itu sampai  pada sang sungging kemudian bakul gulai itu di bukanya dan ternyata isinya gulai yang di pesan tempo hari, betapa herannya beliau karena sedikit pun air gulai tersebut tak menetes keluar, setelah gulainya habis di makan lalu bakul itu dikirimnya kembali kepada putri senuro dengan di isi umbang sugu yang  panjangnya 9 (sembilan) depa. Dengan hati gembira sang putri menerima balasan ini lalu di buka seketika itu juga, setelah di buka sang putri sangat terkejut ternyata umbang sugu, lalu di keluarkanlah oleh sang putri dan di uraikan sambil di ukur, alangkah kagumnya sang putri karena umbang sugu tersebut sampai sembilan depa sang putri.[8]
Kemudian disuatu hari sang putri senuro jatuh sakit dan sakitnya kian lama kian parah sehingga  putri merasa ia akan wafat. Pada saat terakhir dan kritis inilah putri pinang masak masih sempat menyatakan sumpah atau berdo'a yang terkenal, sumpah itu berbunyi sebagai berikut “AKU MOHON PADA TUHAN AGAR ANAK  CUCU KU KELAK  DI KEMUDIAN  HARI JANGAN CANTIK SEPERTI AKU KARENA KECANTIKAN ITU AKAN MEMBAWA KESENGSARAAN SEPERI AKU”.
      Setelah putri mengucapkan sumpah tersebut maka putri pinang masak pun menghembuskan nafas penghabisan. Beliau wafat meninggalkan dua orang sahabat setia dan dua orang pengawal yang sangat setia. Bagi anak cucu putri pinang masak hal itu menjadi lambang kaum wanita yang menjunjung tinggi martabat kaumnya.

Foto Makam Putri Pinang Masak:








B.     Sejarah Masuknya Agama Islam Di Desa Senuro

Dari beberapa literatur, baik yang bersumber dari penulis barat dan pribumi, Islam masuk di Indonesia sekitar akhir abad ke  7 atau awal abad ke 8 masehi.
Asumsi semacam ini, diantaranya dapat dilihat dari beberapa pendapat ahli sejarah, seperti: Abu Bakar Aceh, mengungkapkan bahwa “Mula pertama kali Islam masuk ke Indonesia adalah di Aceh, yang di bawa oleh saudagar India dari daerah Gujarat dan juga para mubaligh dari bangsa Arab. Ini di buktikan dengan mazhab pertama yang di ikuti di aceh adalah Syi’ah dan Syafe’i.
Sementara Hamka dalam seminar yang berlangsung di Medan mengungkapkan bahwa Islam disebarkan ke beberapa wilayah termasuk di Indonesia dengan cara damai, tidak dengan kekerasan apalagi dengan peperangan. Ia masuk secara berangsur-angsur dimulai abad pertama hijrah (abad 7 M), yang dibawa oleh saudagar Islam dari tanah arab dan diikuti oleh orang-orang Persia dan Gujarat. Mazhab Syafe’i yang cukup berpengaruh di awal-awal perkembangan itu, telah membuat raja Islam Samudera Pasai menjadi seorang ahli fikih dalam mazhab Syafe’i. sementara kedatangan para Ulama luar negeri ke Aceh, justru memperkokoh ideologi mazhab Syafe’i yang telah ditanamkan oleh para raja pasai.
Dari hasil seminar yang berlangsung di Medan tanggal 17-20 maret 1963, diperoleh kesimpulan, bahwa daerah yang pertama kali didatangi Islam adalah Pesisir Sumatera, dan setelah terbentuknya masyarakat Islam, raja Islam yang pertama berada di Aceh. Islam di Indonesia itu mula pertama dibawa oleh para muballigh yang juga berstatus sebagai saudagar. Dan kedatangannya ke Indonesia telah membawa kecerdasan dan peradaban yang tinggi dalam membentuk kepribadian bangsa Indonesia.
Dalam salah satu sumber ditulis bahwa kerajaan Sriwijaya yang Ibukotanya Palembang, pada abad 7 M tercatat sebagai sebuah kerajaan yang besar dan kuat. Palembang yang terletak pada Muara Sungai Musi telah menjadikannya sebagai sebuah Bandar dan pusat perdagangan terbesar dan terpenting serta strategis di Asia Tenggara. Dan ini membuat Palembang waktu itu menjadi tempat pertemuan berbagai bangsa yang masih membawa kebudayaan, istiadat dan kepercayaan (agama) tersendiri. Misalnya bangsa India, Birma, Arab Keling.
Pada dasar inilah kira-kira Islam masuk ke desa Senuro pada abad 7 . Karena pada saat itu sudah banyak saudagar yang beragama Islam masuk ke wilayah Sumatera, khususnya kerajaan Sriwijaya.
C.    Sistem pemerintahan di Desa Senuro
Sebelum Desa Senuro berkembang dahulunya desa ini di pimpin oleh seorang krio (laki-laki).Orang-orang yang pernah menjabat sebagai krio yaitu Mat jen, Mat Judah, Mat Cek, Nasir, Muhammad Ahadi.[9]

Setelah desa ini di mekarkan menjadi dua barulah di pimpin oleh dua orang kepala desa, tujuan pemekaran ini untuk mempermudah pelayanan kepada masyarakat.[10]
Syarat-syarat menjadi kepala desa di Senuro :
Ø  Mempunyai ijazah SMP/sedrajat
Ø  Umur minimal 20 tahun
Ø  Mempunyai kemauan
Walaupun syarat-syaratnya tidak terlalu sulit, kebanyakan masyarakat desa Senuro tidak ingin menjadi kepala desa di karenakan mereka tidak mau mengambil resiko.[11]


D.    Letak dan Batas Desa
Desa Senuro merupakan satu desa yang berada diwilayah kecamatan tanjung batu kabupaten Ogan ilir (OI), letaknya lebih kurang 4,5 km dari Ibu Kota Kecamatan Tanjung Batu. Desa Senuro ini membentang dari barat ketimur terdiri dari tujuh baris jalan, kri kanan  jalan ada rumah penduduk.[12]
Disebelah utara desa ini terdapat sungai kecil yang digunakan penduduk setempat untuk keperluan sehari-hari, seperti mencuci pakaian, kebutuhan minum atau mandi. Desa Senuro ini hanya terdiri dari dua kampung yang hanya dipisahkan oleh jalan raya.
Luas Desa Senuro lebih kurang 2.500 ha dengan batasan sebagai berikut: sebelah barat dan utara berbatasan denganperkubunan tebu Cinta Manis(PTPXXI dan XXII). Sebelah timur berbatasan dengan Desa Pajarbulan dan Tanjung Batu.Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tanjung Lalang.[13]
Sekarang Desa ini di mekarkan menjadi dua, yaitu Desa Senuro Barat dan Desa Senuro Timur. Desa Senuro Barat berbatasan dengan PTPN VII Cinta Manis sebelah utara, Tanjung Batu Seberang dan Tanjung Tambak sebelah selatan, Senuro Timur sebelah timur, dan Tanjung Lalang di sebelah barat.[14] Sedangkan Desa Senuro Timur berbatasan dengan Senuro Barat sebelah barat, Pajar Bulan sebelah timur, Tanjung Batu Seberang sebelah selatan, dan PTP Royan I di sebelah utara.[15]



E.      Keadaan Mata Pencaharian Penduduk
Tanah di Desa Senuro ini sangat cocok untuk tanah perkebunan, sedangkan untuk  persawahan tidak cocok. Diketahui bahwa  umumnya penduduk setempat bekerja  sebagai petani upahan. Selain bekerja sebagai  petani ada juga  yang bekerja  sebagai  pegawai negri,  perawat, petani  pemilik kebun, industri kecil, dagang dan tukang bangunan.[16]
F.     Pendidikan Masyarakat Desa Senuro
Untuk mengurangi jumlah masyarakat yang buta huruf di Desa senuro, pemerintah  setempat membangun sarana pendidikan berupa gedung sekolah dasar, yaitu sekolah Dasar  Negeri 08 dan sekolah Dasar Negeri 22 dan satu Madrasah yaitu madrasah  Nurul  Hilal  setingkat sekolah Dasar, satu madrasah Tsanawiyah setingkat 'SLTP', serta madrasah aliah setingkat dengan ‘SLTA’.[17]
G.    Kebudayaan Masyarakat Desa Senuro
Sebagai masyarakat sosial, masyarakat Desa Senuro tentu  mempunyai  suatu kebudayaan  yang harus  dipertahankan dan  dibina  seperti  cara hidup  bergotong-royong, adanya  persatuan amal kematian, ikatan  ramaja mesjid dan  pengajian bapak-bapak dan ibu-ibu. Mereka  hidup  dalam suasana damai dan penuh dengan kekeluargaan. Asas hidup gotong-royong sangat  tumbuh  subur  dalam  kehidupan mereka. Hal ini  terlihat dalam  kehidupan sehari-hari mereka selalu menyelesaikan  pekerjaan berat secara bersama-sama atau  saling  bantu-membantu seperti  dalam  upacara  perkawinan, kematian, membangun rumah baru, dan  lain  sebagainya.
Kemudian salah satu bentuk kebudayaan masyarakat setempat yaitu adanya ikatan  remaja mesjid. Adanya ikatan remaja masjid guna menampung semua aspirasi para  remaja setempat. Ikatan remaja masjid juga membantu setiap kegiatan-kegiatan yang bersifat  keislaman  yang diadakan oleh  para  pengurus masjid.[18]
Di samping itu masyarakat sangat mencintai kebudayaan bidang kesenian. Baik seni  suara maupun seni kerajinan tangan dan rebana atau sarapalanam, dan lain-lainnya. Di Desa Senuro  ajaran  Islam sangat mempengarui  akan kebudayaan-kebudayaan  yang telah tumbuh  di masyarakat.
H.    Komunikasi  dan  Transportasi
Dahulu komunikasi di Desa Senuro masih bersifat tradisional, seperti kentongan untuk memanggil masyarakat berkumpul. Sebagai makhluk sosial yang sangat membutuhkan bantuan orang lain, baik di dalam desa maupun masyarakat yang berada di luar desa. Masyarakat hidup dalam suasana damai dan komunikasi sesama anggota  masyarakat yang lancar.
Di sisi lain, dalam masalah komunikasi ini adalah bagaimana mereka berkomunikasi ke luar untuk mengadakan hubungan keluar. Dari segi informasi juga tidak mengalami hambatan, misalnya berkirim surat, karena sudah ada sebuah kantorpos walaupun letaknya di Kecamatan Tanjung Batu. Demikian juga dalam penerimaan informasi, baik yang berupa surat kabar maupun informasi yang diperoleh dari radio, televisi maupun telepon. Sekarang barang-barang komunikasi seperti handphone (hp) sudah  banyak masyarakat  yang memilikinya. Semuanya itu telah banyak dimiliki oleh masyarakat Desa Senuro dari  berbagai  jenis maupun ukurannya.
Dalam bidang transportasi dapat dikatakan lancar walaupun jalan yang menghubungkan Desa Senuro dengan desa lainnya aspalnya banyak berlobang. Kelancaran perhubungan dalam  hal transportasi ini dikarenakan masyarakat telah banyak  memiliki  berbagai  sarana transportasi tersebut, seperti sepeda, motor, maupun kendaraan roda empat atau mobil. Jadi dalam hal tansportasi tidak  ada  permasalahan dan  dapat dikatakan lancar.[19]
I.       Keadaan Sosial Keagamaan
Masyarakat Desa senuro Kecamatan Tanjung Batu Kabupaten ogan Ilir, yang berjumlah lebih kurang 3.595 jiwa orang itu seluruhnya beragama Islam. Masyarakat Desa Senuro sejak  dulu  sudah memeluk agama Islam, karena dilihat dari sejarah  Desa Senuro berasal dari pindahan Desa Petai untuk berkebun sehingga menetap di kebun  dan dijadikan sebuah desa, sedangkan dari Desa Petai itu sendiri sudah memeluk agama Islam, walaupun pengetahuan tentang Islam penduduk Desa Senuro kurang  mendalami karena masih bercampurnya ajaran Islam dengan ajaran nenek  moyang  yang  mempercayai roh-roh  yang  ada  disekitar manusia, adat-adat  yang diwarisi  oleh  para nenek  moyang terdahulu  yang  menurut mereka memiliki  kekuatan-kekuatan tertentu.
Masyaakat Desa Senuro sejak dulu telah memeluk Islam,  karena dilihat dari peninggalan  keramat Putri Pinang masak. Ditemukannya peninggalan putri yaitu  sajadah  (tikar sembayang)  dan dari  kuburan puri itu memiliki persamaan dengan  kuburan  umat  Islam yaitu menghadap arah  kiblat.
Dengan demikian, sudah jelas bahwa masyarakat Desa senuro dari dulu sudah  memeluk  agama Islam, walaupun pemahaman masyarakat tentang Islam terdapat adanya percampuran antara agama dan kepercayaan yang diwarisi turun-temurun dari nenek moyang sampai  sekarang.
Kehidupan beragama pada masyarakat Desa Senuro dapat dikatakan baik yang tampak dalam kehidupan mereka sehari-hari diwarnai dengan keagamaan, seperti  upacara perkawinan, pindah rumah,  khitanan,  kematian, dan lain sebagainya.Dari  segi ketaatan dalan menjalankan ajaran-ajaran agama seperti shalat, puasa, dan lain sebagainya dapat dikatakan baik. Pada waktu shalat maghrib berjamaah hingga sampai shalat isya'. Di samping itu dalam seminggu di adakan pengajian bapak-bapak di masjid maupun di musholah dan pengajian ibu-ibu di rumah maupun dimasjid.
Kemudian pengajian anak-anak melalui TK/TPA Al-Qur’an yang dilaksanakan pada waktu menjelang maghrib dan setelah maghrib. Di samping itu kaum remaja juga melakukan pengajian melalui ikatan remaja masjid maupun remaja musholah yang dilaksanakan satu  kali dalam seminggu.
Untuk merealisasikan perintah-perintah agama, seperti shalat maka masyarakat Desa Senuro telah memiliki sebuah masjid yang diberinama masjid at-taqwa. Kondisinya sangat baik. Masjid ini tidak hanya digunakan untuk mengerjakan shalat saja,akan tetapi dipergunakan juga tempat berajar anak-anak mereka dan dipergunakan juga sebagai tempat perayaan hari-hari besar Islam, seperti: maulid nabi Saw, Isra' Miraj, shalat tarawih, dan lain-lain yang bersifat ritual keagamaan. Selain masjid juga terdapat 4 buah musholah yaitu: Nurul Hilal, Darul Ibadah, Miftahul Jannah, Al-Ikhlas.[20]

          Foto Tugu Selamat Datang di Desa Senuro:

        Foto Masjid At-Taqwa Desa Senuro:





          Foto Musolla Miftahul Jannah Senuro


         Foto Musolla/Langgar Darul Ibadah Senuro (disaat belum direnovasi)


       Foto Musolla Al-Ikhlas Senuro

BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
      Berdirinya suatu desa tentunya tidak hanya merupakan suatu kebetulan saja. Begitupun hal nya dengan Desa Senuro. Dibalik perkembangannya yang sangat sinifikan terdapat kisah-kisah menarik awal berdirinya desa ini.
      Kisah tersebut berawal dari tersebarnya berita kecantikan seorang putri nan elok yang bernama Putri Pinang Masak. Berita ini sampailah ketelinga sunan dan sunan tersebut berencana untuk menjadikan putri sebagai dayang. Putri melakukan beribu cara untuk menghindari rencana sunan namun tetap saja gagal.
      Akhirnya putri melarikan diri dan sampailah disuatu tempat, disana ia bertemu dengan Sang Sungging. Lama putri berdiam disana sampai suatu ketika putri jatuh sakit dan akhirnya ia wafat. Sebelum ia wafat, ia sempat mengatakan sebuah sumpah yang sampai sekarang masih terkenal.
      Tempat itu sekarang dinamakan Desa Senuro. Seperi desa-desa lainnya Islam juga masuk ke desa ini dan perkembangan desa ini sangat pesat mulai dari sistem pemerintahan, transportasi, mata pencaharian, dan lain sebagainya.
B.     SARAN
      Dengan adanya tugas seperti ini, kami berharap kepada msyarakat Desa Senuro terutama para remaja sebagai generasi penerus mengetahui asal-usul tempat kita tinggal karena bisa saja kalau tidak demikian, di desa kita ini tidak ada satupun orang yang tau asal-usulnya. Kami juga mengharapkan supaya kita bisa mencintai hal-hal yang terdapat di desa ini terutama tentang adat istiadat di desa ini.


SUMBER
Muaz, Abdi. 2004.Upacara Sedekah Piaro di Desa Senuro.Senuro
Sudirman, wawancara, Rumah Sudirman, 01 September 2013
Zainuddin, wawancara, Rumah Zainuddin, 07 September 2013
Mak Keduk, wawancara, Rumah Mak Keduk, 07 september 2013
Mak Teguh, wawancara, Rumah Mak Teguh, 09 September 2013
Mat Yasit,wawancara, Rumah Mat Yasit, 12 September 2013
Mak Sarinah, wawancara, Rumah Mak Sarinah, 17 September 2013
Zainudi, wawancara, Rumah Zainudi, 19 September 2013
Mak Kojon, wawancara, Rumah Mak Kojon, 21 September 2013
Busroh, wawancara, Rumah Busroh, 22 September 2013
Pa’I, wawancara, Rumah Pa’I, 29 September 2013
Damri, wawancara, Rumah Damri, 04 Oktober 2013
Hasan, wawancara, Rumah Hasan, 04 Oktober 2013
Yunus, wawancara, Rumah Yunus, 11 Oktober 2013
Abdul Hamid, wawancara, Rumah Abdul Hamid, 23 Oktober 2013
Kumar, wawancara, Rumah Kumar, 23 Oktober 2013
Bastari, wawancara, Rumah Bastari, 12 Desember 2013
Zainuddin, wawancara, Rumah Zainudduin,02 April 2014




[1] Busro, wawancara, Rumah Busro, 22 September  2013
[2]Mak Sarina, wawancara, Rumah Sarina, 7 September 2013
[3] Mak teguh, wawancara, Rumah Mak Teguh, 9 September 2013
[4] Mak keduk, wawancara, Rumah Mak Keduk, 7 September 2013  
[5] Sudirman, wawancara, Rumah Sudirman, 1 September 2013
[6] Mat yasit, wawancara, Rumah Mat Yasit, 12 September 2013
[7] Abdul hamid, wawancara, Rumah Abdul Hamid, 23 Oktober 2013
[8] Loc cit
[9] Zainuddin, wawancara, Rumah Zainuddin, 07 September 2013
[10] Zainuddin, wawancara, Rumah Zainuddin, 02 April 2014
[11] Pak komar, wawancara, Rumah Pak Komar, 19 September 2013
[12] Zainudi, wawancara, Rumah Zainudi, 12 September 2013
[13]Abdi muaz.Upacara Sedekah Piaro di Desa Senuro.senuro. 2004
[14] Ibid
[15] Ibid
[16] Ibid
[17] Ibid
[18] Ibid
[19] Ibid
[20] Ibid



Tulisan diatas kami tulis berdasarkan hasil tugas penelitian kelompok 2 mata pelajaran Sejarah waktu kami sekolah di MA Nurul Hilal lulusan tahun 2013-2014. Tulisan diatas juga telah sedikit diedit dari aslinya dan juga telah beberapa kali diperbaharui dan ditambahkan beberapa topik baru. Mohon maaf bila terdapat kekurangan ataupun kesalahan dalam penulisan ini. Semoga bermanfaat. wassalamu'alikum.




0 comments:

Posting Komentar

 
 
Blogger Templates