Social Icons

Senin, 03 Juni 2024

POLITIK PENDIDIKAN KONTEMPORER POLITIK PENDIDIKAN ISLAM DI NEGARA IRAK

 

POLITIK PENDIDIKAN KONTEMPORER

POLITIK PENDIDIKAN ISLAM DI NEGARA IRAK

 

A.    Sejarah Negara Irak

Secara historis Irak dikenal sebagai Mesopotamia, yang secara harafiah berarti "di antara dua sungai " dalam bahasa Yunani. Tanah ini menjadi tempat kelahiran peradaban pertama dunia yang dikenal, budaya Sumeria, diikuti dengan budaya AkkadiaBabilonia dan Asyur yang pengaruhnya meluas ke daerah-daerah tetangganya sejak sekitar 5000 SM. Peradaban-peradaban ini menghasilkan tulisan tertua dan sebagian dari ilmu pengetahuan,  matematika, hukum dan filsafat yang pertama di dunia, hingga menjadikan wilayah ini pusat dari apa yang umumnya dikenal sebagai "Buaian  Peradaban." Peradaban Mesopotamia kuno mendominasi peradaban-peradaban lainnya pada zamannya.

Pada abad ke-6 SM, wilayah ini menjadi bagian dari Kekaisaran Persia di bawah Koresy Agung selama hampir 4 abad, sebelum ditaklukkan oleh Alexander Agung dan tetap berada di bawah kekuasaan Kerajaan Makedonia selama hampir dua abad. Sebuah suku bangsa Iran dari Asia Tengah yang bernama Parthia kemudian merebut wilayah ini, diikuti dengan Dinasti Sassanid Persia selama 9 abad, hingga abad ke-7.

Di awal abad ke-7Islam menyebar ke daerah yang sekarang bernama Irak. Sepupu sekaligus menantu Nabi Muhammad, yaitu Ali bin Abi Thalib memindahkan ibu kota di Kufah "fi al-Iraq" di mana ia menjadi Khulafaur Rasyidin yang ke-4. Bani Umayyah yang berkuasa dari Damaskus pada abad ke-7 menguasai Provinsi Irak. Baghdad, ibu kota Khilafah Abbasiyah, adalah kota utama bagi dunia Arab dan Islam selama 5 abad.[1]

Irak merupakan sebuah kawasan yang subur yang terletak didaerah lembah sungai Eufrat dan Tigris. Irak berpotensi menjadi sebuah Negara terkaya di dunia, karena cadangan minyak bumi nomer dua terbesar di dunia dan gas alamnya yang melimpah. Sebelum menginvasi Iran pada tahun 1980, tidak kurang dari 95% nilai export Irak bersandar pada minyak.

Irak adalah sebuah negara yang memiliki sejarah peradaban yang sangat panjang. Bahkan, peradaban yang ada di Irak merupakan salah satu peradaban tertua di dunia. Saat ini, sejarah peradaban, warisan arkeologi serta kekayaan budaya yang terdapat dinegeri itu merupakan hal yang tidak bernilai bagi dunia. Wilayah Irak adalah tempat hidup dan singgahnya peradaban-peradaban besar didunia. Di wilayah itulah, tiga peradaban besar pernah saling berebut pengaruh. Ketiga peradaban itu adalah Islam, Persia, dan Romawi.[2]

Saddam Husein adalah Salah seorang presiden Irak yang banyak memberi pengaruh terhadap Irak, pada 1972 Saddam menasionalisasi banyak perusahaan minyak yang dipegang oleh pihak asing. Tindakan itu bertujuan menghapus monopoli Barat atas Irak sekaligus mengembalikan kekayaan Irak kepada Rezim yang berkuasa

Saddam menciptakan sebuah sistem pertahanan dalam negeri yang mampu menangkal dan melibas setiap usaha kudeta dari golongan mayoritas Syiah ataupun Kurdi. Sistem pertahanan itu, bertitik berat pada pembangunan militer. Hal itulah yang membuat Irak di bawah pemerintahan Saddam terkenal dengan sebutan “Repubulic of Fear”.[3]

Pada tahun 2003 transformasi politik yang terbesar di Amerika ialah invasi AS ke Irak dan aksi pendudukan yang dilakukannya atas negara itu. Perang dilegalisasikan dengan tuduhan Saddam Hussein memiliki bom nuklir dan senjata penghancur massal serta berkolaborasi dengan kelompok teror Al Qaeda. Setelah berbulan-bulan melakukan perang propaganda yang luas terhadap Saddam, akhirnya pada tanggal 20 Maret 2003, AS menyerang Irak. Dalam kurun waktu 21 hari, pasukan AS berhasil menaklukkan Baghdad. Serangan AS dan Inggris ke Irak tidak mendapatkan restu dari Dewan Keamanan PBB, meski Washington dan London telah melakukan berbagai tekanan terhadap lembaga tersebut.

AS di bawah kepemimpinan George W. Bush telah menumbangkan rezim Irak dan menduduki sebuah negara anggota PBB. Aksi sepihak AS tersebut, merupakan tantangan terbesar yang dihadapi PBB untuk mempertahankan piagam organisasi dunia ini. Paruh kedua tahun 2003 merupakan ajang perang seru yang dihadapi pasukan Amerika di Irak. Dalam tempo ini lebih dari 400 tentara Amerika dan Inggris tewas di negeri 1001 malam itu. Penangkapan Saddam pada penghujung tahun 2003, tidak berhasil meredam aksi gerilya terhadap pasukan pendudukan di Irak.[4]

B.     Politik Pendidikan Islam Di Negara Irak

1.       Kebijkan Pendidikan Islam Di Irak Pada Masa Kejayaan Islam

Telah diketahui bahwa periode Abbasiyah adalah era baru dan identik dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Dari segi pendidikan, ilmu pengetahuan termasuk science, kemajuan peradaban dan kultur pada zaman ini bukan identik sebagai masa keemasan Islam, akan tetapi era ini mengukur dengan kemajuan peradaban  dunia. Sejak khalifah Al-Mansur memerintah, karena dari ancaman luar terutama  dari kaum syiah  dan rawandiah, maka pusat pemerintahan pindah ke Baghdad. Pindahnya ibukota negara ini dari Byzantium-damaskus  kesasaniah Baghdad, merupakan kota yang memiliki kebudayaan paling tinggi dan sudah lebih dahulu mencapai tingkat ilmu pengetahuan yang lebih tinggi dari pada wilayah syam. Kebijakan-kebijkan yang diterapkan ketika masa ini antara lain yiatu:

a.       Banyaknya cendikian yang diangkat menjadi pegawai pemerintah dan istana para khalifah abbasiyah, misalnya Mansur banyak mengangkat pegawai pemerintah dari cendikiawan-cendikiawan di Persia.

b.      Diakuinya Mazhab Mu’tazilah sebagai mazhab resmi Negara pada masa Al-Ma’mun. Mu’tazilah adalah aliran yang mengajarkan kemerdekaan dan kebebasan  berfikir kepada manusia. Aliran ini berkembang pada awal dinasti Abbasiyah yang banyak memajukan kegiatan Intelektual dengan lebih menggunakan rasio baik dalam penerjemahan ilmu-ilmu luar maupun memadukan dengan ajaran Islam. Inilah faktor jasa mereka memelihara Yunani dan selanjutnya dikembangkan melalui Kairo, dan selanjutnya ditransfer  melalui pusat-pusat kegiatan Eropa Barat Daya seperti sevile, Cardova, al-Hamra dan sebagainya.

c.       Menerjemahkan buku-buku dari bahasa asing (Yunani,Syiria Ibrani, Persia, India, Mesir, dan lain-lain) ke dalam bahasa Arab. Buku-buku yang diterjemahkan meliputi ilmu kedokteran, mantiq (logika), filsafat, aljabar, pesawat, ilmu ukur, ilmu alam, ilmu kimia, ilmu hewan, dan ilmu falak. Pengetahuan keagamaan seperti fikih, usul fikih, hadis, mustalah hadis, tafsir, dan ilmu bahasa semakin berkembang karena di zaman Bani Umayyah usaha ini telah dirintis. Pada masa ini muncul ulama-ulama terkenal seperti Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’I, Imam Hambali, Imam Bukhari, Imam Muslim, Hasan Al Basri, Abu Bakar Ar Razy, dan lain-lain.

d.      Didirikanya Baitul Hikmah, Baitul Hikmah merupakan perpustakaan yang  berfungsi sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan. Pada masa Abbasiyah institusi ini diperluas penggunaannya. Baitul Hikmah, sudah dirintis oleh khalifah Harun al-Rasyid, menjadi pusat segala kegiatan keilmuan. Pada masa Harun al-Rasyid institusi ini bernama khizanah al-Hikmah (Khazanah Kebijaksanaan) yang berfungsi sebagai sebagai perpustakaan dan pusat penelitian. Di lembaga ini baik muslim maupun non muslim bekerja mengalih bahasakan sebagai naskah kuno dan menyusun berbagai penjelasan.

e.       Kurikulum yang dikembangkan dalam pendidikan Islam saat itu, yaitu: Pertama, kurikulum pendidikan tingkat dasar yang terdiri dari pelajaran membaca, menulis, tata bahasa, hadist, prinsip-prinsip dasar Matematika dan pelajaran syair. Ada juga yang menambahnya dengan mata pelajaran nahwu dan cerita-cerita. Ada juga kurikulum yang dikembangkan sebatas menghapal Al-Quran dan mengkaji dasar-dasar pokok agama. Kedua, kurikulum pendidikan tinggi. Pada pendidikan tinggi, kurikulum sejalan dengan fase dimana dunia Islam mempersiapkan diri untuk memperdalam masalah agama, menyiarkan dan mempertahankannya. Akan tetapi bukan berarti pada saat itu, yang diajarkan melulu agama, karena ilmu yang erat kaitannya dengan agama seperti bahasa, sejarah, tafsir dan hadis juga diajarkan.[5]

2.      Kebijkan Pendidikan Islam Di Irak Pada Masa Sekarang

Karakteristik pendidikan di Irak dapat dikatakan sebagai bentuk lembaga bercorak nasionalistik, dan progresif. Sebagai institusi pendidikan nasionalistik, maksudnya adalah untuk menumbuhkan kesadaran nasionalisme bagi generasi muda bangsa, untuk menarik kembali tradisi Irak sebagai pusat kemajuan kebudayaan Arab dimasa lampau, dan mendorong masa depannya demi kesejahteraan manusia. Adapun demokratis, maksudnya adalah memberikan kesempatan yang sama dalam pendidikan bagi setiap masyarakat tanpa mengenal kelas dan ras. Sementara itu, progresif maksudnya adalah mengikuti perkembangan dan kemajuan zaman.[6]

a.       Kebijkan Tentang Kurikulum Pendidiakan

Sistem perjenjangan pendidikan di Irak tersusun dalam 3 tingkat, yaitu 6 tahun tingkat sekolah dasar serta 5 tahun sekolah menengah yang terbagi atas dua bagian, yakni 3 tahun pertama untuk sekolah menengah dan 2 tahun berikutnya untuk sekolah menengah lanjutan.

Kurikulum pada sekolah lanjutan pertama meliputi mata pelajaran agama, bahasa arab, bahasa inggris, matematika, biologi, fisika, kimia, olahraga, dan menggambar. Pada sekolah lanjutan tingkat kedua terdapat kursus khusus untuk siswa perempuan tentang pengasuhan anak. Adapun program pelajaran untuk siswa laki-laki terbagi dalam tiga bagian, yaitu sains, niaga, dan sastra.  Pendidikan dasar wajib diikuti dan berlangsung selam 6 tahun, jika muridnya berhasil. Seluruh irak memberlakukan kurikulum standar meskipun berbagai upaya telah dilakukan untuk menyediakan pelatihan pertanian secara praktis disekolah-sekolah dasar pedesaan. Namun karater kurikulum yang amat berorientasi tradisional dan banyak waktu pelajaran dikelas yang dihabiskan untuk belajar bahasa arab klasik, kajian alqur’an dan islam, penanaman cara berpikir yang benar, cita-cita tinggi, serta rasa identitas dan kesetiaan bangsa yang kuat.

Pola pengajaranya sebagian besar merepresentasikan fakta yang harus dihafal oleh siswa tanpa daya kritis. Ujian menjadi amat penting. Keberhasilan siswa pada jenjang dasar, juga jenjang lanjutan, hampir seluruhnya ditentukan oleh hasil ujian Bacaloriat yang diadakan diseluruh negeri dan dilaksanakan pada akhir sekolah dasar yaitu pada waktu kelas enam.

Meskipun kehidupan konservatif masih tetap bertahan bagi kebanyakan keluarga muslim (terutama didaerah pedesaan) mereka menghindari berkembangnya co-education di Irak, kecuali ketika berada ditingkat universitas. Lebih dari sepertiga SD yang ada menerapkan koedukasi. Kebanyakan sekolah ini adalah sekolah prempuan yang terletak di kota besar dengan staf pengajar perempuan, dan disitu sedikit murid laki-laki yang diterima atau sebaliknya sekolah lelaki yang berada di kota, yang terlalu kecil lahanya  untuk menampung dua jenis sekolah dasar, atau sekolah tanpa guru perempuan yang menjadi staf pengajar bagi sekolah perempuan. Dengan demikian, dibeberapa daerah koedukasi terjadi karena kondisi “terpaksa”.

Kurikumlum pada setiap sekolah menengah dibuat menurut kebutuhan niaga tetapi berbagai upaya dilakukan untuk memelihara keseimbangan yang baik antara studi teoretis dan amplikasi praktis dalam ilmu pengetahuan. Korikulum komirsial (niaga)meliputi pelatihan accounting, hukum dagang, aritmatika, surat menyurat, ekonomi, mengetik dan bahasa inggris. Dalam hubungannya dengan pelajaran umum kurikulum pertanian sama dengan ekonomi keluarga dan ekonomi industri, yakni bahwa para murid di ketiga jurusan tersebut diberi latar belakang yang kuat dalam mata pelajaran budaya umum, seperti agama, bahasa arab, bahasa inggris, pengetahuan umum dan matematika, serta pertolongan pertama dan kesehatan. Mata pelajaran khusus bagi murid pertanian meliputi teori dan praktek produksi tanaman dan hewan, tanah, irigasi, pengolahan sawah dan ekonomi. Pada lulusan sekolah kejuruan menerima serifikas tanda lulus menengah. Banyak diantaranya melanjutkan disekolah tinggi akutansi dan adminitrasi bisnis, sekolah tinggi pertania, atau sekolah tinggi perempuan di universitas bagdad atau keinstitut teknik sipil tinggi dalam ilmu sosial, menteri kesehatan mengatur pelajaran perawatan selama tiga tahun bagi para murid yang telah menyeleesaikan pendidikan intermediante.[7]

b.      Kebijkan Tentang Anggran Pendidikan

Pada pendidikan di Irak diatur dalam undang-undang pendidikan umum No.57 tahun 1940. Adminitrasi pendidikannya ditangani dan berada di bawa wewenang secara sentral oleh kementrian pendidikan yang menjadi anggota dewan menteri yang bertanggung jawab langsung kepada parlemen. Menteri, deputi menteri, dan Direktorat Jenderal Menteri dari Dewan Pendidikan melakukan supervisi langsung, pengawasan, dan adminitrasi semua lembaga pendidikan termasuk beberapa sekolah swasta yang mengikuti ketentuan kurikulum pemerintah, menetapkan kebijakan pendidikan; melakukan review dan menyetujui anggaran; menetapkan sendiri kurikulum dan buku teksnya; serta mengangkat semua tenaga pengajar dan adminitrasi. Tiap provinsi irak memiliki direktur pendidikan sendiri yang berhak mengatur urusan adminitrasi pendidikan secara local. Sejak tahun 1968 ada upaya memberikan kewenangan kepada provinsi agar lebih bertanggung jawab dengan jalan pemberian tugas adminitrasi yang bersifat desentralisasi, khususnya pada jejang pendidikan dasar.

Pendidikan umum di irak diberikan secara Cuma-Cuma untuk semua tingkat, biaya seluruhnya ditanggung oleh negara. Hampir 60 % anggaran pendidikan dibiayai oleh menteri pendidikan dan 40 %nya berasal dari kontribusi menteri perencanaan. Sekitar 25% APBN-nya disediakan untuk dana pendidikan.

c.       Kebijkan tentang Kelembagaan Pendidikan

Pada tahun 1951 tanggung jawab untuk memimpin sekolah dasar dipindahkan dari Departemen Pendidikan ke pemerintah local (tingkat provinsi) di negara tersebut. Langkah desentralisasi pendidikan ini bertujuan untuk memberikan peluang pada daerah agar dapat lebih berpatisipasi dalam bidang pendidikan. Kementerian pendidikan merasakan bahwa tanggung jawab utamanya adalah memperluas pendidiak dasar sesegera mungkin, mengingat terdapat 40% anak usia sekolah yang masih belum terdaftar. Walaupun pembangunan gedung sekolah baru belum memenuhi kebutuhan bagi pendidikan, lebih dari 1.500 gedung SD telah dibangun sejak tahun 1964. Program pemerintah yang bertujuan untuk memperluas pendidikan dasar telah berhasil. Hal itu telah tampak fakta bahwa pada pertengan tahun 1960-an terdapat 85% anak laki-laki dan 38 persen anak perempuan usia sekolah dasar yang telah tedaftar. 

Pendidikan swasta memaikan peran penting, tetapi kian merosok pengaruhnya di irak dibawah undang-undang Irak, para orang tua dilarang mengirim putra putrinya masuk ke sekolah dasar swasta. Akibatnya lembaga pendidikan swasta di irak hanya ada pada level menengah atau tinggi. Sekolah swasta Irak dan sekolah asing umumnya mengikuti kurikulum pemerintah dan harus sesui dengan pengaturan negara tentang kualifikasi guru, buku teks, dan ujian. Sekoalah swasta  memberi penekan lebih pada bahasa asing dan berkosentrasi pada pelajaran bahasa inggri meskipun begitu, bahasa pengantar di semua sekolah dasar dan menengah di irak menggunakan bahasa arab. Adapun bahasa inggris diajarkan sebagai bahasa kedua ditingkat lima hingga sebelas.  Setelah perang Arab-Israel pada tahun 1967, sekolah tinggi baghdad yang diselenggarakan oleh kaum Jesuit, yakni sekolah persiapan (preparatory) dan universitas al-hikmah di ambil alih oleh pemerinta irak. Sekolah Jesuit pun disingkirkan. Walaupun saat ini dikelolah oleh universitas Baghdad, sekolah-sekolah tersebut tetap menggunakan pengantar bahasa inggris.

d.      Kebijakan Tentang Guru

Agar dapat melatih ribuan guru, dibutuhkan staf sekoalah dasar (primary), menengah (intermediante), dan persiapan (preparatory). Itulah sebabnya menteri pendidikan telah membuka sejumlah institute pelatihan guru, lebih dari 30 sekolah menawarkan kuliah 3 tahun bagi lulusan  sekolah menengah yang hendak mengajar di sekolah dasar. Lulusan sekolah persipan juga bisa melengkapi kuliahnya hanya dalam waktu 2 tahun. Kurikulumnya meliputi sejumlah mata pelajaran akademik umum dan kuliah khusus pedagogis.

Di akhir tahun para mahasiswa melakukan latihan mengajar dibawah pengawasan ketat para guru yang berpengalaman. Pelatihan bagi para guru sekolah mengah  dilayani di institute tinggi pelatiahan guru yang sekarang telah menjadi bagian universitas Baghdad. Para guru sekolah persiapan di rekrut dari kalangan lulusan sekolah tinggi pendidikan dan seklolah tinggi perempuan di baghdad. Akan tetapi, gelar B.A atau B.S, dari sekolah tinggi lain juga dipandang telah memenuhi kualifikasi mengajar di tingkat sekolah persiapan. Sekolah tinggi seni di universitas di Baghdad melatih para guru sekolah dasar, menengah, dan pesipan dalam program 3 tahun. institut tehnik tinggi di Baghdad menyediakan kuliah pelatihan guru selama 4 tahun bagi guru sekolah tehnik dan kejuruan. Pembelajaran tahun kelima dalam pelatihan ini diberikan melalui metode praktik mengajar disekolah-sekolah tersebut, yang bisa di ambil oleh mahasiswa pilihan.[8]

 

 

 

 

 

 


 

C.    Simpulan

Irak merupakan sebuah kawasan yang subur yang terletak didaerah lembah sungai Eufrat dan Tigris. Irak berpotensi menjadi sebuah Negara terkaya di dunia, karena cadangan minyak bumi nomer dua terbesar di dunia dan gas alamnya yang melimpah. Sebelum menginvasi Iran pada tahun 1980, tidak kurang dari 95% nilai export Irak bersandar pada minyak. Irak adalah sebuah negara yang memiliki sejarah peradaban yang sangat panjang. Bahkan, peradaban yang ada di Irak merupakan salah satu peradaban tertua di dunia.

Ada beberapa kebijakan-kebijkan pendidikan Islam di Irak pada masa kejayaan Islam, antara lain yiatu:

1.      Banyaknya cendikian yang diangkat menjadi pegawai pemerintah dan istana para khalifah abbasiyah.

2.      Diakuinya Mazhab Mu’tazilah sebagai mazhab resmi Negara pada masa Al-Ma’mun.

3.      Menerjemahkan buku-buku dari bahasa asing (Yunani,Syiria Ibrani, Persia, India, Mesir, dan lain-lain) ke dalam bahasa Arab.

4.      Didirikanya Baitul Hikmah atau perpustakaan.

 

Adapun kebijkan pendidikan Islam di Irak pada masa sekarang diantaranya adalah:

1.      Kebijkan tentang kurikulum pendidiakan

2.      Kebijkan tentang anggran pendidikan

3.      Kebijkan tentang Kelembagaan Pendidikan

4.      Kebijakan Tentang Guru

 

 


 

DAFTAR PUSTAKA

Assegaf, Abd. Rachman, Internasionalisasi Pendidikan, Yogyakarta: Gama Media, 2003.

Sukarwo, Wirawan, Tentara bayaran AS di Irak : sebuah konspirasi neoliberal AS untuk memimpin dunia,  Jakarta: Gagas Media, 2009.

Zuhairini dan Moh. Kasiran,  Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Depag, 1985.

https://id.wikipedia.org/wiki/Irak

www.voaindonesia.com


[1] https://id.wikipedia.org/wiki/Irak diakses tanggal 4 Maret 2020

[2] Wirawan Sukarwo, Tentara bayaran AS di Irak : sebuah konspirasi neoliberal AS untuk memimpin dunia,  (Jakarta: Gagas Media, 2009), hlm. 68-69

[3] Ibid, hlm. 68-69

[4] www.voaindonesia.com diakses tanggal 5 Maret 2020

[5] Zuhairini dan Moh. Kasiran,  Sejarah Pendidikan Islam, ( Jakarta: Depag, 1985), hlm.88

[6] Abd. Rachman Assegaf, Internasionalisasi Pendidikan, (Yogyakarta: Gama Media, 2003), hlm. 89.

[7] Ibid, hlm. 91-92.

[8] Ibid, hlm. 95-96.

0 comments:

Posting Komentar

 
 
Blogger Templates