PENGEMBANGAN STRATEGI PEMBELAJARAN PAI
STRATEGI PEMBELAJARAN EKSPOSITORI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan
adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak
kurang didorong untuk kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas
diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi tanpa dituntut untuk
memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kebiasaan
sehari-hari.
Oleh sebab itu suatu strategi merupakan hal penting dalam
proses pembelajaran dan pencapaian hal. Meskipun pada mulanya kata strategi
hanya digunakan dalam dunia militer yang diartikan sebagai cara pengunaan
seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu peperangan. Dewasa ini,
strategi digunakan dalam proses pembelajaran agar desain kegiatan yang telah
tersusun dapat terlaksana dan tercapainya tujuan pembelajaran tersebut.
Strategi
pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada
proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok
siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.
Roy Killen (1998) menamakan strategi ekspositori ini dengan istilah strategi
pembelajaran langsung (direct insruction). Dalam sistem ini, guru menyajikan
bahan yang telah dipersiapkan secara rapih, sistematik dan lengkap sehingga
siswa tinggal mencernanya secara teratur dan tertib.
Aliran-aliran
psikologi belajar yang sangat berpengaruh dalam strategi pembelajaran
ekspositori adalah teori belajar Behavioristik. Aliran belajar
behavioristik lebih menekankan kepada pemahaman bahwa perilaku manusia pada
dasarnya keterkaitan antara stimulus dan respon,[1] oleh karenanya dalam
implementasinya peran guru sebagai pemberi stimulus merupakan faktor penting.[2]
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Strategi Pembelajaran
Ekspositori
Istilah strategi secara bahasa dapat
diartikan sebagai taktik[3]
atau suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk
melakukan kegiatan atau tindakan. Strategi mencakup tujuan kegiatan, siapa yang
terlibat dalam kegiatan, isi kegiatan, proses kegiatan dan sarana penunjang
kegiatan.[4]
Strategi pembelajaran merupakan cara-cara
yang akan digunakan oleh seorang guru dalam memilih kegiatan belajar yang cocok
untuk digunakan dalam proses pembelajaran dan terhadap materi tertentu, untuk
itulah strategi pembelajaran merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh guru
dalam melaksanakan proses pembelajaran di dalam kelas.[5]
Strategi
pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada
proses penyampaian materi secara verbal[6]
dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara
optimal.[7]
Strategi Pembelajaran ekspositori juga dapat diartikan sebagai strategi pembelajaran
yang digunakan dengan memberikan keterangan terlebih dahulu seperti defenisi,
prinsip dan konsep materi pelajaran serta memberikan contoh-contoh latihan
pemecahan masalah dalam bentuk ceramah, demonstrasi, tanya jawab dan penugasan.
Siswa mengikuti pola yang diterapkan oleh guru secara cermat. Penggunaan
strategi ekspositori merupakan strategi pembelajaran mengarah kepada
tersampaikannya isi pelajaran kepada siswa secara langsung.[8]
Penggunaan
strategi ini siswa tidak perlu mencari dan menemukan sendiri fakta-fakta,
konsep dan prinsip karena telah disajikan secara jelas oleh guru. Kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran ekspositori cenderung
berpusat kepada guru. Guru memberikan penjelasan atau informasi pembelajaran
secara terperinci tentang materi pelajaran. Strategi ekspositori sering
dianalogikan dengan strategi ceramah, karena sifatnya sama-sama memberikan
informasi.
Menurut
Herman Hudoyono, dalam Sunarto, pembelajaran ekspositori dapat meliputi
gabungan metode ceramah, metode drill, metode penemuan dan metode peragaan.[9]
Hakikat mengajar menurut pandangan Ekspositori adalah menyampaikan ilmu
pengetahuan kepada siswa. Siswa dipandang sebagai objek yang menerima apa yang
diberikan guru. Guru yang kreatif biasanya dalam memberikan informasi dan
penjelasan kepada siswa menggunakan alat bantu seperti gambar, bahan, grafik,
dan lain-lain.[10]
Menurut
Ausubel (dalam Sagala,2010:79) menyatakan bahwa strategi pembelajaran
ekspositori merupakan cara mengajar yang paling efektif dan efisien dalam
menanamkan belajar bermakna. Karena dalam strategi ini siswa tidak hanya
mendengarkan, membuat catatan atau memperhatikan saja, tetapi mengerjakan
soal-soal latihan atau mungkin saling bertanya. Selain itu siswa dapat
mengerjakan soal latihan bersama temannya atau mengerjakan soal di papan.
Dalam strategi ini guru juga melakukan
pemeriksaan hasil pekerjaan siswa secara individual dan apabila hasil pekerjaan
masih dipandang belum sempurna maka aka
dilakukan penjelasan secara klasikal.[11]
Jadi
dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran ekspositori ini pusat kegiatan
masih terletak pada guru dan peran guru lebih dominan. Dalam proses penyampaian
materi pada strategi ini lebih dominan penyampaian secara verbal dan lebih
sering menggunakan metode ceramah dan bercerita. Namun tidak hanya menggunakan
metode ceramah saja yang dapat diterapkan didalam strategi ini, namun metode
demonstrasi juga bisa digunakan guru dalam mewujudkan pembelajaran yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang sudah dirumuskan oleh guru.
B.
Karakteristik Strategi Pembelajaran Ekspositori
Pada
strategi pembelajaran ekspositori terdapat beberapa karakteristik, diantaranya
adalah:
1. Strategi ekspositori dilakukan dengan cara menyampaikan materi
pelajaran secara verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama
dalam melakukan strategi ini, oleh karena itu strategi ekspositori
ini sering diidentikkan orang dengan ceramah.
2. Biasanya materi pelajaran
yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau
fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa
untuk berfikir ulang.
3. Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu
sendiri. Artinya, setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat
memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan kambali materi yang
telah diuraikan.[12]
Dalam menggunakan strategi pembelajaran
ekspositori seorang guru juga dapat mengkaitkan dengan diskusi kelas belajar
kooperatif, Sebagaimana yang dikemukakan oleh Arends yang dikutip oleh Kardi
(1999) bahwa :
"Seorang guru dapat menggunakan strategi pembelajaran
ekspositori untuk mengajarkan materi atau keterampilan guru, kemudian diskusi
kelas untuk melatih siswa berpikir tentang topik tersebut, lalu membagi siswa
menjadi kelompok belajar kooperatif untuk menerapkan keterampilan yang baru
diperolehnya dan membangun pemahamannya sendiri tentang materi
pembelajaran."[13]
Sehingga
dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran ekspositori dapat dikombinasikan
dengan beberapa metode yang cocok digunakan dalam proses pembelajaran. Misalnya
strategi ekspositori dapat dikombinasi dengan metode demonstrasi dan metode
diskusi . Dimana dengan metode diskusi anak bisa mengembangkan keterampilan
yang ia miliki, seperti terampil dalam menyampaikan pendapat, terampil dalam
berbicara di muka umum saat mempresentasikan hasil diskusi dan lain-lain.
C.
Kelebihan dan Kekurangan Strategi Pembelajaran Ekspositori
1.
Kelebihan
Strategi Pembelajaran Ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositori merupakan strategi pembelajaran
yang banyak dan sering digunakan. Hal ini disebabkan strategi ini memiliki
beberapa kelebihan di antaranya adalah:
a.
Guru
bisa mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran, guru dapat mengetahui
sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang disampaikan.
b.
Strategi
pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang
harus dikuasai cukup luas dan waktu terbatas.
c.
Melalui
strategi ini siswa dapat mendengar melalui penuturan tentang materi pelajaran
sekaligus mengobservasi melalui demonstrasi.
d.
Strategi
ini bisa digunakan untuk jumlah siswa dengan kelas besar.[14]
2.
Kekurangan
Strategi Pembelajaran Ekspositori
Adapun kekurangan strategi pembelajaran ekspositori diantaranya
adalah:
a.
Strategi
pembelajaran ini hanya mungkin dilakukan terhadap siswa dengan kemampuan
mendengar dan menyimak yang baik.
b.
Strategi
ini tidak mungkin melayani perbedaan kemampuan belajar, pengetahuan, minat,
bakat dan gaya belajar individu.
c.
Karena
lebih banyak dengan ceramah, strategi ini sulit mengembangkan kemampuan
sosialisasi siswa.[15]
d.
Keberhasilan
strategi ini tergantung pada kemampuan yang dimiliki guru.
e.
Gaya
komunikasi pada strategi ini satu arah jadi kesempatan mengontrol kemampuan
belajar siswa terbatas.[16]
D.
Prinsip-Prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran Ekspositori
Ada
banyak sekali jenis strategi pembelajaran yang telah dikemukakan oleh para
ahli, akan tetapi perlu diketahui bahwa setiap strategi pembelajaran memiliki
kelebihan dan kekurangan serta tidak ada satu strategi pembelajaran yang
dianggap lebih baik dibandingkan dengan strategi pembelajaran yang lain. Baik
tidaknya suatu strategi pembelajaran dapat dilihat dari efektif atau tidaknya
strategi tersebut dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.
Dengan demikian, pertimbangan pertama penggunaan strategi pembelajaran adalah
tujuan apa yang harus dicapai. Dalam penggunaan strategi pembelajaran
ekspositori terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan oleh setiap guru,
yaitu sebagai berikut:
1. Berorientasi pada tujuan
Walaupun
penyampaian materi pelajaran merupakan ciri utama dalam strategi pembelajaran
ekspositori melalui metode ceramah, namun tidak berarti proses penyampaian
materi tanpa tujuan pembelajaran, justru tujuan inilah yang harus menjadi
pertimbangan utama dalam penggunaan strategi ini. Karena itu sebelum strategi
ini diterapkan terlebih dahulu, guru harus merumuskan tujuan pembelajaran
secara jelas dan terstruktur, seperti kriteria pada umumnya, tujuan
pembelajaran harus dirumuskan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diukur dan
berorientasi pada kompetensi yang harus dicapai oleh siswa. Hal ini penting
untuk dipahami, karena tujuan yang spesifik memungkinkan kita bisa mengontrol
efektifitas penggunaan strategi pembelajaran
2. Prinsip komunikasi
Proses
pembelajaran dapat dikatakan sebagai proses komunikasi, yang menunjuk pada
proses penyampaian pesan dari seseorang (sumber pesan) kepada seseorang atau
sekelompok orang (penerima pesan). Pesan yang ingin disampaikan dalam hal ini
adalah materi pelajaran yang diorganisir dan disusun sesuai dengan tujuan
tertentu yang ingin dicapai. Dalam proses komunikasi guru berfungsi sebagai
sumber pesan dan siswa berfungsi sebagai penerima pesan.
Sistem
komunikasi dikatakan efektif manakala pesan ini dapat mudah ditangkap oleh penerima
pesan secara utuh. Dan sebaliknya, sistem komunikasi dikatakan tidak efektif,
manakala penerima pesan tidak dapat menangkap setiap pesan yang disampaikan.
Kesulitan menangkap pesan itu dapat terjadi oleh berbagai gangguan (noise) yang
dapat menghambat kelancaran proses komunikasi. Akibat gangguan (noise) tersebut
memungkinkan penerima pesan (siswa) tidak memahami atau tidak dapat menerima
sama sekali pesan yang ingin disampaikan. Sebagai suatu strategi pembelajaran
yang menekankan pada proses penyampaian, maka prinsip komunikasi merupakan
prinsip yang sangat penting untuk diperhatikan. Artinya, bagaimana upaya yang
bisa dilakukan agar setiap guru dapat menghilangkan setiap gangguan (noise)
yang bisa mengganggu proses komunikasi.[17]
3. Prinsip Kesiapan
Dalam
teori belajar koneksionisme, "kesiapan" merupakan salah satu hukum
belajar. Inti dari hukum belajar ini adalah bahwa setiap individu akan merespon
dengan cepat dari setiap stimulus yang muncul manakala dalam dirinya sudah
memiliki kesiapan, sebaliknya, tidak mungkin setiap individu akan merespon
setiap stimulus yang muncul manakala dalam dirinya belum memiliki kesiapan.
Yang dapat kita tarik hukum belajar ini adalah agar siswa dapat menerima
informasi setiap stimulus yang kita berikan, terlebih dahulu kita harus
memposisikan mereka dalam keadaan siap baik secara fisik maupun psikis untuk
menerima pelajaran. Jangan mulai kita sajikan materi pelajaran, manakala siswa
belum siap untuk menerimanya.
4. Prinsip Berkelanjutan
Proses
pembelajaran ekspositori harus dapat mendorong siswa untuk mau mempelajari
materi pelajaran lebih lanjut. Pembelajaran bukan hanya berlangsung pada saat
ini, akan tetapi juga untuk waktu selanjutnya. Ekspositori yang berhasil adalah
manakala melalui proses penyampaian dapat membawa siswa pada situasi
ketidakseimbangan (disequilibrium), sehingga mendorong mereka untuk mencari dan
menemukan atau menambah wawasan melalui belajar mandiri.[18]
E.
Prosedur Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Ekspositori
Adapun prosedur
pelaksanaan strategi pembelajaran ekspositori adalah:
1.
Merumuskan
tujuan yang ingin dicapai
Merumuskan tujuan merupakan langkah pertama yang harus dipersiapkan
guru. Tujuan yang ingin dicapai sebaiknya dirumuskan dalam bentuk perubahan
tingkah laku yang spesifik yang berorientasi kepada hasil belajar. Dengan
demikian, melalui tujuan yang jelas selain dapat membimbing siswa dalam
menyimak materi pelajaran juga akan diketahui efektifitas dan efisiensi
penggunaan strategi ini.
2.
Menguasai
materi pelajaran dengan baik
Penguasaan materi pelajaran dengan baik merupakan syarat mutlak
bagi penggunaan strategi pembelajaran ekspositori. Penggunaan materi yang
sempurna, akan membuat kepercayaan dari guru meningkat, sehingga guru akan
mudah mengelola kelas. Ia akan bebas bergerak, berani menatap siswa, tidak
takut dengan perilaku-perilaku siswa yang dapat mengganggu jalannya proses
pembelajaran dan lain sebagainya.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan guru agar dapat menguasai
materi pelajaran. Pertama, pelajari sumber-sumber belajar yang mutakhir. Kedua,
persiapan masalah-masalah yang mungkin muncul dengan cara menganalisis materi
pelajaran sampai detailnya. Ketiga, buatlah garis besar materi pelajaran yang
akan disampaikan untuk memadu dalam penyajian agar tidak melebar.
3.
Mengenali
medan dan berbagai hal yang dapat mempengaruhi proses pencapaian
Mengenali lapangan atau medan merupakan hal penting dalam langkah
persiapan. Pengenalan medan yang baik memungkinkan guru dapat mengantisipasi
berbagai kemungkinan yang dapat mengganggu proses penyajian materi pelajaran.
Beberapa hal yang berhubungan dengan medan yang harus dikenali diantaranya :
pertama, latar belakang siswa yang akan menerima materi, misalnya kemampuan
dasar atau pengalaman belajar siswa sesuai dengan materi yang akan disampaikan,
minat, dan gaya belajar siswa, dan lain sebagainya. Kedua, kondisi ruangan,
baik menyangkut luas dan besarnya ruangan, pencahayaan, posisi tempat duduk,
maupun kelengkapan ruangan itu sendiri.[19]
F.
Langkah-Langkah Strategi Pembelajaran Ekspositori
Menurut Kardi
dan Nur, Langka – langka strategi pembelajaran ekspositori adalah:
1.
Menyampaikan
Tujuan Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran siswa harus mengetahui dengan jelas, apa
tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran yang akan mereka ikuti.
Penyampaian tujuan pembelajaran kepada siswa bertujuan agar siswa mengetahui
apa target yang harus dicapai dalam proses pembelajaran. Menyampaikan tujuan
pembelajaran bisa dilakukan dengan cara menuliskan rangkuman rencana
pembelajaran di papan tulis atau juga bisa ditampilkan dalam slide power point
yang sudah disiapkan oleh guru.
2.
Menyiapkan
Siswa
Kegiatan ini bertujuan untuk memusatkan perhatian siswa pada pokok
pembicaraan yang akan dibicarakan pada proses pembelajaran dan mengingatkan
kembali pada hasil belajar yang ingin dicapai yang terdapat pada tujuan
pembelajaran. Kegiatan ini termasuk dalam tahap periapan. Dalam strategi
pembelajaran ekspositori, langkah persiapan merupakan langkah yang sangat
penting. Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan strategi
pembelajaran ekspositori sangat tergantung pada langkah persiapan. [20]
3.
Presentasi
dan Demonstrasi
Langkah selanjutnya adalah melakukan presentasi atau demostrasi.
Kegiatan presentasi bertujuan untuk memberikan pengetahuan tambahan kepada
siswa ,sedangka demontrasi dapat menumbuhkan keterampilan siswa. Kunci
keberhasilan presentasi terletak pada penjelasan yang jelas, sedangkan kunci
keberhasilan demostrasi adalah mengikuti langka – langka demonstrasi yang
efektif. Kegiatan ini termasuk dalam kegiatan penyampaian dan penajian inti
dari proses pembelajaran.
4.
Mencapai
pemahaman dan penguasaan
Seorang guru harus memperhatikan setiap tahap demonstrasi yang
dilakukan. Jika guru ingin agar semua siswa dapat melakukan sesuatu dengan
benar, maka guru harus berupaya agar segala sesuatu yang di demonstrasikan juga
benar. Supaya dapat mendemonstrasikan sesuatu dengan benar ,makadiperlukan
latihan yang intensif, dan juga harus memperhatikan bagianbagian penting dari
sebuah keterampilan atau konsep yang didemonstrasikan.
5.
Memberikan
latihan terbimbing
Salah satu bagian penting dalam strategi pembelajaran ialah
bagaiman guru mempersiapkan dan melaksanakan “pelatihan terbimbing”.
Keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat meningkatkan retensi,
membuat pembelajaran berlangsung dengan lancar, dan memungkinkan siswa dapat
menerapkan dalam keterampilan yang didapat dalam kehidupan sehari – hari.
Menurut Kardi dan Nur ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh
guru dalam menerapkan dan melakukan pelatihan, yaitu:
a. Mengintruksi siswa untuk
melaksanakan latihan mulai dari tingkat dasar.
b. Memberikan pelatihan pada siswa sampai benar-benar menguasai
keterampilan atau konsep yang dipelajari.
c. Berhati-hati dalam memberikan pelatihan berkelanjutan, pelatihan
yang dilakukan secara terus menerus dalam waktu yang lama dapat menimbulkan
kejenuhan pada siswa.
d. Memperhatikan tahap-tahap awal pelatihan, yang mungkin saja siswa
melakukan keterampilan yang kurang benar atau bahkan salah tanpa disadari. [21]
6.
Mengecek
Pemahaman dan Memberikan Upan Balik
Pada tahap ini biasanya disebut juga sebagai tahap resitasi, dimana
pada tahap ini guru memberikan respon terhadap jawaban siswa. Kegiatan ini
merupakan aspek penting dalam strategi pembelajaran ekspositori, karena dalam
kegiatan ini guru dapat melihat hasil dari proses pembelajaran. Guru bisa
menerapkan berbagai cara untuk memberikan umpan balik, seperti memberikan umpan
balik secara lisan, tes, dan komentar tertulis. Tanpa kegiatan umpan balik yang
spesifik, siswa tak mungkin dapat memperbaiki kekurangannya, dan tidak dapat
mencapai tingkat penguasaan keterampilan dengan baik.
Menurut Kardi dan Nur , dalam memberikan umpan balik yang efektif
kepada siswa yang jumlahnya banyak, terdapat beberapa prinsip yang patut
dipertimbangkan, yaitu:
a. Melakukan umpan balik sesegera mungkin setelah kegiatan latihan,
hal ini tidak berarti bahwa umpan balik harus diberikan kepada siswa dengan
seketika, namun umpan balik diberikan saat kegiatan latihan selesai sehingga
siswa dapat mengingat dengan jelas apa yang sudah ia dapatkan dari proses
pembelajaran.
b. Mengusahakan agar umpan balik yang diberikan sudah jelas dan
spesifik sehingga dapat membantu siswa.
c. Umpan balik ditujukan langsung pada tingka laku dan bukan pada
maksud yang tersirat dalam tingka laku tersebut.
d. Mengupayakan umpan balik yang diberikan sesuai dengan tingkat
perkembangan siswa.
e. Memberikan pujian dan umpan balik pada kinerja yang benar.
f. Jika memberikan umpan balik negatif, guru harus menyertakan
demonstrasi yang benar.
g. Membantu siswa memusatkan perhatiannya pada proses dan bukan pada
hasil.
h. Mengajari siswa cara memberi umpan balik kepada dirinya sendiri,
dan bagaimana menilai keberhasilan kinerjanya sendiri.
7.
Memberikan
Kesempatan Latihan Mandiri
Pada tahap ini guru memberikan tugas kepada siswa untuk menerapkan
keterampilan yang baru saja diperoleh secara mandiri. Menurut Kardi dan Nur ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam memberikan tugas mandiri yaitu
:
a. Tugas rumah yang diberikan bukan merupakan kelanjutan dari proses
pembelajaran, tetapi sebuah keterampilan yang mengarahkan pada pembelajaran
selanjutnya.
b. Guru sebaiknya melakukan kerja sama dengan orang tua dalam
keterlibatan membimbing siswa di rumah.
c. Guru perlu memberikan umpan balik tentang hasil tugas yang
diberikan kepada siswa di rumah.[22]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ekspositori yang berhasil adalah
manakala melalui proses penyampaian dapat membawa siswa pada situasi
ketidakseimbangan (disequilibrium), sehingga mendorong mereka
untuk mencari dan menemukan atau menambah wawasan melalui proses belajar
mandiri. Keberhasilan penggunaan strategi ekspositori sangat tergantung pada
kemampuan guru untuk bertutur atau menyampaikan materi pelajaran.
Sebagai suatu strategi
pembelajaran yang menekankan pada proses penyampaian, maka prinsip komunikasi
merupakan prinsip yang sangat penting untuk diperhatikan. Artinya,
bagaimana upaya yang bisa dilakukan agar setiap guru dapat menghilangkan setiap
gangguan (noise) yang bisa mengganggu proses komunikasi.
Walaupun penyampaian materi
pelajaran merupakan ciri utama dalam strategi pembelajaran ekspositori melalui
metode ceramah, namun tidak berarti proses penyampaian materi tanpa tujuan
pembelajaran. Justru tujuan itulah yang harus menjadi pertimbangan utama dalam
penggunaan strategi ini. Karena itu sebelum strategi ini diterapkan terlebih
dahulu guru harus merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas dan terukur.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Iif Khoiru, dkk, Strategi
Pembelajaran Sekolah Terpadu, Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2011.
Ariani, Tri, Penerapan Strategi
Pembelajaran Ekspositori Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika, dalam
Jurnal Inovasi dan Pembelajaran Fisika, vol.4, no.1, 2017.
Atriyanto, Bayu, Pengaruh
Strategi Pembelajaran Ekspositori Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Diklat
Memperbaiki Compact Cassete Recorder Kelas XI Tav di SMA Negeri 2 Surabaya,
dalam Jurnal Pendidikan Teknik Elektro, vol.3, no.2, 2014.
Budianto dan Jihan Arbaini, Pengaruh
Strategi Ekspositori Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Submateri Sistem Saraf
Manusia di Kelas XI SMA Swasta YAPIM Medan, dalam Jurnal Biology Education,
Science & Technology, vol.1, no.2, 2018.
Dewi, Masitoh dan Laksmi, Strategi
Pembelajaran, Jakarta: Departemen Agama RI, 2009.
Hamdayama,
Jumanta, Metodologi Pengajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2016.
Jamarah,
Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
Majid,
Abdul, Strategi Pembelajaran, Bandung
: Remaja Rosdakarya, 2013.
Nahar, Novi Irwan, Penerapan
Teori Belajar Behavioristik Dalam Proses Pembelajaran, dalam Jurnal
Nusantara (Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial), vol,.1, 2016.
Nur, Soeparman Kardi dan Mohamd, Pengajaran
Langsung, Surabaya : Unipres IKIP Surabaya, 1999.
Ragin, Gestiana, dkk, Implementasi
Strategi Pembelajaran Ekspositori untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika
di Sekolah Dasar, dalam Jurnal Pendidikan dan Dakwah, vol.2, no.1, 2020.
Sabri, Ahmad, Strategi Belajar
Mengajar Dan Micro Teaching, Ciputat: Ciputat Press, 2007.
Sanjaya, Wina, Strategi
Pembelajaran Berorientasi Standar dan Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana,
2006.
Schoenherr, Palendeng, Strategi
Pembelajaran Sains, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003.
Yuniar,
Tanti, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Agung Media Mulia, tt.
http://sunartombs.wordpress.com/
pengertian-metode-ekspositori/.
[1] Jumanta Hamdayama, Metodologi Pengajaran,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2016), hlm.34.
[2] Novi Irwan Nahar, Penerapan Teori Belajar
Behavioristik Dalam Prosespembelajaran, dalam Jurnal Nusantara (Jurnal Ilmu
Pengetahuan Sosial), vol,.1, 2016, hlm.66. Di unduh tanggal 23 November 2020
dari http://jurnal.um-tapsel.ac.id/index.php/nusantara/article/viewFile/94/94
[3] Tanti Yuniar, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Agung Media Mulia, tt), hlm. 560.
[4] Iif Khoiru Ahmadi dkk, Strategi Pembelajaran Sekolah
Terpadu, (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2011), hlm.13.
[5] Budianto dan Jihan Arbaini, Pengaruh Strategi
Ekspositori Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Submateri Sistem Saraf Manusia di
Kelas XI SMA Swasta YAPIM Medan, dalam Jurnal Biology Education, Science
& Technology, vol.1, no.2, 2018, hlm.2. Di unduh pada tanggal 23 November
2020 dari
https://media.neliti.com/media/publications/294938-pengaruh-strategi-ekspositori-terhadap-h-aee51a97.pdf
[6] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi
Standar dan Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm.180.
[7] Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran,
(Jakarta: Departemen Agama RI, 2009), hml.141.
[8] Jamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2002), hlm.26.
[9] http://sunartombs.wordpress.com/
pengertian-metode-ekspositori/. Diakses tanggal 23 November 2020.
[10] Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar Dan Micro
Teaching, (Ciputat: Ciputat Press, 2007), hlm.11.
[11] Bayu Atriyanto, Pengaruh Strategi Pembelajaran
Ekspositori Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Diklat Memperbaiki Compact
Cassete Recorder Kelas XI Tav di SMA Negeri 2 Surabaya, dalam Jurnal
Pendidikan Teknik Elektro, vol.3, no.2, 2014, hlm.10. Di unduh pada tanggal 25
November 2020 dari
https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-teknik-elektro/article/download/7484/3669
[12] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi
Standar Proses Pendidikan..., hlm.179.
[13] Soeparman Kardi dan Mohamd Nur, Pengajaran Langsung,
(Surabaya : Unipres IKIP Surabaya, 1999), hlm.3.
[14] Gestiana Ragin dkk, Implementasi Strategi
Pembelajaran Ekspositori untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika di Sekolah
Dasar, dalam Jurnal Pendidikan dan Dakwah, vol.2, no.1, 2020, hlm.56-57. Di
unduh pada tanggal 24 November 2020 dari
https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/pandawa
[15] Tri Ariani, Penerapan Strategi Pembelajaran
Ekspositori Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika, dalam Jurnal Inovasi dan
Pembelajaran Fisika, vol.4, no.1, 2017, hlm.21. Di unduh tanggal 24 November
2020 darihttps://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jipf/article/view/4258/2319
[16] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi
Standar Proses Pendidikan..., hlm.181.
[17] Abdul Majid, Strategi
Pembelajaran, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2013), hlm.217.
[18] Palendeng Schoenherr, Strategi Pembelajaran Sains,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), hlm.80.
[19] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi
Standar Proses Pendidikan...,
hlm.180-182.
[20] Soeparman Kardi dan Mohamd Nur, Pengajaran Langsung...,
hlm. 27-29
[21] Soeparman Kardi dan Mohamd Nur, Pengajaran Langsung...,
hlm. 35-36.
[22] Soeparman Kardi dan Mohamd Nur, Pengajaran Langsung...,
hlm. 39-42.
0 comments:
Posting Komentar