Social Icons

Jumat, 08 April 2016

QUANTUM TEACHING

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Quantum Teaching

       Quantum Teaching berasal dari dua kata yaitu "Quantum" yang berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya dan "Teaching" yang berarti mengajar. Dengan demikian maka Quantum Teaching adalah orkestrasi bermacam-macam interaksi yang ada didalam dan disekitar momen belajar.[1]
       Quantum Teaching yaitu sebuah metode pembelajaran yang terbukti mampu meningkatkan motivasi belajar anak didik, meningkatkan prestasi, meningkatkan rasa percaya diri, meningkatkan harga diri dan melanjutkan penggunaan keterampilan sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan. Metode Quantum Teaching merupakan salah satu metode yang dilukiskan mirip sebuah orkestra, dimana kita sedang memimpin konser saat berada diruang kelas, karena disitu membutuhkan pemahaman terhadap karakter murid yang berbeda-beda sebagaimana alat-alat musik yang berbeda pula. Karenanya Quantum Teaching mengajarkan agar setiap karakter dapat memiliki peran dan terlibat aktif dalam proses belajar mengajar sehingga pembelajaran membawa kesuksesan.[2]
       Sebenarnya penggunaan istilah Quantum dalam Quantum Teaching ini berasal dari konsep persamaan fisika quantum yang dikembangkan oleh Isac Newton. Kata Quantum sendiri berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Melalui teori yang dikembangkannya, Isac Newton membuat rumus yang sangat popular yaitu:[3]
E = MC2

E = Energi                          M = Massa                             C = Interaksi

Konsep Quantum fisika di atas, apabila dikaitkan dengan Quantum Teaching bisa dimaknai sebagai berikut:
E = Energi (antusiasme, efektivitas belajar mengajar, semangat)
M = Massa (semua individu yang terlibat, situasi, materi, fisik)
C = Interaksi (hubungan yang tercipta di kelas)
       Dengan demikian, Quantum Teaching berarti pengubahan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa. Interaksi-interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain.[4]
      
B. Asas Utama Quantum Teaching
       Asas utama Quantum Teaching adalah Bawalah dunia mereka kedunia kita, dan antarkan dunia kita kedalam dunia mereka. Asas ini terletak pada kemampuan guru untuk menjembatani jurang antara dua dunia yaitu guru dengan siswa. Artinya bahwa tidak ada sekat-sekat yang membatasi antara seorang guru dan siswa sehingga keduanya dapat berinteraksi dengan baik.[5]
       Seorang guru juga diharapkan mampu memahami karakter, minat, bakat dan fikiran setiap siswa, dengan demikian berarti guru dapat memasuki dunia siswa. Inilah hal pertama yang harus dilakukan oleh seorang guru, untuk mendapatkan hak mengajar, pertama-tama guru harus membangun jembatan autentik memasuki kehidupan murid. Mengajar adalah hak yang harus diraih, dan diberikan oleh siswa, bukan oleh departemen Pendidikan. Belajar dari segala definisinya adalah kegiatan full contact. Dengan kata lain, belajar melibatkan semua aspek kehidupan manusia yang meliputi pikiran, perasaan, dan bahasa tubuh, disamping pengetahuan sikap dan keyakinan sebelumnya serta persepsi masa mendatang. Dengan demikian, karena belajar berurusan dengan orang secara keseluruhan, hak untuk memudahkan belajar tersebut harus diberikan oleh pelajar dan diraih oleh guru.
       Bagaimana caranya? Yaitu dengan mengaitkan apa yang akan diajarkan dengan sebuah peristiwa, pikiran, atau perasaan yang diperoleh dari kehidupan rumah, sosial, atletik, musik, seni, rekreasi, atau akademis mereka. Setelah kaitan terbentuk, guru bisa membawa siswa kedunia guru, dan memberi siswa pemahaman guru mengenai isi dunia itu. Ketika seorang guru sudah dapat memasuki dunia siswa dan diterima dengan baik oleh siswa maka sudah saatnya pula siswa diajak untuk memasuki dunia lain yang lebih luas sehingga apa yang dipelajari oleh siswa tersebut dapat diterapkan pada situasi baru dalam kehidupan lingkungannya.[6]
       Dalam interaksi edukatif yang berlangsung terjadi interaksi yang bertujuan. Guru dan anak didiklah yang menggerakkannya. Interaksi yang bertujuan itu disebabkan gurulah yang memaknainya dengan menciptakan lingkungan yang bernilai edukatif demi kepentingan anak didik dalam belajar. Guru ingin memberikan layanan yang terbaik kepada anak didik, dengan menciptakan lingkungan yang menyenangkan dan menggairahkan. Guru berusaha menjadi pembimbing yang baik dengan peranan yang arif dan bijaksana, sehingga tercipta hubungan dua arah yang harmonis antara guru dan Murid.[7]

C. Prinsip-Prinsip Quantum Teaching
       Selain asas utama Quantum Teaching juga memiliki prinsip atau yang disebut oleh DePorter sebagai kebenaran tetap. Prinsip-prinsip ini akan berpengaruh terhadap aspek Quantum Teaching itu sendiri, prinsip-prinsip itu adalah:
1. Segalanya Berbicara
       Maksudnya adalah segala hal yang berada dikelas mengirim pesan tentang belajar. Menurut Islam prinsip ini berarti bahwa segala sesuatu memiliki jiwa atau personalitas. Air, tanah, tumbuh-tumbuhan, binatang, manusia dan sebagainya memiliki jiwa dan personalitas. Oleh karenanya semua itu harus diperlakukan secara baik dan diberikan hak hidupnya, dirawat dan disayang, sehingga semuanya bersahabat dan bermanfaat bagi manusia.[8]
2. Segalanya Bertujuan
       Semua yang kita lakukan memiliki tujuan. Semua yang terjadi dalam penggubahan pembelajaran mempunyai tujuan. Prinsip ini terdapat dalam Al-Qur'an surat Ali-Imron ayat 191, yaitu:
tûïÏ%©!$# tbrãä.õtƒ ©!$# $VJ»uŠÏ% #YŠqãèè%ur 4n?tãur öNÎgÎ/qãZã_ tbr㍤6xÿtGtƒur Îû È,ù=yz ÏNºuq»uK¡¡9$# ÇÚöF{$#ur $uZ­/u $tB |Mø)n=yz #x»yd WxÏÜ»t/ y7oY»ysö6ß $oYÉ)sù z>#xtã Í$¨Z9$# ÇÊÒÊÈ  
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.

       Ayat ini berkaitan dengan ayat-ayat sebelumnya yang berbicara tentang sikap orang-orang yang berakal yang mampu meneliti segala ciptaan Tuhan yang ada dilangit dan dibumi serta pergantian waktu siang dan malam. Dengan berpegang pada prinsip ini, maka seorang yang berakal akan selalu meneliti rahasia, manfaat, hikmah yang terkandung dalam semua ciptaan Tuhan.
       Pengalaman sebelum pemberian nama, maksudnya uraian, penjelasan dan informasi tentang "sesuatu" sebelum siswa memperoleh nama "sesuatu" itu untuk dipelajari. Atau dengan bahasa yang lebih mudah yaitu mencari "sesuatu" sebelum diberi tahu tentang "sesuatu itu". Dalam ajaran Islam seseorang terlebih dahulu disuruh percaya kepada Allah, mengucapkan dua kalimah syahadah, melaksanakan sholat, membaca Al-Qur'an dan mempraktekkan ajaran Islam lainnya. Hal ini memberikan penjelasan terhadap sesuatu yang sudah dikuasai anak akan lebih mantap dalam pengajaran, daripada lebih dahulu mengemukakan teori yang sulit baru kemudian mempraktekkannya.
3. Pengalaman sebelum pemberian nama
       Siswa dianjurkan untuk mencari sebanyak mungkin informasi yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan oleh guru di kelas. Proses belajar paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari. Dalam mempelajari sesuatu (konsep, rumus, teori dan sebagainya) harus dilakukan dengan cara memberi siswa tugas (pengalaman/eksperimen) terlebih dahulu. Dengan tugas tersebut akhirnya siswa mampu menyimpulkan sendiri konsep, rumus, dan teori tersebut. Dalam hal ini guru harus mampu merancang pembelajaran yang mendorong siswa untuk melakukan penelitian sendiri dan menyimpulkan. Guru juga harus menciptakan simulasi konsep agar siswa memperoleh pengalaman.[9]
4. Akui setiap usaha
       Guru tidak segan-segan mengakui berbagai usaha yang dilakukan oleh siswa, sekecil apapun usaha itu.[10] Siswa patut mendapatkan pengakuan atas prestasi dan kepercayaan dirinya dalam setiap proses pembelajaran. Guru harus mampu memberi penghargaan/pengakuan pada setiap usaha siswa. Jika usaha siswa jelas salah, guru harus mampu memberi pengakuan/penghargaan walaupun usaha siswa salah, dan secara perlahan membetulkan jawaban siswa yang salah. Jangan mematikan semangat siswa untuk belajar.[11]
5. Jika layak dipelajari
       Guru harus memberikan pujian pada siswa yang terlibat aktif pada pelajaran dan menunjukkan prestasi. Misalnya dengan memberi tepuk tangan, memberi hadiah seperti permen dan cokelat, serta guru dapat berkata-kata seperti bagus!, baik!, dan lain sebagainya.[12] Ungkapan ini dapat memberi umpan balik (feedback) mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiatif positif dengan belajar. Dalam hal ini guru harus memiliki strategi untuk memberi umpan balik positif yang dapat mendorong semangat belajar siswa. Berilah umpan balik positif pada setiap usaha siswa, baik secara berkelompok maupun secara individu.[13]
       Kelima prinsip dalam penerapan Quantum Teaching di atas terlihat jelas bahwa kemampuan guru dalam mempersiapkan pembelajaran, mengajar pada saat proses berlangsung, dan sikap para guru dalam memperlakukan siswa dalam kelas mesti diperbaiki. Selama ini masih ada yang tidak melaksanakan proses pembelajaran dengan tidak baik. Selain itu, apresiasi guru terhadap karya siswa juga sangat penting. Hal ini akan membangun kepercayaan diri siswa. Pujian juga sangat berarti bagi siswa sehingga siswa termotivasi untuk belajar dan meraih prestasi yang gemilang.

D. Model Quantum Teaching
       Model Quantum Teaching dibagi atas dua kategori yaitu:[14]
1. Konteks (context)
       Konteks adalah latar untuk pengalaman, yang meliputi lingkungan, suasana, landasan, dan rancangan. Dalam konteks guru dituntut harus mampu mengubah suasana yang memberdayakan untuk kegiatan proses belajar mengajar, landasan yang kukuh untuk kegiatan proses belajar mengajar, lingkungan yang mendukung proses belajar mengajar, dan rancangan pembelajaran yang dinamis.
2. Isi (content)
       Isi mencakup masalah penyajian dan fasilitasi guna mempermudah proses belajar. Dalam isi guru dituntut untuk mampu menerapkan keterampilan penyampaian isi pembelajaran dan strategi yang dibutuhkan siswa untuk bertanggung jawab atas apa yang dipelajarinya.
       Interaksi dari konteks dan isi dapat mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan orang lain. Jika dikaitkan dengan situasi belajar mengajar sekolah, unsur-unsur yang sama tersusun dengan baik yaitu suasana, lingkungan, landasan, rancangan, penyajian, dan fasilitas. Empat ciri dari kerangka konseptual tentang langkah-langkah pengajaran dalam Quantum Teaching yaitu:[15]
a) Adanya unsur  demokrasi  dalam  pengajaran.
       Unsur demokrasi dalam pengajaran quantum teaching dapat dilihat dari adanya kesempatan yang luas kepada seluruh para siswa untuk terlibat aktif dan partisipasi dalam tahapan-tahapan kajian terhadap suatu mata pelajaran, sehingga  memungkinkan munculnya dan terekspresikannya seluruh potensi dan bakat yang terdapat pada diri si anak.
b) Adanya  kepuasan  pada  diri  si  anak.
       Kepuasan pada diri si anak muncul dari adanya pengakuan terhadap temuan dan kemampuan yang ditunjukkan oleh si anak secara proporsional.

c) Adanya unsur pemantapan dalam menguasai materi atau suatu keterampilan yang diajarkan.
       Pemantapan dalam menguasai materi atau suatu keterampilan yang diajarkan dapat dilihat dari adanya pengulangan terhadap sesuatu yang sudah dikuasai si anak.

d) Adanya unsur kemampuan pada seorang guru dalam merumuskan temuan yang dihasilkan si anak, dalam bentuk konsep, teori, model dan sebagainya.
       Quantum Teaching menawarkan model-model pembelajaran yang berprinsip memberdayakan potensi yang dimiliki siswa dan kondisi di sekitarnya. Model-model tersebut adalah:[16]
(1). Model AMBAK
       AMBAK merupakan singkatan dari Apa Manfaat Bagiku. Model ini adalah suatu model penting Quantum Teaching dan menekankan bagaimana sedapat mungkin bisa menghadirkan perasaan dalam diri siswa bahwa apa yang mereka pelajari akan memberikan manfaat yang besar. Secara jelas prinsip AMBAK akan dipaparkan sebagai berikut:
(a) A : Apa yang dipelajari
       Misalnya dalam pelajaran akhak materi akhlak terpuji, guru hanya menetapkan prinsip dari akhlak-akhlak tersebut, peserta didik yang menentukan berbagai tema pelajaran sebagai contohnya. Misalnya, mereka dibawa ke sebuah pasar lalu dibiarkan mengamati segala interaksi yang ada di pasar, baik antara para penjual dan pembeli maupun para pengunjung yang ada di pasar.

(b) M : Manfaat
       Guru tidak hanya menjelaskan materi yang dipelajari di kelas, melainkan guru juga harus menjelaskan manfaat yang diperoleh dari materi yang diajarkan. Contohnya. Materi tentang berwudhu. Guru tidak hanya menjelaskan syarat sah dan rukun wudhu, tetapi lebih dari itu, guru harus bisa menjelaskan kepada siswa apa hikmah yang bisa diambil dari berwudhu. Intinya guru harus mendorong siswa bisa memahami situasi yang sebenarnya (insight), sehingga siswa termotivasi dan tertantang untuk mempelajari semua hal dengan lebih mendalam.

(c) BAK : Bagiku
       Manfaat apa yang akan saya dapat di kemudian hari dengan mempelajari ini semua. Misalnya, pelajaran bersuci dengan tayamum. Mungkin bagi siswa yang berada di daerah dengan pasokan air melimpah, mungkin pelajaran tayamum tidak banyak memberikan arti. Dalam kondisi ini, guru harus menjelaskan kepada siswa bahwa suatu ketika model bersuci dengan tayamum pasti akan bermanfaat, terlebih ketika dalam suatu perjalanan tidak menemukan air atau ketika sakit yang tidak diperkenankan terkena air.
       Jadi dapat dikatakan bahwa AMBAK merupakan motivasi yang didapat dari pemilihan secara mental antara manfaat dan akibat-akibat suatu keputusan.[17]
       Prinsip AMBAK menunjukkan bahwa Quantum Teaching lebih menekankan pada pembelajaran yang akan bermanfaat kelak bagi anak saat dewasa nanti. Quantum Teaching juga lebih menitikberatkan pada pembelajaran yang sarat makna dan sistem nilai yang bermanfaat bagi siswa kelak.

(2). Model TANDUR
       Model pembelajaran Quantum Teaching yang dapat digunakan juga adalah teknik TANDUR, yang merupakan kepanjangan dari Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Secara jelas akan dipaparkan sebagai berikut:[18]
(a) T : Tumbuhkan
       Tumbuhkan mengandung makna bahwa pada awal kegiatan pembelajaran pengajar harus berusaha menumbuhkan/mengembangkan minat siswa untuk belajar. Dengan tumbuhnya minat, siswa akan sadar manfaatnya kegiatan pembelajaran bagi dirinya atau bagi kehidupannya. Beberapa teori pembelajaran seperti rancangan pembelajaran motivasional Keller juga menyebutkan bahwa menumbuhkan perhatian atau minat siswa merupakan langkah awal dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan Dick dan Carey mengungkapkan sebagaimana dikutip oleh Made Wena bahwa menumbuhkan minat siswa dan memelihara selama pembelajaran merupakan langkah awal dari strategi pembelajaran.
       Seorang guru tidak hanya memposisikan diri sebagai pentransfer ilmu pengetahuan saja, melainkan juga sebagai fasilitator, mediator, dan motivator. Dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), misalnya guru harus bisa menjelaskan kepada siswa akan petingnya belajar PAI. Di samping itu, guru juga harus memotivasi siswa bahwa mempelajari agama dapat menunjang perbaikan pribadi pada masa sekarang dan akan datang.[19]
(b) A : Alami
       Ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua siswa. Artinya, bagaimana guru bisa menghadirkan suasana alamiah yang tidak membedakan antara yang satu dengan yang lain. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa kemampuan masing-masing siswa berbeda, hal itu tidak boleh menjadi alasan para guru untuk mendahulukan siswa yang lebih pandai daripada siswa yang kurang pandai. Semua siswa berhak mendapat perlakuan yang sama.
(c) N : Namai
       Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, atau strategi terlebih dahulu terhadap sesuatu yang akan diberikan kepada siswa. Guru sedapat mungkin memberikan pengantar terhadap materi yang hendak disampaikan. Hal ini dimaksudkan agar ada informasi pendahuluan yang dierima oleh siswa. Selain itu, guru diharapkan juga bisa membuat kata kunci terhadap hal-hal yang dianggap sulit. Dengan kata lain, guru harus bisa membuat sesuatu yang sulit menjadi sesuatu yang mudah.

(d) D : Demonstrasikan
       Sediakan kesempatan bagi siswa untuk “menunjukkan bahwa mereka tahu”. Sering kali dijumpai ada siswa yang mempunyai beragam kemampuan, akan tetapi mereka tidak mempunyai keberanian untuk menunjukkannya. Dalam hal ini, guru harus memberikan kesempatan dan kepercayaan pada seluruh siswa agar berani menunjukkan karya mereka kepada orang lain.

(e) U : Ulangi
       Guru harus mampu menunjukkan kepada siswa bagaimana cara mengulang materi secara efektif. Pengulangan materi dalam suatu pelajaran akan sangat membantu siswa mengingat materi yang disampaikan guru dengan mudah. Guru juga harus menegaskan kepada siswa bahwa mereka tahu bahwa mereka memang tahu ini.
       Ulangimemperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa " Aku tahu bahwa aku tahu ini". Dalam hal ini menunjukkan apa yang telah dijarkan oleh guru agar betul-betul terlihat hasilnya dan lebih mantap. Dalam hal ini Ari Ginanjar Agustian berargumen bahwa untuk membentuk sebuah karakter manusia unggul dibutuhkan mekanisme RMP (Repetitif Magic Power) atau pengulangan yang terus menerus. Dalam RMP ini, energy potensial yang maha dahsyat yang berada dalam diri setiap manusia diubah menjadi energi kinetik secara berulang-ulang, sehingga menghasilkan sebuah karakter manusia yang handal.[20]
       Contoh pengulangan ini dapat kita lihat dalam ibadah sholat, kalimat apa saja yang anda baca ketika sholat? Sifat mulia apa saja yang anda baca ketika itu? Dan berapa kalikah pengulangan itu anda lakukan?. Sholat merupakan pengulangan terhebat. Didalam QS Al-Anfal (rampasan Perang) 8:45 diisyaratkan agar kita melakukan pengulangan.
(#qçFç6øO$$sù (#rãà2øŒ$#ur ©!$# #ZŽÏWŸ2 öNä3¯=yè©9 šcqßsÎ=øÿè? ÇÍÎÈ  
"maka perkokohlah (berteguh hati) dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu memperoleh kemenangan".

(f) R : Rayakan
       Keberhasilan dan prestasi yang diraih siswa, sekecil apapun, harus diapresiasi guru. Bagi siswa, perayaan akan mendorong mereka memperkuat rasa tanggung jawab. Perayaan akan mengajarkan mereka mengenai motivasi hakiki tanpa insentif. Siswa akan menanti kegiatan belajar, sehingga pendidikan mereka lebih dari sekedar mencapai nilai semata. Hal ini untuk menumbuhkan rasa senang pada diri siswa yang akan melahirkan rasa kepercayaan diri untuk berprestasi lebih baik lagi.
       Jadi dapat disimpulkan bahwa model TANDUR ini lebih menekankan pada pengembangan minat siswa dalam belajar, siswa mendapatkan perlakuan sama dari guru, siswa juga mendapatkan informasi pendahuluan terhadap materi yang akan dipelajari. Penekanan itu juga dalam memberikan kepercayaan pada seluruh siswa agar berani menunjukkan karya mereka kepada orang lain, pengulangan materi secara efektif juga sangat diperlukan, dan pemberian apresiasi kepada siswa agar siswa termotivasi dalam belajar.

E. Implementasi Quantum Teaching pada Pembelajaran PAI
       Pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) ranah afektif dan ranah psikomotorik bisa dikatakan lebih dominan dibanding ranah kognitifnya. Beranjak dari asumsi ini pengajaran PAI di sekolah umum semestinya memberikan porsi lebih banyak kepada penggunaan model dan strategi pembelajaran yang lebih mengarah kepada pencapaian aspek afektif dan psikomotorik, namun tetap tidak boleh mengabaikan aspek kognitif. Jika demikian halnya, maka penerapan Quantum Teaching dalam pembelajaran PAI kiranya dapat diaplikasikan. Adapun langkah-langkah pengajaran PAI sesuai dengan prinsip dan model Quantum Teaching:[21]
1. Menata Nilai
       Guru harus memiliki niat yang kuat bahwa apa yang dilakukannya hanya semata untuk beribadah kepada Allah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan Negara melalui pendidikan dan menyiapkan generasi penerus bangsa yang baik dan berkualitas. Membekali siswa dengan nilai-nilai agama yang diharapkan bisa menjadi nilai spiritual mereka dalam seala aktivitasnya. Yang tak kalah penting dalam konteks ini adalah positive thinking bahwa setiap siswa memiliki kemampuan dan motivasi untuk belajar. Dengan modal keyakinan ini, guru berusaha sebisa mungkin memaksimalkan potensi yang dimiliki siswa untuk kepentingan pembelajaran.
2. Menata Kelas
       Guru harus mampu menata ruang kelas sedemikian rupa sehingga siswa merasa tidak bosan berada dalam kelas dalam waktu yang lama. Jika ruang kelas dikelola dengan baik, maka akan memberikan manfaat dan peran besar untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif. Di antara contoh penataan itu yaitu mengatur posisi bangku, memberi aksesoris, menempelkan hasil karya siswa di dinding kelas, menempelkan kata-kata motivasi yang bisa diambil dari Al-Qur’an, hadits, perkataan sahabat Rasul atau para ulama, dan lain-lain. Berikut ini beberapa contoh penataan bangku yang disesuaikan dengan kondisi siswa, kelas, dan materi yang diajarkan dan bisa saja dikembangkan oleh guru menjadi lebih baik:[22]
a) Bentuk Lingkaran
       Penataan model ini sangat ideal untuk diskusi kelompok besar. Dalam pembelajaran PAI formasi ini bisa dipakai guru mendemonstrasikan berbagai praktek ibadah kepada siswa, seperti ibadah sholat.

b) Bentuk U atau setengah lingkaran
       Penataan ini adalah formasi serba guna. Siswa bisa menggunakan meja untuk membaca dan menulis, dapat melihat guru dan media yang dipakai dengan mudah. Dengan formasi ini siswa dengan mudah dipasangkan, khususnya bila ada dua tempat duduk per meja.

c) Penataan Berhadapan
       Formasi ini cocok untuk lingkungan aktif khas laboratorium di mana duduk di ruang kerja untuk mengerjakan soal atau tugas. Formasi ini juga cocok untuk mendorong kemitraan dalam belajar. Dalam pembelajaran PAI, formasi ini bisa digunakan untuk pengajaran Al-Qur’an, di mana bagi siswa yang mampu mengajarkan kepada yang tidak mampu secara intensif.

3. Proses Pembelajaran
       Hal-hal berikut ini bisa diperhatikan oleh guru untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan bervariasi:[23]
a) Keteladanan
       Dalam dunia pendidikan ada sebuah prinsip yang sangat popular “At thariqatu ahammu minal maddah, wal mu’allimu ahammu min ath thariqah” (Metode pembelajaran lebih penting dari pada materi, namun guru lebih penting dari pada metode itu sendiri). Dari prinsip ini tergambar bahwa guru mempunyai peran yang sangat vital dan sentral, terlebih lagi dalam pengajaran agama dan moral. Dan dalam Al-Qur’an yang artinya adalah dosa besar menurut Allah, jika engkau mengatakan sesuatu tetapi engkau tidak melakukannya.
       Pepatah dan ayat di atas, semuanya mengacu pada keteladanan. Siswa sering tidak tertarik dalam pembelajaran karena melihat ada kontradiksi antara perkataan dan perbuatan guru. Namun ketika guru bisa memberikan keteladanan, maka akan lahir perasaan dalam diri siswa kesebangunan dan kecocokan antara yang mereka dengar dengan apa yang mereka lihat. Misalnya, ketika guru mengajarkan tentang kedisiplinan, maka guru harus menunjukkan kedisiplinannya kepada seluruh siswa.
b) Metode Pengajaran
       Guru harus mampu menggunakan metode yang beragam dan dapat mengkombinasikannya dengan baik. Intinya guru sangat diharapkan aktor yang mampu memainkan dan menyentuh berbagai gaya belajar anak, sehingga pembelajaran tidak terkesan monoton. Pembelajaran juga bisa terjadi di luar kelas, di ruang terbuka atau pergi ke tempat tertentu, sehingga para siswa tidak merasa bosan.
c) Media Pembelajaran
       Penggunaan media diharapkan agar proses pembelajaran menjadi lebih menarik, pembelajar lebih aktif dan interaktif, mengurangi proses pembelajaran dengan teknik yang konvensional saja, dan menumbuhkan sikap positif terhadap bahan dan proses pembelajaran. Sehingga mutu hasil pembelajaran akan meningkat. Misalnya, materi tentang ibadah haji, guru PAI dapat menggunakan gambar, foto, atau film yang berkaitan dengan pelaksanaan ibadah haji sebagai medianya.

d) Apresiasi
       Guru harus memberikan apresiasi kepada siswa terhadap hasil yang telah mereka kerjakan. Apresiasi bisa berupa materi seperti hadiah barang maupun non materi seperti kata-kata pujian, motivasi, perhatian, atau hal-hal positif lainnya.

e) Menyusun Kesimpulan
       Dalam pembelajaran dengan Quantum Teaching, menutup pelajaran tidak boleh bersifat satu arah. Di mana guru yang menyimpulkan materi, sedangkan siswa hanya mendengarkan saja. Oleh karena itu, siswa harus didorong untuk dapat menemukan kesimpulan dari materi yang disampaikan. Selanjutnya, guru memberikan penguatan atas kesimpulan yang disampaikan siswa. Seorang guru mata pelajaran PAI dapat mengajak para siswanya bermuhasabah pada akhir pembelajaran dengan cara mengaitkan materi dengan contoh kasus yang sedang berkembang.

       Implementasi Quantum Teaching dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam dipandang tepat sekali yang meliputi 3 langkah pengajaran PAI sesuai dengan prinsip dan model Quantum Teaching yaitu menata nilai, menata ruang kelas, dan memperhatikan proses pembelajaran. Di mana guru dapat menyampaikan materi pembelajaran di kelas secara inovatif dengan mengkombinasikan metode maupun strategi pembelajaran secara tepat sehingga siswa dapat melalui pembelajaran dengan menyenangkan dan pembelajaran dapat berjalan efektif dan efesien.


















BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
       Quantum Teaching merupakan pengubahan seluruh interaksi yang terjadi dalm proses pembelajaran yang mencakup pembelajaran efektif agar kesuksesan siswa tercapai dengan baik. Interaksi ini juga meliputi usaha mengembangkan potensi yang dimiliki oleh siswa agar bermanfaat bagi diri mereka sendiri dan orang lain. Lahirnya Quantum Teaching untuk memenuhi kebutuhan para guru agar pembelajaran tidak terkesan menoton dan hasil yang diharapkan bisa tercapai dengan lebih baik serta pembelajaran dapat berjalan menyenangkan.
       Mengingat betapa pentingnya mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), maka seharusnya lebih mendapat porsi perhatian yang ekstra dan serius dari semua pihak, terlebih lagi dari guru PAI yang merupakan aktor pertama dalam keberhasilan pengajaran PAI di sekolah. Para guru PAI tidak boleh berdiam diri dan merasa cukup dengan hasil pengajaran yang telah berjalan selama ini, melainkan mereka harus mengasah kemampuan mereka agar lebih baik dalam mengajarkan materi-materi Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan metode pembelajaran dan strategi pembelajaran modern seperti model pembelajaran Quantum Teaching.






      [1] Abuddin Nata, Manajemen Mengatasi kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2003),hlm.35

                [2]  http://aginista.blogspot.co.id/2013/02/metode-pembelajaran-quantum teaching.html

      [3] Kasinyo Harto dan Abdurrahmansyah, Metodologi Pembelajaran Berbasis Active Learning (Arah Baru Pembelajaran PAI di Sekolah dan Madrasah), (Yogyakarta: Pustaka Felicha, 2011), hlm. 158-159

          [4] Bobbi DePorter, dkk., Quantum Teaching (Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas), (Bandung: Kaifa, 2003), hlm.5

          [5] Kasinyo Harto dan Abdurrahmansyah,Op,Cit,hlm.159-160

          [6] Ibid...hal.159-160
          [7] Saiful Bahri Jamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineke,2000), hal.5

          [8] Abudin Nata, Op,Cit,hlm.41
          [9] Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer (Suatu Tinjauan Konseptual Operasional), (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hlm.162

          [10] Kasinyo Harto dan Abdurrahmansyah, Op,Cit,hal.161.
          [11] Made Wena, Op,Cit,hal.162
          [12] Kasinyo dan Abdurrahmansyah, Loc,Cit.
          [13] Made Wena, Loc,Cit.

          [14] Ibid...hal.163
          [15] Aade Sanjaya. 2016, Pembelajaran Quantum Teaching (online): http://aadesanjaya. blogspot.com/2011/04/pembelajaran-quantum-teaching-serta.html. Diakses pada Tanggal 02 April 2016

          [16] Kasinyo Harto dan Abdurrahmansyah, Op,Cit,hlm.161-162

          [17] Bobbi DePorter & Mike Hernacki, Quantum Learning, (Bandung: Kaifa, 2003), hlm.49
          [18] Made Wena,Op,Cit,hlm.165

          [19] Kasinyo Harto dan Abdurrahmansyah,Op,Cit.,hlm.163
          [20] Ari Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ power, Sebuah Inner Journey melalui Al-Ihsan,(Jakarta: Arga, 2003), hlm.270

          [21] Kasinyo Harto dan Abdurrahmansyah, Op,Cit,hlm.167
          [22] Ibid...hlm.169
          [23] Ibid...hlm.170

0 comments:

Posting Komentar

 
 
Blogger Templates