Social Icons

Senin, 03 Juni 2024

PENDEKATAN STUDI ISLAM DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN METODE KARYA WISATA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN (Kajian Surah Al-Haj: 45-46)

 

PENDEKATAN STUDI ISLAM DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN

METODE KARYA WISATA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN

(Kajian Surah Al-Haj: 45-46)

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Pendidikan senantiasa menjadi sorotan bagi masyarakat khususnya di Indonesia yang ditandai dengan adanya pembaharuan maupun eksperimen guna terus mencari kurikulum, sistem pendidikan, dan metode pengajaran yang efektif dan efisien. Berbicara tentang pendidikan berarti berbicara tentang manusia dengan segala aspeknya. Nilai suatu bangsa terletak dari kualitas sumber daya manusia yang menjadi warga Negara. Semakin baik kualitas manusianya, bangsa tersebut semakin memiliki peluang besar menuju kemajuan dan kemakmuran. Dalam rangka mencapai tujuan nasional, khususnya dalam bidang pendidikan, yang berupaya mencapai masyarakat adil dan makmur baik jasmani maupun rohani, perlu adanya usaha untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, guna memenuhi kebutuhan pembangunan dewasa ini dan masa yang akan datang.

Salah satu metode yang sering dipakai oleh guru dalam mengajar adalah metode karya wisata. Metode karya wisata bertujuan untuk dapat memperoleh pengalaman langsung dari obyek yang dilihatnya, serta bertanya jawab mungkin dengan jalan demikian mereka mampu memecahkan persoalan yang dihadapinya dalam pelajaran dan juga mereka bisa melihat, mendengar, meneliti agar nantinya dapat mengambil kesimpulan dan sekaligus dalam waktu yang sama ia bisa mempelajari mata pelajaran yang berbeda


 

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Teks dan Terjemah QS. Al-Haj: 45-46

Surah Al-Haj ayat 45-46

ûÉiïr(s3sù `ÏiB >ptƒös% $yg»oYõ3n=÷dr& šÉfur ×pyJÏ9$sß }Îgsù îptƒÍr%s{ 4n?tã $ygÏ©rããã 9Žø§Î/ur 7's#©ÜyèB 9ŽóÇs%ur >ϱ¨B ÇÍÎÈ   óOn=sùr& (#r玍šo Îû ÇÚöF{$# tbqä3tGsù öNçlm; Ò>qè=è% tbqè=É)÷ètƒ !$pkÍ5 ÷rr& ×b#sŒ#uä tbqãèyJó¡o $pkÍ5 ( $pk¨XÎ*sù Ÿw yJ÷ès? ㍻|Áö/F{$# `Å3»s9ur yJ÷ès? Ü>qè=à)ø9$# ÓÉL©9$# Îû ÍrߐÁ9$# ÇÍÏÈ  

 

Artinya:

Berapalah banyaknya kota yang Kami telah membinasakannya, yang penduduknya dalam Keadaan zalim, Maka (tembok-tembok) kota itu roboh menutupi atap-atapnya dan (berapa banyak pula) sumur yang telah ditinggalkan dan istana yang tinggi. Maka Apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? karena Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.[1]

 

B.     Asbabun Nuzul

Kata asbabun nuzul merupakan bentuk idhafah dari kata “asbab” dan “nuzul”. Secara etimologi, asbabun nuzul adalah sebab-sebab yang melatarbelakangi terjadinya sesuatu. Meskipun segala fenomena yang melatarbelakangi terjadinya sesuatu bisa disebut asbabun nuzul, namun dalam pemakaiannya, ungkapan asbabun nuzul khusus dipergunakan untuk menyatakan sebab-sebab yang melatarbelakangi turunnya al-Qur’an, seperti halnya asbabul wurud yang secara khusus digunakan bagi sebab-sebab terjadinya hadis.[2] Ilmu asbabun nuzul ini merupakan kajian historis yang melatar belakangi sebuah ayat itu diturunkan oleh Allah. Dalam kajian ini akan diketahui mengapa sebuah ayat itu turun.[3]

Menurut ash-Shabuni asbabun nuzul adalah peristiwa atau kejadian yang menyebabkan turunnya satu atau beberapa ayat mulia yang berhubungan dengan peristiwa dan kejadian tersebut, baik berupa pertanyaaan yang diajukan kepada nabi atau kejadian yang berkaitan dengan urusan agama. Sedangkan menurut Manna al-Qathan asbabun nuzul adalah peristiwa-peristiwa yang menyebabkan turunnya al-Qur’an berkenaan dengan waktu peristiwa itu terjadi, baik berupa satu kejadian atau berupa pertanyaan yang diajukan kepada nabi.[4]

Bentuk-bentuk peristiwa yang melatarbelakangi turunnya al-Qur’an itu sangat beragam, diantaranya berupa: konflik sosial seperti ketegangan yang terjadi antara suku Aus dan suku Khazraj; kesalahan besar, seperti kasus salah seorang sahabat yang mengimami shalat dalam keadaan mabuk; dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh salah seorang sahabat kepada nabi, baik berkaitan dengan sesuatu yang telah lewat atau yang akan terjadi.[5]

Dilihat dari segi turunnya al-Qur’an maka dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu;  pertama, kelompok ayat al-Qur’an yang diturunkan tanpa sebab. Kedua, kelompok ayat yang turun karena sesuatu sebab tertentu.[6] Menurut Qatadah dan Ibn Jubayr, asbabunnuzul ayat ini adalah pertanyaan Ibn Ummi Maktum yang buta matanya: “Ya Rasulullah, kami ini buta di dunia, apakah kami juga buta di akhirat?” Lalu turunlah ayat ini sebagai jawaban, bahwa yang sebenarnya buta pada ayat ini adalah mereka yang buta mata hatinya.[7]

 

 

 

C.    Tafsir Ayat

Ayat ini menerangkan bahwa banyak negeri yang telah dibinasakan Allah, karena penduduknya memperserikatkan Allah, membuat kerusakan di muka bumi dan berlaku zalim. Banyak negeri yang dihancur luluhkan, atap-atap rumahnya roboh, kemudian ditimpa oleh reruntuhan dinding-dindingnya. Banyak sumur-sumur yang tidak dipergunakan lagi oleh pemiliknya disebabkan para pemiliknya telah mati atau musnah bersama-sama dengan musnahnya negeri-negeri itu, karena kedurhakaan mereka kepada Allah. Demikian pula banyak istana-istana dan mahligai-mahligai menjulang tinggi yang telah kosong, tidak berpenghuni lagi, karena penghuni-penghuninya yang angkuh dan sewenang-wenang itu telah musnah. Semuanya itu bagi mereka merupakan imbalan dari kedurhakaan dan keganasan mereka dan menjadi pelajaran yang berharga, bagi manusia yang datang kemudian, yang ingin memperoleh kebahagian di dunia dan di akhirat.

Orang-orang musyrik Mekah yang mendustakan ayat-ayat Allah, mengingkari seruan Nabi Muhammad sebenarnya mereka sering melakukan perjalanan antara Mekah dan Syria, serta ke negeri-negeri yang berada di sekitar Jaziratul Arab membawa barang dagangan dalam perjalanan, mereka itu telah melihat bekas-bekas negeri umat-umat yang dahulu yang telah dihancurkan Allah, seperti bekas-bekas negeri kaum 'Ad dan kaum Samud, bekas negeri kaum Lut dan kaum Syuaib dan sebagainya. Orang-orang musyrik Mekah telah pula mendengar kisah negeri kaumnya yang durhaka itu. Apakah semua peristiwa dan kejadian itu tidak mereka pikirkan dan renungkan bahwa tindakan mereka mengingkari seruan Muhammad dan menyiksa para sahabat itu sama dengan tindakan-tindakan umat-umat dahulu terhadap para Rasul yang diutus kepada mereka?. jika tindakan itu sama, tentu akibatnya akan sama pula, yaitu mereka akan memperoleh malapetaka dan azab yang keras dari Allah. Allah Maha Kuasa melakukan segala yang dikehendaki-Nya, tidak seorangpun yang sanggup menghalanginya.

Melihat sikap orang-orang musyrik Mekah yang demikian itu ternyata bahwa mata mereka tiadalah buta, karena mereka dapat melihat bekas-bekas negeri kaum yang durhaka itu, tetapi sebenarnya hati merekalah yang telah buta, telah tertutup untuk menerima kebenaran. Yang menutup hati mereka itu ialah pengaruh adat kebiasaan dan kepercayaan yang mereka pusakai dari nenek moyang mereka dahulu, oleh karena itu mereka merasa dengki kepada Nabi Muhammad saw dan para sahabatnya, sehingga mereka tidak dapat lagi memikirkan dan merenungkan segala macam peristiwa duka yang telah terjadi dan menimpa umat-umat yang dahulu itu.[8]

Ayat di atas juga memberi motivasi pada manusia agar melakukan wisata ilmiyah pada tempat-tempat peninggalan sejarah, yaitu memperhatikan puing-puing peninggalan umat terdahulu yang telah dimusnahkan oleh Allah. Wisata ilmiyah ini diharapkan dapat memberikan pencerahan kepada hati, mata dan telinganya. Artinya fakta peninggalan sejarah merupakan suatu obyek yang dipelajari, dimana dari mempelajari obyek tersebut manusia mendapatkan ilmu, dan selanjutnya ilmu tersebut dapat mencerahkan pikiran dan jiwa para peserta didik. Dan pencerahan itu diharapkan dapat membentuk kesadaran mengenai ke Maha Besaran Allah.[9]

 

D.    Metode Karya Wisata

Metode karyawisata adalah suatu cara pengajaran yang dilaksanakan dengan jalan mengajak anak didik keluar kelas untuk dapat memperlihatkan hal-hal atau peristiwa yang ada hubungannya dengan bahan pelajaran. Dan metode karyawisata merupakan metode yang lebih menekankan pembinaan pada asfek psikomotorik karena dalam metode ini siswa lebih banyak dituntut keaktifannya dalam setiap kegiatan sedangkan untuk pembinaan asfek yang lain (kognitif dan afektif) merupakan pendorong untuk tercapainya elaborasi dari teori-teori yang telah didapatkan oleh anak didik. Menurut Zakiyah Daradjat,  metode karya wisata adalah suatu kunjungan ke suatu tempat di luar kelas yang dilaksanakan sebgai bagian integral dari kegiatan akademis dan terutama dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.[10] Sedangkan menurut Pupuh, metode karyawisata adalah metode dalam proses belajar mengajar siswa diajak ke luar sekolah untuk meninjau tempat-tempat tertentu, hal ini bukan rekreasi, tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat langsung.[11]

Karyawisata atau sering disebut studi tour merupakan kegiatan melakukan studi kunjungan ke suatu tempat atau objek tertentu. Dengan kata lain metode karyawisata yaitu suatu cara mengajar dengan jalan guru mengajar atau membawa siswa ke suatu tempat atau objek tertentu yang ada hubungannya dengan pendidikan atau memiliki nilai sejarah dan sebagainya. Misalnya guru membawa siswa-siswa untuk mengunjungi tempat-tempat, seperti: pabrik-pabrik (pabrik mobil, pabrik tenun, pabrik tapioka), mengunjungi tempat percetakan-percetakan, tempat kebun binatang, musium perjuangan, makam pahlawan, panti-panti asuhan, yayasan-yayasan yatim piatu, dan lain-lain tempat yang sangat baik untuk dikunjungi dalam rangka mengkongkretkan bahan-bahan pengajaran atau pengalaman lapangan.

Dengan karyawisata dimaksudkan agar siswa dapat menyaksikan secara langsung, bagaimana proses pembuatan mobil itu, membuat kain dan merancang pakaian yang indah, menyaksikan bagaimana mengelola berbagai Mass Media sehingga menjadi bahan bacaan dan informasi yang berharga. Demikian juga dengan mengunjungi kehidupan binatang di kebun binatang, dan musium-musium yang memiliki nilai sejarah. Sehingga degan kunjungan karyawisata itu siswa mendapatkan pengetahuan dan pengalaman langsung yang bermanfaat untuk dihayati dan dipraktekkan.

Dalam pendidikan agama Islam, melalui metode karyawisata ini sangat bermanfaat bagi anak didik untuk membangkitkan jiwa dan semangat agama mereka dengan melalui kunjungan ke tempat-tempat panti asuhan anak yatim, yang memerlukan santunan dan uluran tangan dari kaum muslim semua.[12]

 

E.     Metode Karya Wisata Dalam Psikologi

Metode karya wisata ditinjau dari ilmu psikologi dapat menjadi motivasi siswa dalam pembelajaran dan pengembangan dari sisi psikomotorik siswa. Sebagaimana diketahui bahwa motivasi sangatlah penting dalam proses belajar mengajar. Dengan adanya motivasi belajar pada diri siswa maka diharapkan siswa akan menjadi lebih baik dalam mencapai prestasi.

Menurut Kamus Bahasa Indonesia motivasi adalah usaha-usaha yang menyebabkan seseorang atau kelompok orang tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendaki.[13] Sedangkan belajar artinya adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu atau menguasai suatu keterampilan.[14] Jadi motivasi belajar dapat diartikan sebagai kecenderungan siswa dalam melakukan kegiatan belajar yang didorong oleh hasrat untuk mencapai prestasi hasil belajar sebaik mungkin.

Dalam psikologi belajar, masalah motivasi ini selalu mendapat perhatian khusus oleh para ahli. Karena motivasi itu sendiri merupakan gejala jiwa yang dapat mendorong manusia untuk bertindak atau berbuat sesuatu keinginan dan kebutuhan atau motif-motif. Motivasi belajar ini timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Tetapi kedua faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat.

Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1.      Adanya hasrat dan keinginan berhasil

2.      Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar

3.      Adanya harapan dan cita-cita masa depan

4.      Adanya penghargaan dalam belajar

5.      Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar;

6.      Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik

Menurut Zakiah Daradjat, bentuk motivasi dalam metode karyawisata diantaranya adalah:

1.      Mencari keterangan tentang hal-hal tertentu

2.      Melatih dan mengembangkan sikap keagamaan siswa

3.      Membangkitkan minat dan perhatian

4.      Mengembangkan apresiasi terhadap berbagai hasil kebudayaan

5.      Menikmati pengalaman-pengalaman baru[15]

 

F.     Manfaat Metode Karya Wisata

Adapun manfaat metode karyawisata bagi siswa diantaranya adalah:

1.       Mendorong belajar melalui pengamatan sendiri secara langsung.

2.      Mengadakan pemahaman atau wawasan terhadap lingkungan keagamaan setempat.

3.      Mengintergrasikan pelajaran di kelas dengan kehidupan keagamaan yang aktual dalam masyarakat.

4.      Membangkitkan minat siswa untuk menyelidiki dan menemukan sesuatu yang baru.

5.      Mengajar bagaimana hidup bersama dalam kelompok siswa atau masyarakat dan mengembangkan toleransi serta saling mengerti.[16]

G.    Metode Karya Wisata Dalam Perspektif Pendidikan (Kajian Surah Al-Haj: 45-46)

 Kalimat yang digunakan Al-Qur’an berkaitan dengan karya wisata pada ayat di atas adalah “Siiru Fi al-ard” yang artinya “berjalanlah kalian dimuka bumi.” Ungkapan ini mendorong manusia untuk melakukan “rihlah” (wisata) ilmiah mengakaji alam dan fenomena yang terjadi padanya. Tetapi tujuan wisata ilmiah dalam perspektif Al-Qur’an tidaklah semata-mata untuk penambahan pengetahuan, tetapi yang paling penting adalah kesadaran para peserta bahwa fenomena yang dikajinya itu merupakan ayat-ayat Allah. Justru itu, kegiatan wisata ilmiyah mestinya dapat menumbuh dan mengembangkan keimanan peserta didik kepada Allah.[17]

Metode karya wisata adalah salah satu cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau obyek yang bersejarah atau memiliki nilai pengetahuan untuk mempelajari dan meneliti sesuatu. Dalam Al-Qur’an banyak terdapat perintah kepada umat manusia agar melakukan perjalanan di permukaan bumi agar mendapat pengetahuan dan memperkokoh keimanan kepada Allah.

Dalam menyampaikan materi pelajaran, guru dapat menggunakan metode karya wisata ini. Sebelum menggunakan metode ini, seorang guru perlu mendesain pembelajaran sedemikian rupa terutama tujuan yang ingin dicapai. Dalam ayat di atas tergambar, bahwa tujuan pembelajaran tidak hanya penguasaan pengetahuan mengenai sejarah masa lalu, tetapi yang paling penting bagaimana peninggalan sejarah yang dipelajari dengan menggunakan metode karya wisata itu dapat membuka mata dan telinga serta hati sehingga terbangun kesadaran jiwa tentang betapa semua yang ada ini bergantung kepada Allah semata.

Kegiatan belajar siswa melalui metode karya wisata ini akan mendorong siswa agar lebih mencintai alam semesta yang ia pijak serta menemukan konsep-konsep pokok dari suatu materi pembelajaran dan mencoba memikirkan hubungan antara manusia sebagai makhluk hidup dengan lingkungan sekitarnya. Sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’an surah Al-Hijr ayat 19-20:

uÚöF{$#ur $yg»tR÷ŠytB $uZøŠs)ø9r&ur $ygŠÏù zÓźuru $uZ÷Fu;/Rr&ur $pkŽÏù `ÏB Èe@ä. &äóÓx« 5brãöq¨B ÇÊÒÈ   $uZù=yèy_ur ö/ä3s9 $pkŽÏù |·ÍŠ»yètB `tBur ÷Läêó¡©9 ¼çms9 tûüÏ%κtÎ/ ÇËÉÈ  

Artinya:

Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran. Dan Kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan (kami menciptakan pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezki kepadanya.[18]

 

Dari ayat di atas menjelaskan bahwa alam atau lingkungan di sekitar  merupakan sumber-sumber pengetahun untuk belajar yang dapat dirasakan secara langsung. Manusia dapat menjadikan alam semesta sebagai perpustakaan alami sebagai bagian dari proses mencari ilmu pengetahuan bagi manusia.

Keberhasilan metode karya wisata harus didukung adanya kerjasama antara guru dan siswa. Maksudnya guru harus mampu memotivasi siswa untuk mengikuti pelajaran dengan metode karya wisata ini, dan bagi siswa harus memiliki sikap yang positif terhadap pemberlakuan kebijaksanaan tersebut.

Sikap adalah cenderung relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu. Jadi dengan adanya sikap yang positif dari siswa terhadap pengajaran dengan metode karyawisata diharapkan dapat menjadikan kegiatan belajar mengajar lebih menyenangkan sehingga akan mendapatkan hasil belajar yang lebih baik.

 

 

 

H.    Kelebihan dan Kekurangan Metode Karya Wisata

Adapun kelebihan metode karya wisata diantaranya adalah:

1.      Siswa dapat menyaksikan secara langsung bagaimana proses pembuatan dan merakit mobil, merancang dan menenun pakaian yang indah dan bagaimana kehidupan binatang di kebun binatang yang kadang-kadang jarang mereka lihat di kelas itu.

2.      Dapat menjawab masalah atau pertanyaan sekaligus selama di lapangan dengan mempertanyakan, mengamat-amati, mencatat, menyimpulkan dan lain-lain terhadap hal-hal yang belum atau kurang dipahami.

3.      Dengan melalui dua hal tersebut di atas, dimungkinkan siswa dapat mempraktekkan hasil karyawisata atau hasil kunjungannya.

4.      Pengetahuan siswa menjadi integral/terpadu

5.      Sebagai selingan yang menyenangkan yang dapat menimbulkan semangat baru untuk belajar dengan baik dan sungguh-sungguh.

6.      Menimbulkan cakrawala pikir/harizon yang luas dan intuitif.

 

Sedangkan kekurangan metode karya wisata ini diantaranya adalah:

1.      Dari segi perencanaan dan pelaksanaarmya, metode karyawisata ini memakan waktu cukup lama/panjang

2.      Dilihat dari segi tenaga dan biaya, metode ini juga tampak kurang efektif dan efisien.

3.      Dapat membawa risiko perjalanan cukup besar.

4.      Hasil karya wisata tidak dapat diukur/diketahui dalam waktu sesaat.

5.      Karya wisata cenderung bersifat serimonial ketimbang untuk menambah pengetahuan dan pengalaman[19]

 

 

 

 

I.       Langkah-langkah Menggunakan Metode Karyawisata

Perencanaan yang matang dan baik akan membantu atau mempermudah seorang untuk mencapai tujuan, demikian juga halnya dengan metode karyawisata. Kegiatan ini akan terelisasi dengan baik jika program yang telah di rancang terlaksana sesuai dengan rencana yang ada.

Menurut Taya Yusuf dan Syaiful Anwar, agar metode karya wisata dapat terlaksana dengan efektif, maka perlu diperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:

1.      Merumuskan tujuan yang hendak dicapai secara matang.

2.      Dapat mempertimbangkan segi untung rugi serta manfaat karya wisata dilaksanakan.

3.      Jika karyawisata menuju ke ternpat-tempat pabrik, ke suatu percetakan, musium bersejarah dan ke panti asuhan. Biasanya diadakan terlebih dahulu kontak atau hubungan dengan pimpinan instansi bersangkutan, dan menetapkan waktu pelaksanaannya.

4.      Mempersiapkan segala perangkat atau peralatan yang diperlukan dalam perjalanan.

5.      Bila diperlukan bentuklah tim panitia pelaksana karyawisata. Yang bertugas mengkoordinir dan bertanggung jawab penuh terhadap pelaksanaan karyawisata dan keamanan.

6.      Membuat tata tertib yang harus ditaati, merencanakan waktu yang tepat, rencana biaya dan sebagainya jauh-jauh hari sebelumnya.

7.      Mendiskusikan hasil karyawisata, serta merumuskan follow up dan hasil karyawisata. Misalnya dengan membuat laporan dan karangan ilmiah.

8.      Perlu berhati-hati agar pelaksanaan metode ini tidak hanya merupakan piknik belaka.[20]

 

Sedangkan menurut Armai Arief, dalam penggunaan metode karyawisata ini ada langkah-langkah yang harus dipersiapkan agar pelakanaan karyawisata berjalan dengan lancar, yaitu:

1.      Pendahuluan :

        Pada tahap ini guru harus mulai merencanakan tujuan sementara karya wisata, kemudian mengadakan kujungan pertama (survey) untuk memperoleh gambaran umum tentang objek yag hendak dikunjungi. Jika hasil survey yang dilakukan baik, maka guru harus mulai menyusun program yang antara lain:

a.       Tujuan karya wisata (misalnya untuk menyumbangkan tenaga kerja, materi atau untuk mempelajari sesuatau)

b.      Pembagian objek kunjungan menjadi sub-objek disesuaikan dengan bahan yang dibutuhkan agar pelaksanaannya lebih efisien dan efektif.

c.       Pembentukan kelompok peserta.

d.      Menyusun jadwal acara dengan jelas dan terperinci.

e.       Penyusunan tata tertib yang harus dipatuhi oleh semua peserta.

 

2.      Pelaksanaan

        Disaat kegiatan karya wisata berlangsung, siswa harus bisa berperan aktif sementara guru hanya bertindak sebagai pembimbing agar acara tersebut dapat dilaksanakaan seefesien mungkin, oleh karena itu kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan pada point ini adalah sebagai berikut:

a.       Siswa aktif melaksanakan tugasnya masing-masing.

b.      Selama siswa melaksanakan kegiatan, guru bertugas memberikan bimbingan, pengawasan, memberikan motivasi dan mengajukan pertanyaan.

c.       Pengolahan data sementara

d.      Penyusunan laporan yang dirumuskan melalui hasil-hasil pelaksanaan acara. Dari kegiatan ini, guru dapat menilai kemajuan siswa dalam kunjungan tersebut

 

3.      Penutup

        Kegiatan yang dilakukan dalam langkah penutup adalah penilaian dan tindak lanjut (follow up). Penilaian sebaiknya dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru dan hal-hal yang perlu dinilai berkaitan dengan tujuan, partisipasi, kemajuan peserta, panitia dan guru.

        Setelah penilaian dilakukan perlu diadakan tindak lanjut dari kegiatan tersebut. Dan tahap ini guru ataupun murid bisa merencanakan pelaksanaan pameran tentang hasil karya wisata. Hal ini yang perlu dikerjakan dalam tahap ini ialah memberikan upacara terimakasih pada pihak-pihak yag ikut berpartisipasi dalam acara tersebut.[21]

BAB III

PENUTUP

A.    Simpulan

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa metode karya wisata merupakan cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau obyek yang bersejarah atau memiliki nilai pengetahuan untuk mempelajari dan meneliti sesuatu.

Metode karya wisata ini sangat berkaitan erat dengan ilmu psikologi dapat merupakan bentuk motivasi bagi siswa dalam pembelajaran. Sebagaimana diketahui bahwa motivasi sangatlah diperlukan bagi siswa dalam proses belajar mengajar. Karena dengan adanya motivasi belajar pada diri siswa maka diharapkan siswa akan menjadi lebih baik dalam mencapai prestasi.

 


 

DAFTAR PUSTAKA

An-Nakhrawie, Asrifin, Ringkasan Asbabu  Nuzul, Surabaya: Ikhtiar, 2011.

Anwar, Rosihon, Ulum al-Qur’an, Bandung: Pustaka Setia, 2013.

Arif, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2002.

As’ad, “Metode Mengajar dalam Al-Qur’an Kajian Surat An-Nahl ayat 125” dalam Jurnal Al-Irsyad, 2018, vol.VIII, no.1.

Daradjat, Zakiyah, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2001.

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: Diponegoro, 2010.

Fathurrohman, Pupuh dan M. Sobry Sutikna, Strategi Belajar Mangajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan konsep Islam, Bandung: Refika Aditama, 2010

Usman, Ulumul Qur’an,  Yogyakarta: Teras, 2009.

Yuniar, Tanti, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Agung Media Mulia, tt.

Yusuf, Taya dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995.

 

Web:

http://www.jabbarsabil.com

https://tafsirweb.com



[1] Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Diponegoro, 2010), hlm. 337.

[2] Rosihon Anwar, Ulum al-Qur’an, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), hlm. 60.

[3] Asrifin An-Nakhrawie, Ringkasan Asbabu  Nuzul, (Surabaya: Ikhtiar, 2011), hlm.4.

[4] Rosihon Anwar, Ulum al-Qur’an..., hlm. 60-61.

[5] Rosihon Anwar, Ulum al-Qur’an..., hlm. 61.

[6] Usman, Ulumul Qur’an,  (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm. 107.

[9] As’ad, “Metode Mengajar dalam Al-Qur’an Kajian Surat An-Nahl ayat 125” dalam Jurnal Al-Irsyad, 2018, vol.VIII, no.1, hlm.92.

[10] Zakiyah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hlm.164.

[11] Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikna, Strategi Belajar Mangajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan konsep Islam, (Bandung: Refika Aditama, 2010), hlm.62.

[12] TayaYusuf dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), hlm.84-85.

[13] Tanti Yuniar, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Agung Media Mulia, tt), hlm. 417.

[14] Tanti Yuniar, Kamus Bahasa Indonesia ..., hlm. 19.

[15] Zakiyah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam..., hlm.255.

[16] Zakiyah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam..., hlm.256.

[17] As’ad, “Metode Mengajar dalam Al-Qur’an Kajian Surat An-Nahl ayat 125”..., , hlm.92.

[18] Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya..., hlm. 263.

[19] TayaYusuf dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab..., hlm.85-86.

[20] TayaYusuf dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab..., hlm.86-87.

[21] Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm.169-171.


0 comments:

Posting Komentar

 
 
Blogger Templates