PENDEKATAN STUDI ISLAM DALAM PERSPEKTIF
PENDIDIKAN
METODE KARYA WISATA DALAM PERSPEKTIF
PENDIDIKAN
(Kajian Surah Al-Haj: 45-46)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pendidikan senantiasa menjadi sorotan bagi
masyarakat khususnya di Indonesia yang ditandai dengan adanya pembaharuan
maupun eksperimen guna terus mencari kurikulum, sistem pendidikan, dan metode
pengajaran yang efektif dan efisien. Berbicara tentang pendidikan berarti
berbicara tentang manusia dengan segala aspeknya. Nilai suatu bangsa terletak
dari kualitas sumber daya manusia yang menjadi warga Negara. Semakin baik
kualitas manusianya, bangsa tersebut semakin memiliki peluang besar menuju
kemajuan dan kemakmuran. Dalam rangka mencapai tujuan nasional, khususnya dalam
bidang pendidikan, yang berupaya mencapai masyarakat adil dan makmur baik
jasmani maupun rohani, perlu adanya usaha untuk menciptakan sumber daya manusia
yang berkualitas, guna memenuhi kebutuhan pembangunan dewasa ini dan masa yang
akan datang.
Salah satu metode yang sering dipakai oleh
guru dalam mengajar adalah metode karya wisata. Metode karya wisata bertujuan
untuk dapat memperoleh pengalaman langsung dari obyek yang dilihatnya, serta
bertanya jawab mungkin dengan jalan demikian mereka mampu memecahkan persoalan
yang dihadapinya dalam pelajaran dan juga mereka bisa melihat, mendengar,
meneliti agar nantinya dapat mengambil kesimpulan dan sekaligus dalam waktu
yang sama ia bisa mempelajari mata pelajaran yang berbeda
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teks
dan Terjemah QS. Al-Haj: 45-46
Surah Al-Haj ayat 45-46
ûÉiïr(s3sù `ÏiB >ptös% $yg»oYõ3n=÷dr& Éfur ×pyJÏ9$sß }Îgsù îptÍr%s{ 4n?tã $ygÏ©rããã 9ø§Î/ur 7's#©ÜyèB 9óÇs%ur >ϱ¨B ÇÍÎÈ
óOn=sùr& (#rçÅ¡o Îû ÇÚöF{$# tbqä3tGsù öNçlm; Ò>qè=è% tbqè=É)÷èt !$pkÍ5 ÷rr& ×b#s#uä tbqãèyJó¡o $pkÍ5 ( $pk¨XÎ*sù w yJ÷ès? ã»|Áö/F{$# `Å3»s9ur yJ÷ès? Ü>qè=à)ø9$# ÓÉL©9$# Îû ÍrßÁ9$# ÇÍÏÈ
Artinya:
Berapalah banyaknya kota yang Kami
telah membinasakannya, yang penduduknya dalam Keadaan zalim, Maka
(tembok-tembok) kota itu roboh menutupi atap-atapnya dan (berapa banyak pula) sumur
yang telah ditinggalkan dan istana yang tinggi. Maka Apakah mereka tidak
berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat
memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? karena
Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di
dalam dada.[1]
B. Asbabun Nuzul
Kata asbabun nuzul merupakan
bentuk idhafah dari kata “asbab” dan “nuzul”. Secara etimologi, asbabun nuzul
adalah sebab-sebab yang melatarbelakangi terjadinya sesuatu. Meskipun segala
fenomena yang melatarbelakangi terjadinya sesuatu bisa disebut asbabun nuzul,
namun dalam pemakaiannya, ungkapan asbabun nuzul khusus dipergunakan untuk
menyatakan sebab-sebab yang melatarbelakangi turunnya al-Qur’an, seperti halnya
asbabul wurud yang secara khusus digunakan bagi sebab-sebab terjadinya hadis.[2] Ilmu
asbabun nuzul ini merupakan kajian historis yang melatar belakangi sebuah ayat
itu diturunkan oleh Allah. Dalam kajian ini akan diketahui mengapa sebuah ayat
itu turun.[3]
Menurut ash-Shabuni asbabun nuzul
adalah peristiwa atau kejadian yang menyebabkan turunnya satu atau beberapa
ayat mulia yang berhubungan dengan peristiwa dan kejadian tersebut, baik berupa
pertanyaaan yang diajukan kepada nabi atau kejadian yang berkaitan dengan urusan
agama. Sedangkan menurut Manna al-Qathan asbabun nuzul adalah
peristiwa-peristiwa yang menyebabkan turunnya al-Qur’an berkenaan dengan waktu
peristiwa itu terjadi, baik berupa satu kejadian atau berupa pertanyaan yang
diajukan kepada nabi.[4]
Bentuk-bentuk peristiwa yang
melatarbelakangi turunnya al-Qur’an itu sangat beragam, diantaranya berupa:
konflik sosial seperti ketegangan yang terjadi antara suku Aus dan suku
Khazraj; kesalahan besar, seperti kasus salah seorang sahabat yang mengimami
shalat dalam keadaan mabuk; dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh salah
seorang sahabat kepada nabi, baik berkaitan dengan sesuatu yang telah lewat
atau yang akan terjadi.[5]
Dilihat dari segi turunnya
al-Qur’an maka dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu; pertama, kelompok ayat al-Qur’an yang
diturunkan tanpa sebab. Kedua, kelompok ayat yang turun karena sesuatu sebab
tertentu.[6] Menurut Qatadah
dan Ibn Jubayr, asbabunnuzul ayat ini adalah pertanyaan Ibn Ummi Maktum yang
buta matanya: “Ya Rasulullah, kami ini buta di dunia, apakah kami juga buta di
akhirat?” Lalu turunlah ayat ini sebagai jawaban, bahwa yang sebenarnya buta
pada ayat ini adalah mereka yang buta mata hatinya.[7]
C. Tafsir
Ayat
Ayat
ini menerangkan bahwa banyak negeri yang telah dibinasakan Allah, karena
penduduknya memperserikatkan Allah, membuat kerusakan di muka bumi dan berlaku
zalim. Banyak negeri yang dihancur luluhkan, atap-atap rumahnya roboh, kemudian
ditimpa oleh reruntuhan dinding-dindingnya. Banyak sumur-sumur yang tidak
dipergunakan lagi oleh pemiliknya disebabkan para pemiliknya telah mati atau
musnah bersama-sama dengan musnahnya negeri-negeri itu, karena kedurhakaan
mereka kepada Allah. Demikian pula banyak istana-istana dan mahligai-mahligai
menjulang tinggi yang telah kosong, tidak berpenghuni lagi, karena
penghuni-penghuninya yang angkuh dan sewenang-wenang itu telah musnah. Semuanya
itu bagi mereka merupakan imbalan dari kedurhakaan dan keganasan mereka dan
menjadi pelajaran yang berharga, bagi manusia yang datang kemudian, yang ingin
memperoleh kebahagian di dunia dan di akhirat.
Orang-orang
musyrik Mekah yang mendustakan ayat-ayat Allah, mengingkari seruan Nabi
Muhammad sebenarnya mereka sering melakukan perjalanan antara Mekah dan Syria,
serta ke negeri-negeri yang berada di sekitar Jaziratul Arab membawa barang
dagangan dalam perjalanan, mereka itu telah melihat bekas-bekas negeri
umat-umat yang dahulu yang telah dihancurkan Allah, seperti bekas-bekas negeri
kaum 'Ad dan kaum Samud, bekas negeri kaum Lut dan kaum Syuaib dan sebagainya.
Orang-orang musyrik Mekah telah pula mendengar kisah negeri kaumnya yang
durhaka itu. Apakah semua peristiwa dan kejadian itu tidak mereka pikirkan dan
renungkan bahwa tindakan mereka mengingkari seruan Muhammad dan menyiksa para
sahabat itu sama dengan tindakan-tindakan umat-umat dahulu terhadap para Rasul
yang diutus kepada mereka?. jika tindakan itu sama, tentu akibatnya akan sama
pula, yaitu mereka akan memperoleh malapetaka dan azab yang keras dari Allah.
Allah Maha Kuasa melakukan segala yang dikehendaki-Nya, tidak seorangpun yang
sanggup menghalanginya.
Melihat
sikap orang-orang musyrik Mekah yang demikian itu ternyata bahwa mata mereka
tiadalah buta, karena mereka dapat melihat bekas-bekas negeri kaum yang durhaka
itu, tetapi sebenarnya hati merekalah yang telah buta, telah tertutup untuk
menerima kebenaran. Yang menutup hati mereka itu ialah pengaruh adat kebiasaan
dan kepercayaan yang mereka pusakai dari nenek moyang mereka dahulu, oleh
karena itu mereka merasa dengki kepada Nabi Muhammad saw dan para sahabatnya,
sehingga mereka tidak dapat lagi memikirkan dan merenungkan segala macam
peristiwa duka yang telah terjadi dan menimpa umat-umat yang dahulu itu.[8]
Ayat
di atas juga memberi motivasi pada manusia agar melakukan wisata ilmiyah pada
tempat-tempat peninggalan sejarah, yaitu memperhatikan puing-puing peninggalan
umat terdahulu yang telah dimusnahkan oleh Allah. Wisata ilmiyah ini diharapkan
dapat memberikan pencerahan kepada hati, mata dan telinganya. Artinya fakta
peninggalan sejarah merupakan suatu obyek yang dipelajari, dimana dari
mempelajari obyek tersebut manusia mendapatkan ilmu, dan selanjutnya ilmu
tersebut dapat mencerahkan pikiran dan jiwa para peserta didik. Dan pencerahan
itu diharapkan dapat membentuk kesadaran mengenai ke Maha Besaran Allah.[9]
D. Metode
Karya Wisata
Metode karyawisata adalah suatu cara
pengajaran yang dilaksanakan dengan jalan mengajak anak didik keluar kelas
untuk dapat memperlihatkan hal-hal atau peristiwa yang ada hubungannya dengan
bahan pelajaran. Dan metode karyawisata merupakan metode yang lebih menekankan
pembinaan pada asfek psikomotorik karena dalam metode ini siswa lebih banyak
dituntut keaktifannya dalam setiap kegiatan sedangkan untuk pembinaan asfek
yang lain (kognitif dan afektif) merupakan pendorong untuk tercapainya
elaborasi dari teori-teori yang telah didapatkan oleh anak didik. Menurut
Zakiyah Daradjat, metode karya wisata
adalah suatu kunjungan ke suatu tempat di luar kelas yang dilaksanakan sebgai
bagian integral dari kegiatan akademis dan terutama dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan.[10]
Sedangkan menurut Pupuh, metode karyawisata adalah metode dalam proses belajar
mengajar siswa diajak ke luar sekolah untuk meninjau tempat-tempat tertentu,
hal ini bukan rekreasi, tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya
dengan melihat langsung.[11]
Karyawisata atau sering disebut studi tour
merupakan kegiatan melakukan studi kunjungan ke suatu tempat atau objek
tertentu. Dengan kata lain metode karyawisata yaitu suatu cara mengajar dengan
jalan guru mengajar atau membawa siswa ke suatu tempat atau objek tertentu yang
ada hubungannya dengan pendidikan atau memiliki nilai sejarah dan sebagainya.
Misalnya guru membawa siswa-siswa untuk mengunjungi tempat-tempat, seperti:
pabrik-pabrik (pabrik mobil, pabrik tenun, pabrik tapioka), mengunjungi tempat
percetakan-percetakan, tempat kebun binatang, musium perjuangan, makam
pahlawan, panti-panti asuhan, yayasan-yayasan yatim piatu, dan lain-lain tempat
yang sangat baik untuk dikunjungi dalam rangka mengkongkretkan bahan-bahan
pengajaran atau pengalaman lapangan.
Dengan karyawisata dimaksudkan agar siswa
dapat menyaksikan secara langsung, bagaimana proses pembuatan mobil itu,
membuat kain dan merancang pakaian yang indah, menyaksikan bagaimana mengelola
berbagai Mass Media sehingga menjadi bahan bacaan dan informasi yang berharga.
Demikian juga dengan mengunjungi kehidupan binatang di kebun binatang, dan
musium-musium yang memiliki nilai sejarah. Sehingga degan kunjungan karyawisata
itu siswa mendapatkan pengetahuan dan pengalaman langsung yang bermanfaat untuk
dihayati dan dipraktekkan.
Dalam pendidikan agama Islam, melalui metode
karyawisata ini sangat bermanfaat bagi anak didik untuk membangkitkan jiwa dan
semangat agama mereka dengan melalui kunjungan ke tempat-tempat panti asuhan
anak yatim, yang memerlukan santunan dan uluran tangan dari kaum muslim semua.[12]
E. Metode
Karya Wisata Dalam Psikologi
Metode karya wisata ditinjau dari ilmu
psikologi dapat menjadi motivasi siswa dalam pembelajaran dan pengembangan dari
sisi psikomotorik siswa. Sebagaimana diketahui bahwa motivasi sangatlah penting
dalam proses belajar mengajar. Dengan adanya motivasi belajar pada diri siswa
maka diharapkan siswa akan menjadi lebih baik dalam mencapai prestasi.
Menurut Kamus Bahasa Indonesia motivasi
adalah usaha-usaha yang menyebabkan seseorang atau kelompok orang tergerak
melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendaki.[13]
Sedangkan belajar artinya adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu atau
menguasai suatu keterampilan.[14]
Jadi motivasi belajar dapat diartikan sebagai kecenderungan siswa dalam
melakukan kegiatan belajar yang didorong oleh hasrat untuk mencapai prestasi
hasil belajar sebaik mungkin.
Dalam psikologi belajar, masalah motivasi ini
selalu mendapat perhatian khusus oleh para ahli. Karena motivasi itu sendiri
merupakan gejala jiwa yang dapat mendorong manusia untuk bertindak atau berbuat
sesuatu keinginan dan kebutuhan atau motif-motif. Motivasi belajar ini timbul
karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan
belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya
penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang
menarik. Tetapi kedua faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu,
sehingga seorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat
dan semangat.
Hakikat motivasi belajar adalah dorongan
internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan
perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang
mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam
belajar. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1.
Adanya hasrat dan keinginan berhasil
2.
Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar
3.
Adanya harapan dan cita-cita masa depan
4.
Adanya penghargaan dalam belajar
5.
Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar;
6.
Adanya lingkungan belajar yang kondusif,
sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik
Menurut Zakiah Daradjat, bentuk motivasi dalam
metode karyawisata diantaranya adalah:
1.
Mencari keterangan tentang hal-hal tertentu
2.
Melatih dan mengembangkan sikap keagamaan
siswa
3.
Membangkitkan minat dan perhatian
4.
Mengembangkan apresiasi terhadap berbagai
hasil kebudayaan
5.
Menikmati pengalaman-pengalaman baru[15]
F. Manfaat
Metode Karya Wisata
Adapun manfaat metode karyawisata bagi siswa diantaranya
adalah:
1.
Mendorong belajar melalui pengamatan sendiri
secara langsung.
2.
Mengadakan pemahaman atau wawasan terhadap
lingkungan keagamaan setempat.
3.
Mengintergrasikan pelajaran di kelas dengan
kehidupan keagamaan yang aktual dalam masyarakat.
4.
Membangkitkan minat siswa untuk menyelidiki
dan menemukan sesuatu yang baru.
5.
Mengajar bagaimana hidup bersama dalam
kelompok siswa atau masyarakat dan mengembangkan toleransi serta saling
mengerti.[16]
G. Metode
Karya Wisata Dalam Perspektif Pendidikan (Kajian Surah Al-Haj: 45-46)
Kalimat yang digunakan Al-Qur’an berkaitan
dengan karya wisata pada ayat di atas adalah “Siiru Fi al-ard” yang artinya
“berjalanlah kalian dimuka bumi.” Ungkapan ini mendorong manusia untuk
melakukan “rihlah” (wisata) ilmiah mengakaji alam dan fenomena yang terjadi
padanya. Tetapi tujuan wisata ilmiah dalam perspektif Al-Qur’an tidaklah
semata-mata untuk penambahan pengetahuan, tetapi yang paling penting adalah
kesadaran para peserta bahwa fenomena yang dikajinya itu merupakan ayat-ayat
Allah. Justru itu, kegiatan wisata ilmiyah mestinya dapat menumbuh dan
mengembangkan keimanan peserta didik kepada Allah.[17]
Metode karya wisata adalah salah satu cara
mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau obyek
yang bersejarah atau memiliki nilai pengetahuan untuk mempelajari dan meneliti
sesuatu. Dalam Al-Qur’an banyak terdapat perintah kepada umat manusia agar
melakukan perjalanan di permukaan bumi agar mendapat pengetahuan dan
memperkokoh keimanan kepada Allah.
Dalam
menyampaikan materi pelajaran, guru dapat menggunakan metode karya wisata ini.
Sebelum menggunakan metode ini, seorang guru perlu mendesain pembelajaran
sedemikian rupa terutama tujuan yang ingin dicapai. Dalam ayat di atas
tergambar, bahwa tujuan pembelajaran tidak hanya penguasaan pengetahuan
mengenai sejarah masa lalu, tetapi yang paling penting bagaimana peninggalan
sejarah yang dipelajari dengan menggunakan metode karya wisata itu dapat
membuka mata dan telinga serta hati sehingga terbangun kesadaran jiwa tentang
betapa semua yang ada ini bergantung kepada Allah semata.
Kegiatan
belajar siswa melalui metode karya wisata ini akan mendorong siswa agar lebih
mencintai alam semesta yang ia pijak serta menemukan konsep-konsep pokok dari
suatu materi pembelajaran dan mencoba memikirkan hubungan antara manusia
sebagai makhluk hidup dengan lingkungan sekitarnya. Sesuai dengan firman Allah
dalam Al-Qur’an surah Al-Hijr ayat 19-20:
uÚöF{$#ur $yg»tR÷ytB $uZøs)ø9r&ur $ygÏù zÓźuru $uZ÷Fu;/Rr&ur $pkÏù `ÏB Èe@ä. &äóÓx« 5brãöq¨B ÇÊÒÈ
$uZù=yèy_ur ö/ä3s9 $pkÏù |·Í»yètB `tBur ÷Läêó¡©9 ¼çms9 tûüÏ%κtÎ/ ÇËÉÈ
Artinya:
Dan Kami telah menghamparkan bumi
dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu
menurut ukuran. Dan Kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan
hidup, dan (kami menciptakan pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan
pemberi rezki kepadanya.[18]
Dari
ayat di atas menjelaskan bahwa alam atau lingkungan di sekitar merupakan sumber-sumber pengetahun untuk
belajar yang dapat dirasakan secara langsung. Manusia dapat menjadikan alam
semesta sebagai perpustakaan alami sebagai bagian dari proses mencari ilmu
pengetahuan bagi manusia.
Keberhasilan
metode karya wisata harus didukung adanya kerjasama antara guru dan siswa.
Maksudnya guru harus mampu memotivasi siswa untuk mengikuti pelajaran dengan
metode karya wisata ini, dan bagi siswa harus memiliki sikap yang positif
terhadap pemberlakuan kebijaksanaan tersebut.
Sikap
adalah cenderung relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk
terhadap orang atau barang tertentu. Jadi dengan adanya sikap yang positif dari
siswa terhadap pengajaran dengan metode karyawisata diharapkan dapat menjadikan
kegiatan belajar mengajar lebih menyenangkan sehingga akan mendapatkan hasil
belajar yang lebih baik.
H. Kelebihan
dan Kekurangan Metode Karya Wisata
Adapun kelebihan metode karya wisata diantaranya adalah:
1.
Siswa dapat menyaksikan secara langsung
bagaimana proses pembuatan dan merakit mobil, merancang dan menenun pakaian
yang indah dan bagaimana kehidupan binatang di kebun binatang yang
kadang-kadang jarang mereka lihat di kelas itu.
2.
Dapat menjawab masalah atau pertanyaan
sekaligus selama di lapangan dengan mempertanyakan, mengamat-amati, mencatat,
menyimpulkan dan lain-lain terhadap hal-hal yang belum atau kurang dipahami.
3.
Dengan melalui dua hal tersebut di atas,
dimungkinkan siswa dapat mempraktekkan hasil karyawisata atau hasil
kunjungannya.
4.
Pengetahuan siswa menjadi integral/terpadu
5.
Sebagai selingan yang menyenangkan yang dapat
menimbulkan semangat baru untuk belajar dengan baik dan sungguh-sungguh.
6.
Menimbulkan cakrawala pikir/harizon yang luas
dan intuitif.
Sedangkan kekurangan metode karya
wisata ini diantaranya adalah:
1. Dari segi perencanaan dan
pelaksanaarmya, metode karyawisata ini memakan waktu cukup lama/panjang
2. Dilihat dari segi tenaga dan
biaya, metode ini juga tampak kurang efektif dan efisien.
3. Dapat membawa risiko perjalanan
cukup besar.
4. Hasil karya wisata tidak dapat
diukur/diketahui dalam waktu sesaat.
5. Karya wisata cenderung bersifat
serimonial ketimbang untuk menambah pengetahuan dan pengalaman[19]
I. Langkah-langkah
Menggunakan Metode Karyawisata
Perencanaan yang matang dan baik akan
membantu atau mempermudah seorang untuk mencapai tujuan, demikian juga halnya
dengan metode karyawisata. Kegiatan ini akan terelisasi dengan baik jika
program yang telah di rancang terlaksana sesuai dengan rencana yang ada.
Menurut Taya Yusuf dan Syaiful Anwar, agar
metode karya wisata dapat terlaksana dengan efektif, maka perlu diperhatikan
langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Merumuskan tujuan yang hendak dicapai secara
matang.
2.
Dapat mempertimbangkan segi untung rugi serta
manfaat karya wisata dilaksanakan.
3.
Jika karyawisata menuju ke ternpat-tempat
pabrik, ke suatu percetakan, musium bersejarah dan ke panti asuhan. Biasanya
diadakan terlebih dahulu kontak atau hubungan dengan pimpinan instansi
bersangkutan, dan menetapkan waktu pelaksanaannya.
4.
Mempersiapkan segala perangkat atau peralatan
yang diperlukan dalam perjalanan.
5.
Bila diperlukan bentuklah tim panitia
pelaksana karyawisata. Yang bertugas mengkoordinir dan bertanggung jawab penuh
terhadap pelaksanaan karyawisata dan keamanan.
6.
Membuat tata tertib yang harus ditaati,
merencanakan waktu yang tepat, rencana biaya dan sebagainya jauh-jauh hari
sebelumnya.
7.
Mendiskusikan hasil karyawisata, serta
merumuskan follow up dan hasil karyawisata. Misalnya dengan membuat
laporan dan karangan ilmiah.
8.
Perlu berhati-hati agar pelaksanaan metode
ini tidak hanya merupakan piknik belaka.[20]
Sedangkan
menurut Armai Arief, dalam penggunaan metode karyawisata ini ada
langkah-langkah yang harus dipersiapkan agar pelakanaan karyawisata berjalan
dengan lancar, yaitu:
1.
Pendahuluan :
Pada tahap ini guru harus mulai
merencanakan tujuan sementara karya wisata, kemudian mengadakan kujungan
pertama (survey) untuk memperoleh gambaran umum tentang objek yag hendak
dikunjungi. Jika hasil survey yang dilakukan baik, maka guru harus mulai
menyusun program yang antara lain:
a.
Tujuan karya wisata (misalnya untuk
menyumbangkan tenaga kerja, materi atau untuk mempelajari sesuatau)
b.
Pembagian objek kunjungan menjadi sub-objek
disesuaikan dengan bahan yang dibutuhkan agar pelaksanaannya lebih efisien dan
efektif.
c.
Pembentukan kelompok peserta.
d.
Menyusun jadwal acara dengan jelas dan
terperinci.
e.
Penyusunan tata tertib yang harus dipatuhi
oleh semua peserta.
2.
Pelaksanaan
Disaat
kegiatan karya wisata berlangsung, siswa harus bisa berperan aktif sementara
guru hanya bertindak sebagai pembimbing agar acara tersebut dapat dilaksanakaan
seefesien mungkin, oleh karena itu kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan pada
point ini adalah sebagai berikut:
a. Siswa aktif melaksanakan tugasnya
masing-masing.
b. Selama siswa melaksanakan
kegiatan, guru bertugas memberikan bimbingan, pengawasan, memberikan motivasi
dan mengajukan pertanyaan.
c. Pengolahan data sementara
d. Penyusunan laporan yang dirumuskan
melalui hasil-hasil pelaksanaan acara. Dari kegiatan ini, guru dapat menilai
kemajuan siswa dalam kunjungan tersebut
3. Penutup
Kegiatan
yang dilakukan dalam langkah penutup adalah penilaian dan tindak lanjut (follow
up). Penilaian sebaiknya dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru dan hal-hal
yang perlu dinilai berkaitan dengan tujuan, partisipasi, kemajuan peserta,
panitia dan guru.
Setelah
penilaian dilakukan perlu diadakan tindak lanjut dari kegiatan tersebut. Dan
tahap ini guru ataupun murid bisa merencanakan pelaksanaan pameran tentang
hasil karya wisata. Hal ini yang perlu dikerjakan dalam tahap ini ialah
memberikan upacara terimakasih pada pihak-pihak yag ikut berpartisipasi dalam
acara tersebut.[21]
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan
bahwa metode karya wisata merupakan cara mengajar yang dilaksanakan dengan
mengajak siswa ke suatu tempat atau obyek yang bersejarah atau memiliki nilai
pengetahuan untuk mempelajari dan meneliti sesuatu.
Metode karya wisata ini sangat berkaitan erat
dengan ilmu psikologi dapat merupakan bentuk motivasi bagi siswa dalam
pembelajaran. Sebagaimana diketahui bahwa motivasi sangatlah diperlukan bagi
siswa dalam proses belajar mengajar. Karena dengan adanya motivasi belajar pada
diri siswa maka diharapkan siswa akan menjadi lebih baik dalam mencapai
prestasi.
DAFTAR PUSTAKA
An-Nakhrawie,
Asrifin, Ringkasan Asbabu Nuzul,
Surabaya: Ikhtiar, 2011.
Anwar,
Rosihon, Ulum al-Qur’an, Bandung: Pustaka Setia, 2013.
Arif, Armai, Pengantar Ilmu dan
Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2002.
As’ad, “Metode Mengajar dalam
Al-Qur’an Kajian Surat An-Nahl ayat 125” dalam Jurnal Al-Irsyad, 2018,
vol.VIII, no.1.
Daradjat, Zakiyah, Metodik
Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2001.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an
dan Terjemahnya, Bandung: Diponegoro, 2010.
Fathurrohman, Pupuh dan M. Sobry
Sutikna, Strategi Belajar Mangajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan konsep
Islam, Bandung: Refika Aditama, 2010
Usman,
Ulumul Qur’an, Yogyakarta: Teras,
2009.
Yuniar,
Tanti, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Agung Media Mulia, tt.
Yusuf, Taya dan Syaiful Anwar, Metodologi
Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995.
Web:
https://tafsirweb.com
[1] Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya,
(Bandung: Diponegoro, 2010), hlm. 337.
[2] Rosihon Anwar, Ulum al-Qur’an, (Bandung: Pustaka
Setia, 2013), hlm. 60.
[3] Asrifin An-Nakhrawie, Ringkasan Asbabu Nuzul, (Surabaya: Ikhtiar, 2011), hlm.4.
[4] Rosihon Anwar, Ulum al-Qur’an..., hlm. 60-61.
[5] Rosihon Anwar, Ulum al-Qur’an..., hlm. 61.
[6] Usman, Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm. 107.
[7]http://www.jabbarsabil.com/2016/05/puasa-dan-fitrah-ayat-46-surah-al-hajj.html diakses 22 Desember 2019
[8] https://tafsirweb.com/5782-surat-al-hajj-.html diakses 22 Desember 2019
[9] As’ad, “Metode Mengajar dalam Al-Qur’an Kajian Surat
An-Nahl ayat 125” dalam Jurnal Al-Irsyad, 2018, vol.VIII, no.1, hlm.92.
[10] Zakiyah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama
Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hlm.164.
[11] Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikna, Strategi
Belajar Mangajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan konsep Islam, (Bandung:
Refika Aditama, 2010), hlm.62.
[12] TayaYusuf dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran
Agama dan Bahasa Arab, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), hlm.84-85.
[13] Tanti Yuniar, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Agung Media Mulia, tt), hlm. 417.
[14] Tanti Yuniar, Kamus Bahasa Indonesia ..., hlm.
19.
[15] Zakiyah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama
Islam..., hlm.255.
[16] Zakiyah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama
Islam..., hlm.256.
[17] As’ad, “Metode Mengajar dalam Al-Qur’an Kajian Surat
An-Nahl ayat 125”..., , hlm.92.
[18] Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya...,
hlm. 263.
[19] TayaYusuf dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran
Agama dan Bahasa Arab..., hlm.85-86.
[20] TayaYusuf dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran
Agama dan Bahasa Arab..., hlm.86-87.
[21] Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan
Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm.169-171.
0 comments:
Posting Komentar