Social Icons

Senin, 03 Juni 2024

INOVASI DAN GLOBALISASI PENDIDIKAN

 

 INOVASI DAN GLOBALISASI PENDIDIKAN

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Dalam undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 BAB I Pasal 1 ayat 1 bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia sera keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Masalah utama yang terjadi dalam dunia pendidikan Indonesia antara lain masalah pemerataan, relevansi, efisiensi, serta efektivitas pendidikan. Untuk mengatasi hambatan tersebut, maka perlu adanya peningkatan kualitas pendidikan atau pembelajaran. Peningkatan kualitas tersebut tidak akan dicapai tanpa adanya inovasi yang dapat menyesuaikan pendidikan dengan tuntutan zaman. Inovasi merupakan suatu siklus yang akan berputar terus-menerus menuju perbaikan.

B.     Rumusan Masalah

1.      Bagaimana ruang lingkup inovasi pendidikan?

2.      Apa pengertian diskoversi dalam pendidikan ?

3.      Apa pengertian invensi dalam pendidikan ?

4.      Apa pengertian inovasi dalam pendidikan?

5.      Apa pengertian globalisasi dalam dunia pendidikan?

6.      Bagaimana pendidikan modernisasi itu?

 

C.    Tujuan

1.      Untuk meengetahui bagaimana ruang lingkup inovasi pendidikan.

2.      Untuk mengetahui pengertian diskoversi dalam pendidikan.

3.      Untuk mengetahui pengertian invensi dalam pendidikan.

4.      Untuk mengetahui pengertian inovasi dalam pendidikan.

5.      Untuk mengetahui pengertian globalisasi dalam dunia pendidikan.

6.      Untuk mengetahui bagaimana pendidikan modernisasi itu.

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.   Ruang Lingkup Inovasi Pendidikan

Secara etimologi, inovasi berasal dari bahasa Latin, yaituinnovaation yang berarti pembaharuan dan perubahan. Kata kerjanyainnovo,yang artinya memperbarui dan mengubah. Jadi, inovasi adalahperubahan baru menuju arah perbaikan dan berencana (tidak secarakebetulan).[1]Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, inovasi diartikan sebagai pembaharuan atau pemasukan satu pengenalan hal­hal yang baru; penemuan baru yangberbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya,yang (gagasan, metode atau alat).[2]

Menurut  Hamidjojo, yang  dikutip Abdulhak (2002),  inovasi pendidikan sebagai “suatu perubahan yang baru dan secara kualitatif berbeda dari hal (yang ada) sebelumnya dan sengaja diusahakan untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan tertentu, termasuk dalam bidang pendidikan”. Inovasi tidak hanya sekedar terjadinya perubahan dari suatu keadaan kepada keadaan lainnya.Dalam perubahan yang tergolong inovasi disamping terjad i yang baru mesti terdapat unsur kesengajaan, unsur kualitas yang lebih baik dari sebelumnya dan terarah pada peningkatan berbagai kemampuan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.[3]

Inovasi pendidikan adalah inovasi dalam bidang pendidikan atau inovasi untukmemecahkan masalah pendidikan. Inovasi pendidikan pada dasarnya merupakan suatu perubahan ataupun pemikiran cemerlang di bidang pendidikan yang bercirikan hal baru ataupun berupa praktik-praktik pendidikan tertentu ataupun berupa produk dari suatu hasil olah-pikir dan olah-teknologi yang diterapkan melalui tahapan tertentu yang diyakini dan dimaksudkan untuk memecahkan persoalan pendidikan yang timbul dan memperbaiki suatu keadaan pendidikan ataupun proses pendidikan tertentu yang terjadi di masyarakat.[4]

Menurut Hamidjojo (1974) tujuan utama inovasi, adalah meningkatkan sumber-sumber tenaga, uang dan sarana termasuk struktur dan prosedur organisasi. Tujuan inovasi pendidikan adalah meningkatkan efisiensi, relevansi, kualitas dan efektivitas sarana serta jumlah peserta didik sebanyak-banyaknya dengan hasil pendidikan sebesar-besarnya (menurut kriteria kebutuhan peserta didik, masyarakat dan pembangunan) dengan menggunakan sumber, tenaga, uang, alat dan waktu dalam jumlah yang sekecil-kecilnya.

    Secara sistematis arah tujuan inovasi pendidikan Indonesia adalah :

1.      Mengejar berbagai ketinggalan dari berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, sehingga pada akhirnya pendidikan di Indonesia semakin berjalan sejajar dengan berbagai kemajuan tersebut.

  1. Mengusahakan terselenggarakannya pendidikan di setiap jenis, jalur dan jenjang yang dapat melayani setiap warga Negara secara merata dan adil.
  2. Mereformasi sistem pendidikan Indonesia yang lebih: efisien dan efektif, menghargai kebudayaan nasional, lancar dan sempurnanya sistem informasi kebijakan, mengokohkan identitas dan kesadaran nasional, menumbuhkan masyarakat gemar belajar, menarik minat peserta didik, dan banyak menghasilkan lulusan yang benar-benar diperlukan untuk berbagai bidang pekerjaan yang ada di kehidupan masyarakat.[5]

 

B.     Diskoveri dalam Pendidikan

Diskoveri (discovery) adalah penemuan sesuatu yang  sebenarnya benda atau hal yang ditemukan itu sudah ada, tetapi belum diketahui orang. Misalnya penemuan benua Amerika. Sebenarnya benua Amerika sudah ada sejak lama tetapi baru ditemukan oleh colombus pada tahun 1492. Maka dikatakan Columbus menemukan benua Amerika, artinya Columbus adalah orang Eropa yang pertama kali menemukan benua Amerika.[6]

Anna (1989) memberikan penjelasan secara harfiah diskoveri  berarti membuka tutup. Artinya sebelum dibuka tutupnya, sesuatu yang ada di  dalamnya belum diketahui orang. Seperti adanya perubahan pandangan dari geosentrisme menjadi heliosentrisme dalam astronomi. Nicolas Copernicus memerlukan waktu bertahun-tahun guna melakukan pengamatan dan perhitungan untuk menyatakan bahwa bumi berputar pada porosnya, bahwa bulan berputar mengelilingi matahari dan bumi, bahwa planet-planet lain juga berputar mengelilingi matahari. Suatu kesalahan besar yang ia perbuat adalah bahwa ia yakin semua planet (termasuk bumi dan bulan) mengelilingi matahari dalam bentuk lingkaran. Penemuan ini menggugah Tycho Brahe melakukan pengamatan lebih teliti terhadap gerakan planet. Data pengamatan kemudian membuat Johanes Kepler akhirnya mampu merumuskan hukum-hukum gerak planet yang tepat. Penemuan ketiga tokoh tersebut merupakan ”discovery”.[7]

Banyak ahli pendidikan yang menyamakan arti antara  discoverydan  inquiry, sedangkan yang ahli pendidikan lainnya membedakan artinya. Carin (1985) menyatakan bahwa ”discovery” adalah suatu proses mental di mana  individu mengasimilasi konsep dan prinsip-prinsip. Dengan perkataan lain, ”discovery” terjadi apabila individu terlibat dalam menggunakan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip. Misalnya, seseorang menemukan apakah energi itu? berarti ia membangun konsep tentang energi, selanjutnya ia menemukan suatu prinsip ilmiah ”energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, hanya dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain (energi listrik berubah menjadi energi gerak dan sebaliknya)”.  Sementara  inquiry  adalah perluasan proses  discovery, inquiry  mengandung proses-proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya merumuskan masalah sendiri, mendesain eksperimen, mengimplementasikan eksperimen, me-ngumpulkan dan menganalisis data dan menyimpulkan sendiri.

Untuk dapat melakukan discovery, seseorang mengimplementasikan proses mental yang tergolong ”keterampilan proses”. Secara umum, keterampilan proses dapat diartikan sebagai keterampilan yang dimiliki oleh para ilmuwan dalam  memperoleh pengetahuan, dan mengkomunikasikan perolehannya. Keterampilan tersebut berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar, serta perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai hasil tertentu, termasuk kreativitas.  Dapat diartikan,  bahwa  keterampilan proses meliputi kemampuan olah pikir serta kemampuan olah perbuatan.

Dahar (1985) mengemukakan pendapat Gagne yang menyatakan bahwa pengetahuan hanya dapat diperoleh jika seseorang memiliki kemampuan-kemampuan dasar tertentu. Kemampuan dasar yang dimasudkan itu adalah keterampilan proses yang dapat dibedakan atas keterampilan proses dasar dan keterampilan proses terintegrasi (Subiyanto, 1988). Jenis keterampilan proses dasar antara lain 1) observasi; 2) klasifikasi; 3) komunikasi; 4) pengukuran; 5) prediksi; dan 6) penarikan kesimpulan. Jenis keterampilan proses terintegrasi antara lain 1) mengidentifikasi variabel; 2) menyusun tabel data; 3) menyusun grafik; 4) menggambarkan hubungan antaravariabel-variabel; 5) memperoleh dan memproses data; 6) menyusun hipotesis; 7) merumuskan definisi operasional variabel; 8) merancang eksperimen atau percobaan; dan 9) melakukan eksperimen/percobaan.[8]

 

C.   Invensi dalam Pendidikan

Invention adalah penemuan sesuatu yang benar-benar baru, artinya hasil kreasi manusia, benda atau hal yang ditemui itu benar-benar sebelumnya belum ada, kemudian diadakan dengan hasil kreasi baru.Misalnya penemuan teori belajar, teori pendidikan, teknik pembuatan barang dari plastik, mode pakaian, dan sebagainya.Tentu saja munculnya ide atau kreativitas berdasarkan hasil pengamatan, pengalaman, dari hal-hal yang sudah ada, tetapi wujud yang ditemukannya benar-benar baru.[9]

Penemuan pesawat radio  merupakan contoh dari invensi yang mempengaruhi perubahan-perubahan lainnya yaitu dapat menyebabkan perubahan di bidang lain, seperti pendidikan, pemerintahan, pertanian, perekonomian, jasa dan lain-lain.  Penemuan pesawat dapat  mempengaruh sistem transportasi udara, yang kemudian dapat mempengaruhi alat tempur, mempengaruhi bagi perubahan organisasi militer dan seterusnya. Seperti juga penemuan kapal laut, peta bumi, dan alat penentu arah (kompas) dapat menumbuhkan sikap kolonialisme, dan masih banyak invensi lainnya  yang telas ditemukan.[10]

 

D.   Inovasi dalam Pendidikan

Inovasi pendidikan adalah inovasi dalam bidang pendidikan atau inovasi untuk memecahkan masalah pendidikan. Jadi inovasi pendidikan ialah suatu ide, barang, metode, yang dirasakan atau diamati sebagai hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) baik berupa hasil invensi atau diskaveri, yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan atau untuk memecahkan masalah pendidikan. Dengan demikian, dapat dikatakan  inovasi bersifat subyektif dan spesifik.[11]

Namun dalam konteks pendidikan, inovasi dapat berjalan dengan baik dan akan menghasilkan suatu hal yang positif dan lebih baik, jika para praktisi pendidikan memahami beberapa karakteristik dari inovasi pendidikan tersebut, karena karakteristik inovasi pendidikan tersebut merupakan sifat yang melekat pada diri inovasi pendidikan itu sendiri.[12]

Telah banyak usaha yang dilakukan untuk kegiatan yang sifatnya pembaruan atau inovasi dalam pendidikan. Pada dasarnya inovasi pendidikan itu sendiri telah melalui berbagai tahap sebagaimana diidentifikasi oleh Ashby sebagai berikut: 

Tahap pertama, terjadi ketika pendidikan anak dilakukan secara langsung oleh orang tua. Pada tahap ini lembaga pendidikan sekolah belum ada dan media yang digunakan juga masih sangat primitif. Materi pelajarannya pun sebatas pengetahuan orang tua berdasarkan pengalaman yang mereka miliki.

Tahap kedua, terjadi ketika masyarakat atau orang tua mulai sibuk dengan peran di luar rumah sehingga tugas pendidikan anak sebagian digeser dari orang tua pindah ke guru atau dari rumah ke sekolah. Pada tahap ini mulai muncul profesi guru.

Tahap ketiga,  ditandai dengan adanya penemuan alat untuk keperluan percetakan yang mengakibatkan lebih luasnya ketersediaan buku.

Tahap keempat, terjadi sebagai akibat ditemukannya bermacam-macam alat elektronik yang bisa menunjang proses belajar siswaseperti radio, telepon, TV, computer, LCD proyektor, perekan internet, LAN, dan sebagainya.

Berdasarkan tahapan-tahapan di atas dapat dikatakan bahwa pada saat ini telah terjadi tahap keempat inovasi pendidikan yang ditandai dengan adanya pemanfaatan teknologi canggih baik perangkat lunak (software) maupun perangkat keras (hardware) dalam proses pembelajaran. Tujuan utama aplikasi teknologi baru itu adalah untuk mewujudkan proses pembelajaran yang berkualitas sehingga dapat meningkatkan kompetensi, kemampuan, keterampilan  dan daya saing perserta didik dalam suatu program pendidikan pada jenjang, jenis maupun jalur tertentu.

Inovasi pada tahap ini tentu saja bukan merupakan tahapan terakhir pembaharuan pendidikan, sebab pembaruan itu harus terus–menerus dilakukan tanpa memiliki ujung akhir. Persoalan pendidikan senantiasa ada selama peradaban dan kehidupan manusia itu ada sehingga pembaharuan pendidikan tidak akan pernah diakhiri. Inovasi dalam pendidikan masih terus diperlukan dalam upaya menghasilkan sistem pendidikan yang mampu menghasilkan generasi yang memiliki kecerdasan nalar, emosional, dan spiritual, bukan manusia yang kerdil, pasif, dan tidak mampu mengatasi persoalan yang dihadapi.[13]

Istilah modernisasi dan inovasi sering kali dikaitkan satu sama lain, karena kedua hal tersebut tampak memiliki persamaan, yakni keduanya merupakan perubahan sosial. Kata modern mempunyai berbagai macam arti atau juga mengandung berbagai macam tambahan arti. Semua kata modern digunakan tidak hanya untuk orang tetapi juga dapat digunakan untuk bangsa, sistem politik, ekonomi lembaga seperti rumah sakit, sekolah, perguruan tinggi, perumahan, pakaian, serta berbagai macam kebiasaan.

Pada hakikatnya kata modern digunakan untuk menunjukan terjadinya perbuahan ke arah yang lebih baik atau lebih maju dalam arti yang menyenangkan, lebih efektif dan efisien untuk mencapai tujuan. Sebagai contoh dalam perkembangan teknologi transportasi, kuda lebih modern daripada gerobak yang ditarik orang, tetapi mobil lebih modern daripada kereta kuda, pesawat lebih modern daripada mobil. Dengan demikian, modern dapat diartikan sebagai sesuatu yang baru dalam arti lebih maju atau lebih baik daripada yang sudah ada, baik dalam arti lebih memberikan  kesejahteraan atau kesenangan bagi kehidupan.[14]

 

E.   Globalisasi dalam Dunia Pendidikan

Istilah “globalisasi” dapat berarti ideologi, alat. Oleh karena itu merupakan wujud keberhasilan ilmu teknologi, terutama sekali dibidang komunikasi. Ketika globalisasi berarti alat, maka globalisasi sangatlah netral. Artinya, ia berarti dan sekaligus mengandung hal-hal yang positif, ketika dimanfaatkan untuk tujuan  yang baik. Sebaliknya, globalisasi akan dapat berakibat negatif jika digunakan untuk tujuan yang tidak baik. Dengan demikian globalisasi akan bergantung kepada siapa saja yang menggunakannya dan untuk keperluan apa serta tujuan kemana ia dipergunakan.

Dalam proses globalisasi tidak terlepas dari suatu perubahan, yaitu perubahan yang terjadi dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Apabila kebudayaan secara umum merupakan suatu rangkaian kepercayaan, nilai-nilai, dan gaya hidup dari suatu masyarakat tertentu didalam eksistensi kehidupan sehari-hari, maka dewasa ini didalam era globalisasi mulai muncul apa yang disebut kebudayaan global. Kebudayaan global bisa diartikan sebagai modernitas. Dalam hal ini modernitas mempunyai pengertian masyarakat modern, gaya hidup modern, ekonomi modern, budaya modern, dan pendidikan modern.

Kaitan antara globalisasi dan pendidikan menurut Giddens terletak didalam lahirnya suatu masyarakat baru yaitu “knowledge-based-society” yang merupakan anak kandung dari proses globalisasi.[15] Karena globalisasi, ilmu pengetahuan berkembang dengan pesat yang merupakan dasar dari globalisasi ekonomi dan politik di dunia ini. Namun demikian suatu “knowledge-based society” yang didasarkan kepada ilmu pengetahuan akan terus-menerus berubah dan merupakan subyek untuk revisi. hal ini memerlukan apa yang disebutnya sikap refleksif dari manusia yaitu kemampuan untuk merenungkan mengenai kehidupannya berdasarkan rasio.

Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh perkembangan globalisasi, di mana ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat. Era pasar bebas juga merupakan tantangan bagi dunia pendidikan Indonesia, karena terbuka peluang lembaga pendidikan dan tenaga pendidik dari manca negara masuk ke Indonesia.Untuk menghadapi pasar global maka kebijakan pendidikan nasional harus dapat meningkatkan mutu pendidikan, baik akademik maupun non-akademik, dan memperbaiki manajemen pendidikan agar lebih produktif dan efisien serta memberikan akses seluas-luasnya bagi masyarakat untuk mendapatkan pendidikan.[16]

 

 

 

F.     Pendidikan Modernisasi

Dari sejarahnya modernisasi merupakan proses perubahan sistem sosial, ekonomi, dan politik yang telah berkembang di Eropa Barat dan Amerika Utara dari abad ke-17 sampai ke-19 dan kemudian telah berkembang pula di berbagai negara di Eropa. Dalam abad ke 19-20 berkembang pula ke Amerika Selatan, Asia, dan Afrika. Proses perkembangan atau perubahan ini berlangsung secara bertahap dan tidak semua masyarakat berkembang melakukan perubahan dalam tahap atau urutan yang sama.Jadi modernisasi merupakan proses perkembangan, secara kebetulan Eropa Barat dan Amerika Utara telah berkembang lebih dahulu dan sekarang bangsa dari dunia ketiga sedang berjuang untuk menyamakan diri mencapai status kehidupan modern. Dengan demikian, modernisasi adalah upaya meningkatkan hal-hal yang esensial dalam kehidupan.

Modernisasi juga berarti proses perubahan sosial dari masyarakat tradisional (yang belum modern) ke masyarakat yang lebih maju (masyarakat industri yang sudah modern). Tanda suatu masyarakat modern yaitu dalam bidang ekonomi telah makmur, bidang politik sudah stabil serta terpenuhi pelayanan kebutuhan pendidikan dan kesehatan.

Berikut adalah ciri-ciri manusia modern:

1.      Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru, maksudnya jika menghadapi tawaran ataupun ajakan hal-hal yang baru yang lebih menguntungkan untuk kehidupannya akan selalu mau memikirkan dan kemudian mau menerimanya, tidak menutup diri terhadap perubahan.

2.      Selalu siap dalam menghadapi perubahan sosial, maksudnya siap untuk menerima perubahan-perubahan yang terjadi dimasyarakat, misalnya partisipasi dalam bidang politik, peningkatan kesempatan kerja bagi wanita, perpindahanpenduduk, pergaulan atau hubungan orang tua dengan pemuda, dan sebagainya. Manusia modern siap untuk memahami perubahan yang terjadi di sekitarnya.

3.      Berpandangan yang luas, maksudnya pendapat-pendapatnya tidak hanya berdasarkan apa yang ada pada dirinya, namun mau menerima pendapat yang datang dari luar dirinya serta dapat memahami adanya perbedaan pandangan dengan oranglain. Ia dapat memahami sikap orang lain yang berbeda dengan dirinya.

4.      Mempunyai dorongan atau keinginantahuan yang kuat. Manusia modern akan selalu berusaha memperoleh informasi tentang apa yang terjadi di lingkungannya dan juga informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan kehidupannya.

5.      Manusia modern lebih berorientasi pada masa sekarang dan masa yang akan datang daripada masa yang lampau. Manusia modern tidak hanya akan mengenang kejayaan ataupun kegagalan masa lalu, tetapi lebih aktif untuk berfikir bagaimana masa sekarang dan yang datang.

6.      Manusia modern lebih berorientasi dan percaya pada perencaan baik jangka panjang maupun jangka pendek. Kehidupan manusia modern selalu direncanakan sebelumnya melalui perencanaan jangka pendek dan jangka panjang.

7.      Manusia modern lebih percaya pada hasil perhitungan maupun pemikiran manusia daripada takdir atau pembawaan. Dengan kata lain, percaya bahwa manusia dapat mengontrol kejadian di sekitarnya.

8.      Manusia modern menghargai keterampilan teknik dan juga menggunakannya sebagai dasar pemberian imbalan.

9.      Manusia modern memiliki wawasan yang lebih maju tentang pendidikan dan pekerjaan.

10.  Manusia modern menyadari dan menghargai kemuliaan orang lain terutama orang yang lemah seperti wanita, anak-anak, dan bawahannya.

11.  Manusia modern memahami pentingnya produksi.

 

Berdasarkan uraian  di atas,  dapat diambil kesimpulan  bahwa inovasi dan modernisasi merupakan perubahan sosial, perbedaannya hanya pada penekanan ciri dari perubahan tersebut. Inovasi menekankan pada ciri adanya sesuatu yang diamati sebagai sesuatu yang baru bagi individu atau masyarakat sedangkan modernisasi menekankan pada adanya proses perubahan dari tradisional ke modern, atau dari yang belum maju ke yang sudah maju.

Kesimpulan  yang dapat ditarik  bahwa diterimanya suatu inovasi sebagai tanda adanya modernisasi.  Sebagai contoh  untuk mening-katkan kesejahteraan perlu diadakan transmigrasi.  Kegiatan transmigrasi merupakan suatu hal yang baru bagi masyarakat, maka dari itu transmigrasi dapat dikatakan suatu inovasi. Jika masyarakat yang sudah mau menerima  adanya  transmigrasi dan mau melakukan  transmigrasi  dapat dikatakan bahwa masyarakat telahmemenuhi ciri masyarakat modern.[17]

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Kata inovasi sering diterjemahkan segala hal yang baru atau pembaharuan dan kadang-kadang juga dipakai untuk menyatakan penemuan, karena hal yang baru itu hasil penemuan. Kata penemuan juga sering digunakan untuk menterjemahkan kata dari bahasa Inggris ”discovery” dan ”invention”. Ada juga yang mengkaitkan antara pengertian inovasi dan modernisasi, karena keduanya membicarakan usaha pembaharuan.

Pendidikan adalah suatu sistem, maka inovasi pendidikan mencakup halhal yang berhubungan dengan komponen sistem pendidikan, baik sistem dalam arti sekolah, perguruan tinggi atau lembaga pendidikan yang lain, maupun sistem dalam arti yang luas misalnya sistem pendidikan nasional, antara lain: pembinaan personalia, banyaknya personal dan wilayah kerja, fasilitas fisik, penggunaan waktu, perumusan tujuan, prosedur, peran yang diperlukan, wawasan dan perasaan, bentuk hubungan antar bagian, hubungan dengan sistem yang lain, serta strategi.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar Muhammad, Inovasi Sistem Pendidikan, dalam Jurnal Inovasi Sistem Pendidikan

A. Rusdiana, Konsep Inovasi Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2014

Asri B, Pembelajaran Moral. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008.

J. Soedjati Djiwandono. Menggagas Paradigma Baru Pendidikan, Yogyakarta: Kanisius, 2000.

KadiTiti, Inovasi Pendidikan:Upaya Penyelesaian Problematika Pendidikan Di Indonesia, dalam Jurnal Islam Nusantara

Kristiawan Muhammad, dkk, Inovasi Pendidikan, (Ponorogo: Wade Group, 2018)

Kusnandi, Model Inovasi Pendidikan Dengan StrategiImplementasi Konsep “Dare To Be Different”, dalam Jurnal Wahana Pendidikan.

Naif, Urgensi Inovasi Pendidikan Islam: Menyatukan Dikotomi Pendidikan, dalam Jurnal Koordinat.

Rouf, Abdur, Transformasi dan Inovasi Manajemen Pendidikan Islam, dalam Jurnal Manageria: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam.

Yuniar, Tanti, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Agung Media Mulia, tt)

 



[1] A. Rusdiana, Konsep Inovasi Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2014), hlm.44.

[2]Tanti Yuniar, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Agung Media Mulia, tt), hlm. 255.

[3] Kusnandi, Model Inovasi Pendidikan Dengan StrategiImplementasi Konsep “Dare To Be Different”, dalam Jurnal Wahana Pendidikan, vol.4, no.1, 2017, hlm.135. Di unduh pada tanggal 20 Oktober 2020.

[4] Kusnandi, Model Inovasi Pendidikan Dengan StrategiImplementasi Konsep “Dare To Be Different”..., hlm.135. Di unduh pada tanggal 20 Oktober 2020.

[5]Kusnadi, Model Inovasi Pendidikan dengan Strategi Implementasi Konsep “ Dare to be Different”, Jurnal Wahana Pendidikan. Vol.4 No.1 Januari 2017, hal. 134-135.

[6]Abdur Rouf, Transformasi dan Inovasi Manajemen Pendidikan Islam, dalam Jurnal Manageria: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, vol.1, no.2, 2016, hlm.339. Di unduh pada tanggal 20 Oktober 2020.

[7] Muhammad Kristiawan, dkk, Inovasi Pendidikan, (Ponorogo: Wade Group, 2018), hlm.1.

[8] Muhammad Kristiawan, dkk, Inovasi Pendidikan..., hlm.2-3.

[9] Titi Kadi, Inovasi Pendidikan:Upaya Penyelesaian Problematika Pendidikan Di Indonesia, dalam Jurnal Islam Nusantara, vol.1, no.2, 2017, hlm.147. Di unduh pada tanggal 21 Oktober 2020.

[10] Muhammad Kristiawan, dkk, Inovasi Pendidikan..., hlm.3.

[11] Muhammad Kristiawan, dkk, Inovasi Pendidikan..., hlm.3.

[12] Naif, Urgensi Inovasi Pendidikan Islam: Menyatukan Dikotomi Pendidikan, dalam Jurnal Koordinat, vol.xv, no.1, 2016, hlm.2. Di unduh pada tanggal 21 Oktober 2020.

[13] Muhammad Anwar, Inovasi Sistem Pendidikan, dalam Jurnal Inovasi Sistem Pendidikan, vol.vii, no.2, 2018, hlm.163-164. Di unduh pada tanggal 22 Oktober 2020.

[14]Muhammad Kristiawan, dkk, Inovasi Pendidikan..., hlm.6.

[15] J. Soedjati Djiwandono, Menggagas Paradigma Baru Pendidikan, (Yogyakarta: Kanisius, 2000),  hlm.103. 

[16] Asri B, Pembelajaran Moral, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm.110.

[17]Muhammad Kristiawan, dkk, Inovasi Pendidikan..., hlm.7-11.

0 comments:

Posting Komentar

 
 
Blogger Templates