Social Icons

Senin, 03 Juni 2024

PENGEMBANGAN STRATEGI PEMBELAJARAN PAI STRATEGI PEMBELAJARAN EKSPOSITORI

 PENGEMBANGAN STRATEGI PEMBELAJARAN PAI

STRATEGI PEMBELAJARAN EKSPOSITORI

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kebiasaan sehari-hari.

Oleh sebab itu suatu strategi merupakan hal penting dalam proses pembelajaran dan pencapaian hal. Meskipun pada mulanya kata strategi hanya digunakan dalam dunia militer yang diartikan sebagai cara pengunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu peperangan. Dewasa ini, strategi digunakan dalam proses pembelajaran agar desain kegiatan yang telah tersusun dapat terlaksana dan tercapainya tujuan pembelajaran tersebut.

Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Roy Killen (1998) menamakan strategi ekspositori ini dengan istilah strategi pembelajaran langsung (direct insruction). Dalam sistem ini, guru menyajikan bahan yang telah dipersiapkan secara rapih, sistematik dan lengkap sehingga siswa tinggal mencernanya secara teratur dan tertib.

Aliran-aliran psikologi belajar yang sangat berpengaruh dalam strategi pembelajaran ekspositori adalah teori belajar Behavioristik. Aliran belajar behavioristik lebih menekankan kepada pemahaman bahwa perilaku manusia pada dasarnya keterkaitan antara stimulus dan respon,[1] oleh karenanya dalam implementasinya peran guru sebagai pemberi stimulus merupakan faktor penting.[2]


 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.    Pengertian Strategi Pembelajaran Ekspositori

Istilah strategi secara bahasa dapat diartikan sebagai taktik[3] atau suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan. Strategi mencakup tujuan kegiatan, siapa yang terlibat dalam kegiatan, isi kegiatan, proses kegiatan dan sarana penunjang kegiatan.[4]

Strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang akan digunakan oleh seorang guru dalam memilih kegiatan belajar yang cocok untuk digunakan dalam proses pembelajaran dan terhadap materi tertentu, untuk itulah strategi pembelajaran merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di dalam kelas.[5]

Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal[6] dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.[7] Strategi Pembelajaran ekspositori juga dapat diartikan sebagai strategi pembelajaran yang digunakan dengan memberikan keterangan terlebih dahulu seperti defenisi, prinsip dan konsep materi pelajaran serta memberikan contoh-contoh latihan pemecahan masalah dalam bentuk ceramah, demonstrasi, tanya jawab dan penugasan. Siswa mengikuti pola yang diterapkan oleh guru secara cermat. Penggunaan strategi ekspositori merupakan strategi pembelajaran mengarah kepada tersampaikannya isi pelajaran kepada siswa secara langsung.[8]

Penggunaan strategi ini siswa tidak perlu mencari dan menemukan sendiri fakta-fakta, konsep dan prinsip karena telah disajikan secara jelas oleh guru. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran ekspositori cenderung berpusat kepada guru. Guru memberikan penjelasan atau informasi pembelajaran secara terperinci tentang materi pelajaran. Strategi ekspositori sering dianalogikan dengan strategi ceramah, karena sifatnya sama-sama memberikan informasi.

Menurut Herman Hudoyono, dalam Sunarto, pembelajaran ekspositori dapat meliputi gabungan metode ceramah, metode drill, metode penemuan dan metode peragaan.[9] Hakikat mengajar menurut pandangan Ekspositori adalah menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswa. Siswa dipandang sebagai objek yang menerima apa yang diberikan guru. Guru yang kreatif biasanya dalam memberikan informasi dan penjelasan kepada siswa menggunakan alat bantu seperti gambar, bahan, grafik, dan lain-lain.[10]

Menurut Ausubel (dalam Sagala,2010:79) menyatakan bahwa strategi pembelajaran ekspositori merupakan cara mengajar yang paling efektif dan efisien dalam menanamkan belajar bermakna. Karena dalam strategi ini siswa tidak hanya mendengarkan, membuat catatan atau memperhatikan saja, tetapi mengerjakan soal-soal latihan atau mungkin saling bertanya. Selain itu siswa dapat mengerjakan soal latihan bersama temannya atau mengerjakan soal di papan. Dalam  strategi ini guru juga melakukan pemeriksaan hasil pekerjaan siswa secara individual dan apabila hasil pekerjaan masih dipandang belum sempurna  maka aka dilakukan penjelasan secara klasikal.[11]

Jadi dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran ekspositori ini pusat kegiatan masih terletak pada guru dan peran guru lebih dominan. Dalam proses penyampaian materi pada strategi ini lebih dominan penyampaian secara verbal dan lebih sering menggunakan metode ceramah dan bercerita. Namun tidak hanya menggunakan metode ceramah saja yang dapat diterapkan didalam strategi ini, namun metode demonstrasi juga bisa digunakan guru dalam mewujudkan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang sudah dirumuskan oleh guru.

B.     Karakteristik Strategi Pembelajaran Ekspositori

Pada strategi pembelajaran ekspositori terdapat beberapa karakteristik, diantaranya adalah:

1.      Strategi ekspositori dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran secara verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam melakukan strategi ini, oleh karena itu strategi ekspositori ini sering diidentikkan orang dengan ceramah.

2.       Biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk berfikir ulang.

3.      Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri. Artinya, setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan kambali materi yang telah diuraikan.[12]

 Dalam menggunakan strategi pembelajaran ekspositori seorang guru juga dapat mengkaitkan dengan diskusi kelas belajar kooperatif, Sebagaimana yang dikemukakan oleh Arends yang dikutip oleh Kardi (1999) bahwa :

"Seorang guru dapat menggunakan strategi pembelajaran ekspositori untuk mengajarkan materi atau keterampilan guru, kemudian diskusi kelas untuk melatih siswa berpikir tentang topik tersebut, lalu membagi siswa menjadi kelompok belajar kooperatif untuk menerapkan keterampilan yang baru diperolehnya dan membangun pemahamannya sendiri tentang materi pembelajaran."[13]

Sehingga dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran ekspositori dapat dikombinasikan dengan beberapa metode yang cocok digunakan dalam proses pembelajaran. Misalnya strategi ekspositori dapat dikombinasi dengan metode demonstrasi dan metode diskusi . Dimana dengan metode diskusi anak bisa mengembangkan keterampilan yang ia miliki, seperti terampil dalam menyampaikan pendapat, terampil dalam berbicara di muka umum saat mempresentasikan hasil diskusi dan lain-lain.

C.    Kelebihan dan Kekurangan Strategi Pembelajaran Ekspositori

1.      Kelebihan Strategi Pembelajaran Ekspositori

Strategi pembelajaran ekspositori merupakan strategi pembelajaran yang banyak dan sering digunakan. Hal ini disebabkan strategi ini memiliki beberapa kelebihan di antaranya adalah:

a.       Guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran, guru dapat mengetahui sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang disampaikan.

b.      Strategi pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai cukup luas dan waktu terbatas.

c.       Melalui strategi ini siswa dapat mendengar melalui penuturan tentang materi pelajaran sekaligus mengobservasi melalui demonstrasi.

d.      Strategi ini bisa digunakan untuk jumlah siswa dengan kelas besar.[14]

2.      Kekurangan Strategi Pembelajaran Ekspositori

Adapun kekurangan strategi pembelajaran ekspositori diantaranya adalah:

a.       Strategi pembelajaran ini hanya mungkin dilakukan terhadap siswa dengan kemampuan mendengar dan menyimak yang baik.

b.      Strategi ini tidak mungkin melayani perbedaan kemampuan belajar, pengetahuan, minat, bakat dan gaya belajar individu.

c.       Karena lebih banyak dengan ceramah, strategi ini sulit mengembangkan kemampuan sosialisasi siswa.[15]

d.      Keberhasilan strategi ini tergantung pada kemampuan yang dimiliki guru.

e.       Gaya komunikasi pada strategi ini satu arah jadi kesempatan mengontrol kemampuan belajar siswa terbatas.[16]

D.    Prinsip-Prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran Ekspositori

Ada banyak sekali jenis strategi pembelajaran yang telah dikemukakan oleh para ahli, akan tetapi perlu diketahui bahwa setiap strategi pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan serta tidak ada satu strategi pembelajaran yang dianggap lebih baik dibandingkan dengan strategi pembelajaran yang lain. Baik tidaknya suatu strategi pembelajaran dapat dilihat dari efektif atau tidaknya strategi tersebut dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Dengan demikian, pertimbangan pertama penggunaan strategi pembelajaran adalah tujuan apa yang harus dicapai. Dalam penggunaan strategi pembelajaran ekspositori terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan oleh setiap guru, yaitu sebagai berikut:

1.      Berorientasi pada tujuan

Walaupun penyampaian materi pelajaran merupakan ciri utama dalam strategi pembelajaran ekspositori melalui metode ceramah, namun tidak berarti proses penyampaian materi tanpa tujuan pembelajaran, justru tujuan inilah yang harus menjadi pertimbangan utama dalam penggunaan strategi ini. Karena itu sebelum strategi ini diterapkan terlebih dahulu, guru harus merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas dan terstruktur, seperti kriteria pada umumnya, tujuan pembelajaran harus dirumuskan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diukur dan berorientasi pada kompetensi yang harus dicapai oleh siswa. Hal ini penting untuk dipahami, karena tujuan yang spesifik memungkinkan kita bisa mengontrol efektifitas penggunaan strategi pembelajaran

2.      Prinsip komunikasi

Proses pembelajaran dapat dikatakan sebagai proses komunikasi, yang menunjuk pada proses penyampaian pesan dari seseorang (sumber pesan) kepada seseorang atau sekelompok orang (penerima pesan). Pesan yang ingin disampaikan dalam hal ini adalah materi pelajaran yang diorganisir dan disusun sesuai dengan tujuan tertentu yang ingin dicapai. Dalam proses komunikasi guru berfungsi sebagai sumber pesan dan siswa berfungsi sebagai penerima pesan.

Sistem komunikasi dikatakan efektif manakala pesan ini dapat mudah ditangkap oleh penerima pesan secara utuh. Dan sebaliknya, sistem komunikasi dikatakan tidak efektif, manakala penerima pesan tidak dapat menangkap setiap pesan yang disampaikan. Kesulitan menangkap pesan itu dapat terjadi oleh berbagai gangguan (noise) yang dapat menghambat kelancaran proses komunikasi. Akibat gangguan (noise) tersebut memungkinkan penerima pesan (siswa) tidak memahami atau tidak dapat menerima sama sekali pesan yang ingin disampaikan. Sebagai suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada proses penyampaian, maka prinsip komunikasi merupakan prinsip yang sangat penting untuk diperhatikan. Artinya, bagaimana upaya yang bisa dilakukan agar setiap guru dapat menghilangkan setiap gangguan (noise) yang bisa mengganggu proses komunikasi.[17]

3.      Prinsip Kesiapan

Dalam teori belajar koneksionisme, "kesiapan" merupakan salah satu hukum belajar. Inti dari hukum belajar ini adalah bahwa setiap individu akan merespon dengan cepat dari setiap stimulus yang muncul manakala dalam dirinya sudah memiliki kesiapan, sebaliknya, tidak mungkin setiap individu akan merespon setiap stimulus yang muncul manakala dalam dirinya belum memiliki kesiapan. Yang dapat kita tarik hukum belajar ini adalah agar siswa dapat menerima informasi setiap stimulus yang kita berikan, terlebih dahulu kita harus memposisikan mereka dalam keadaan siap baik secara fisik maupun psikis untuk menerima pelajaran. Jangan mulai kita sajikan materi pelajaran, manakala siswa belum siap untuk menerimanya.

4.      Prinsip Berkelanjutan

Proses pembelajaran ekspositori harus dapat mendorong siswa untuk mau mempelajari materi pelajaran lebih lanjut. Pembelajaran bukan hanya berlangsung pada saat ini, akan tetapi juga untuk waktu selanjutnya. Ekspositori yang berhasil adalah manakala melalui proses penyampaian dapat membawa siswa pada situasi ketidakseimbangan (disequilibrium), sehingga mendorong mereka untuk mencari dan menemukan atau menambah wawasan melalui belajar mandiri.[18]

E.     Prosedur Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Ekspositori

Adapun prosedur pelaksanaan strategi pembelajaran ekspositori adalah:

1.      Merumuskan tujuan yang ingin dicapai

Merumuskan tujuan merupakan langkah pertama yang harus dipersiapkan guru. Tujuan yang ingin dicapai sebaiknya dirumuskan dalam bentuk perubahan tingkah laku yang spesifik yang berorientasi kepada hasil belajar. Dengan demikian, melalui tujuan yang jelas selain dapat membimbing siswa dalam menyimak materi pelajaran juga akan diketahui efektifitas dan efisiensi penggunaan strategi ini.

2.      Menguasai materi pelajaran dengan baik

Penguasaan materi pelajaran dengan baik merupakan syarat mutlak bagi penggunaan strategi pembelajaran ekspositori. Penggunaan materi yang sempurna, akan membuat kepercayaan dari guru meningkat, sehingga guru akan mudah mengelola kelas. Ia akan bebas bergerak, berani menatap siswa, tidak takut dengan perilaku-perilaku siswa yang dapat mengganggu jalannya proses pembelajaran dan lain sebagainya.

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan guru agar dapat menguasai materi pelajaran. Pertama, pelajari sumber-sumber belajar yang mutakhir. Kedua, persiapan masalah-masalah yang mungkin muncul dengan cara menganalisis materi pelajaran sampai detailnya. Ketiga, buatlah garis besar materi pelajaran yang akan disampaikan untuk memadu dalam penyajian agar tidak melebar.

3.      Mengenali medan dan berbagai hal yang dapat mempengaruhi proses pencapaian

Mengenali lapangan atau medan merupakan hal penting dalam langkah persiapan. Pengenalan medan yang baik memungkinkan guru dapat mengantisipasi berbagai kemungkinan yang dapat mengganggu proses penyajian materi pelajaran. Beberapa hal yang berhubungan dengan medan yang harus dikenali diantaranya : pertama, latar belakang siswa yang akan menerima materi, misalnya kemampuan dasar atau pengalaman belajar siswa sesuai dengan materi yang akan disampaikan, minat, dan gaya belajar siswa, dan lain sebagainya. Kedua, kondisi ruangan, baik menyangkut luas dan besarnya ruangan, pencahayaan, posisi tempat duduk, maupun kelengkapan ruangan itu sendiri.[19]

F.     Langkah-Langkah Strategi Pembelajaran Ekspositori

Menurut Kardi dan Nur, Langka – langka strategi pembelajaran ekspositori adalah:

1.      Menyampaikan Tujuan Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran siswa harus mengetahui dengan jelas, apa tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran yang akan mereka ikuti. Penyampaian tujuan pembelajaran kepada siswa bertujuan agar siswa mengetahui apa target yang harus dicapai dalam proses pembelajaran. Menyampaikan tujuan pembelajaran bisa dilakukan dengan cara menuliskan rangkuman rencana pembelajaran di papan tulis atau juga bisa ditampilkan dalam slide power point yang sudah disiapkan oleh guru.

2.      Menyiapkan Siswa

Kegiatan ini bertujuan untuk memusatkan perhatian siswa pada pokok pembicaraan yang akan dibicarakan pada proses pembelajaran dan mengingatkan kembali pada hasil belajar yang ingin dicapai yang terdapat pada tujuan pembelajaran. Kegiatan ini termasuk dalam tahap periapan. Dalam strategi pembelajaran ekspositori, langkah persiapan merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran ekspositori sangat tergantung pada langkah persiapan. [20]

3.      Presentasi dan Demonstrasi

Langkah selanjutnya adalah melakukan presentasi atau demostrasi. Kegiatan presentasi bertujuan untuk memberikan pengetahuan tambahan kepada siswa ,sedangka demontrasi dapat menumbuhkan keterampilan siswa. Kunci keberhasilan presentasi terletak pada penjelasan yang jelas, sedangkan kunci keberhasilan demostrasi adalah mengikuti langka – langka demonstrasi yang efektif. Kegiatan ini termasuk dalam kegiatan penyampaian dan penajian inti dari proses pembelajaran.

4.      Mencapai pemahaman dan penguasaan

Seorang guru harus memperhatikan setiap tahap demonstrasi yang dilakukan. Jika guru ingin agar semua siswa dapat melakukan sesuatu dengan benar, maka guru harus berupaya agar segala sesuatu yang di demonstrasikan juga benar. Supaya dapat mendemonstrasikan sesuatu dengan benar ,makadiperlukan latihan yang intensif, dan juga harus memperhatikan bagianbagian penting dari sebuah keterampilan atau konsep yang didemonstrasikan.

 

 

5.      Memberikan latihan terbimbing

Salah satu bagian penting dalam strategi pembelajaran ialah bagaiman guru mempersiapkan dan melaksanakan “pelatihan terbimbing”. Keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat meningkatkan retensi, membuat pembelajaran berlangsung dengan lancar, dan memungkinkan siswa dapat menerapkan dalam keterampilan yang didapat dalam kehidupan sehari – hari.

Menurut Kardi dan Nur ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam menerapkan dan melakukan pelatihan, yaitu:

a.        Mengintruksi siswa untuk melaksanakan latihan mulai dari tingkat dasar.

b.      Memberikan pelatihan pada siswa sampai benar-benar menguasai keterampilan atau konsep yang dipelajari.

c.       Berhati-hati dalam memberikan pelatihan berkelanjutan, pelatihan yang dilakukan secara terus menerus dalam waktu yang lama dapat menimbulkan kejenuhan pada siswa.

d.      Memperhatikan tahap-tahap awal pelatihan, yang mungkin saja siswa melakukan keterampilan yang kurang benar atau bahkan salah tanpa disadari. [21]

6.      Mengecek Pemahaman dan Memberikan Upan Balik

Pada tahap ini biasanya disebut juga sebagai tahap resitasi, dimana pada tahap ini guru memberikan respon terhadap jawaban siswa. Kegiatan ini merupakan aspek penting dalam strategi pembelajaran ekspositori, karena dalam kegiatan ini guru dapat melihat hasil dari proses pembelajaran. Guru bisa menerapkan berbagai cara untuk memberikan umpan balik, seperti memberikan umpan balik secara lisan, tes, dan komentar tertulis. Tanpa kegiatan umpan balik yang spesifik, siswa tak mungkin dapat memperbaiki kekurangannya, dan tidak dapat mencapai tingkat penguasaan keterampilan dengan baik.

Menurut Kardi dan Nur , dalam memberikan umpan balik yang efektif kepada siswa yang jumlahnya banyak, terdapat beberapa prinsip yang patut dipertimbangkan, yaitu:

a.       Melakukan umpan balik sesegera mungkin setelah kegiatan latihan, hal ini tidak berarti bahwa umpan balik harus diberikan kepada siswa dengan seketika, namun umpan balik diberikan saat kegiatan latihan selesai sehingga siswa dapat mengingat dengan jelas apa yang sudah ia dapatkan dari proses pembelajaran.

b.      Mengusahakan agar umpan balik yang diberikan sudah jelas dan spesifik sehingga dapat membantu siswa.

c.       Umpan balik ditujukan langsung pada tingka laku dan bukan pada maksud yang tersirat dalam tingka laku tersebut.

d.      Mengupayakan umpan balik yang diberikan sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.

e.       Memberikan pujian dan umpan balik pada kinerja yang benar.

f.       Jika memberikan umpan balik negatif, guru harus menyertakan demonstrasi yang benar.

g.      Membantu siswa memusatkan perhatiannya pada proses dan bukan pada hasil.

h.      Mengajari siswa cara memberi umpan balik kepada dirinya sendiri, dan bagaimana menilai keberhasilan kinerjanya sendiri.

7.      Memberikan Kesempatan Latihan Mandiri

Pada tahap ini guru memberikan tugas kepada siswa untuk menerapkan keterampilan yang baru saja diperoleh secara mandiri. Menurut Kardi dan Nur ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam memberikan tugas mandiri yaitu :

a.       Tugas rumah yang diberikan bukan merupakan kelanjutan dari proses pembelajaran, tetapi sebuah keterampilan yang mengarahkan pada pembelajaran selanjutnya.

b.      Guru sebaiknya melakukan kerja sama dengan orang tua dalam keterlibatan membimbing siswa di rumah.

c.       Guru perlu memberikan umpan balik tentang hasil tugas yang diberikan kepada siswa di rumah.[22]

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Ekspositori yang berhasil adalah manakala melalui proses penyampaian dapat membawa siswa pada situasi ketidakseimbangan (disequilibrium), sehingga mendorong mereka untuk mencari dan menemukan atau menambah wawasan melalui proses belajar mandiri. Keberhasilan penggunaan strategi ekspositori sangat tergantung pada kemampuan guru untuk bertutur atau menyampaikan materi pelajaran.

Sebagai suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada proses penyampaian, maka prinsip komunikasi merupakan prinsip yang sangat penting untuk diperhatikan. Artinya, bagaimana upaya yang bisa dilakukan agar setiap guru dapat menghilangkan setiap gangguan (noise) yang bisa mengganggu proses komunikasi.

Walaupun penyampaian materi pelajaran merupakan ciri utama dalam strategi pembelajaran ekspositori melalui metode ceramah, namun tidak berarti proses penyampaian materi tanpa tujuan pembelajaran. Justru tujuan itulah yang harus menjadi pertimbangan utama dalam penggunaan strategi ini. Karena itu sebelum strategi ini diterapkan terlebih dahulu guru harus merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas dan terukur.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Iif Khoiru, dkk, Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu, Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2011.

Ariani, Tri, Penerapan Strategi Pembelajaran Ekspositori Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika, dalam Jurnal Inovasi dan Pembelajaran Fisika, vol.4, no.1, 2017.

Atriyanto, Bayu, Pengaruh Strategi Pembelajaran Ekspositori Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Diklat Memperbaiki Compact Cassete Recorder Kelas XI Tav di SMA Negeri 2 Surabaya, dalam Jurnal Pendidikan Teknik Elektro, vol.3, no.2, 2014.

Budianto dan Jihan Arbaini, Pengaruh Strategi Ekspositori Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Submateri Sistem Saraf Manusia di Kelas XI SMA Swasta YAPIM Medan, dalam Jurnal Biology Education, Science & Technology, vol.1, no.2, 2018.

Dewi, Masitoh dan Laksmi, Strategi Pembelajaran, Jakarta: Departemen Agama RI, 2009.

Hamdayama, Jumanta, Metodologi Pengajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2016.

Jamarah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2002.

Majid, Abdul, Strategi Pembelajaran, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2013.

Nahar, Novi Irwan, Penerapan Teori Belajar Behavioristik Dalam Proses Pembelajaran, dalam Jurnal Nusantara (Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial), vol,.1, 2016.

Nur, Soeparman Kardi dan Mohamd, Pengajaran Langsung, Surabaya : Unipres IKIP Surabaya, 1999.

Ragin, Gestiana, dkk, Implementasi Strategi Pembelajaran Ekspositori untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika di Sekolah Dasar, dalam Jurnal Pendidikan dan Dakwah, vol.2, no.1, 2020.

Sabri, Ahmad, Strategi Belajar Mengajar Dan Micro Teaching, Ciputat: Ciputat Press, 2007.

Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar dan Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2006.

Schoenherr, Palendeng, Strategi Pembelajaran Sains, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003.

Yuniar, Tanti, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Agung Media Mulia, tt.

 

http://sunartombs.wordpress.com/ pengertian-metode-ekspositori/.

 



[1] Jumanta Hamdayama, Metodologi Pengajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), hlm.34.

[2] Novi Irwan Nahar, Penerapan Teori Belajar Behavioristik Dalam Prosespembelajaran, dalam Jurnal Nusantara (Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial), vol,.1, 2016, hlm.66. Di unduh tanggal 23 November 2020 dari http://jurnal.um-tapsel.ac.id/index.php/nusantara/article/viewFile/94/94

[3] Tanti Yuniar, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Agung Media Mulia, tt), hlm. 560.

[4] Iif Khoiru Ahmadi dkk, Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu, (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2011), hlm.13.

[5] Budianto dan Jihan Arbaini, Pengaruh Strategi Ekspositori Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Submateri Sistem Saraf Manusia di Kelas XI SMA Swasta YAPIM Medan, dalam Jurnal Biology Education, Science & Technology, vol.1, no.2, 2018, hlm.2. Di unduh pada tanggal 23 November 2020 dari https://media.neliti.com/media/publications/294938-pengaruh-strategi-ekspositori-terhadap-h-aee51a97.pdf

[6] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar dan Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm.180.

[7] Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2009), hml.141.

[8] Jamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm.26.

[9] http://sunartombs.wordpress.com/ pengertian-metode-ekspositori/. Diakses tanggal 23 November 2020.

[10] Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar Dan Micro Teaching, (Ciputat: Ciputat Press, 2007), hlm.11.

[11] Bayu Atriyanto, Pengaruh Strategi Pembelajaran Ekspositori Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Diklat Memperbaiki Compact Cassete Recorder Kelas XI Tav di SMA Negeri 2 Surabaya, dalam Jurnal Pendidikan Teknik Elektro, vol.3, no.2, 2014, hlm.10. Di unduh pada tanggal 25 November 2020 dari https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-teknik-elektro/article/download/7484/3669 

[12] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan...,  hlm.179.

[13] Soeparman Kardi dan Mohamd Nur, Pengajaran Langsung, (Surabaya : Unipres IKIP Surabaya, 1999), hlm.3.

[14] Gestiana Ragin dkk, Implementasi Strategi Pembelajaran Ekspositori untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika di Sekolah Dasar, dalam Jurnal Pendidikan dan Dakwah, vol.2, no.1, 2020, hlm.56-57. Di unduh pada tanggal 24 November 2020 dari  https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/pandawa

[15] Tri Ariani, Penerapan Strategi Pembelajaran Ekspositori Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika, dalam Jurnal Inovasi dan Pembelajaran Fisika, vol.4, no.1, 2017, hlm.21. Di unduh tanggal 24 November 2020 darihttps://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jipf/article/view/4258/2319

[16] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan..., hlm.181.

[17] Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2013), hlm.217.

[18] Palendeng Schoenherr, Strategi Pembelajaran Sains, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), hlm.80.

[19] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan...,  hlm.180-182.

[20] Soeparman Kardi dan Mohamd Nur, Pengajaran Langsung..., hlm. 27-29

[21] Soeparman Kardi dan Mohamd Nur, Pengajaran Langsung..., hlm. 35-36.

[22] Soeparman Kardi dan Mohamd Nur, Pengajaran Langsung..., hlm. 39-42.

0 comments:

Posting Komentar

 
 
Blogger Templates