POLITIK PENDIDIKAN KONTEMPORER
POLITIK PENDIDIKAN ISLAM DI NEGARA IRAK
A. Sejarah
Negara Irak
Secara historis Irak dikenal
sebagai Mesopotamia, yang secara harafiah berarti "di
antara dua sungai " dalam bahasa Yunani. Tanah ini menjadi tempat
kelahiran peradaban pertama dunia yang dikenal, budaya Sumeria, diikuti dengan budaya Akkadia, Babilonia dan Asyur yang pengaruhnya meluas ke
daerah-daerah tetangganya sejak sekitar 5000 SM. Peradaban-peradaban ini
menghasilkan tulisan tertua dan sebagian
dari ilmu pengetahuan, matematika, hukum dan filsafat yang pertama di dunia,
hingga menjadikan wilayah ini pusat dari apa yang umumnya dikenal sebagai
"Buaian Peradaban." Peradaban Mesopotamia kuno mendominasi
peradaban-peradaban lainnya pada zamannya.
Pada abad ke-6 SM, wilayah ini menjadi bagian
dari Kekaisaran Persia di bawah Koresy Agung selama hampir 4 abad,
sebelum ditaklukkan oleh Alexander Agung dan tetap berada di bawah
kekuasaan Kerajaan Makedonia selama hampir dua abad.
Sebuah suku bangsa
Iran dari Asia Tengah yang
bernama Parthia kemudian merebut wilayah
ini, diikuti dengan Dinasti Sassanid Persia selama 9 abad,
hingga abad
ke-7.
Di awal abad ke-7, Islam menyebar ke daerah yang sekarang
bernama Irak. Sepupu sekaligus menantu Nabi Muhammad, yaitu Ali bin Abi Thalib memindahkan ibu kota di Kufah "fi
al-Iraq" di mana ia menjadi Khulafaur Rasyidin yang ke-4. Bani Umayyah yang berkuasa dari Damaskus pada abad ke-7 menguasai
Provinsi Irak. Baghdad, ibu kota Khilafah Abbasiyah, adalah kota utama bagi dunia
Arab dan Islam selama 5 abad.[1]
Irak merupakan sebuah kawasan yang
subur yang terletak didaerah lembah sungai Eufrat dan Tigris. Irak berpotensi
menjadi sebuah Negara terkaya di dunia, karena cadangan minyak bumi nomer dua
terbesar di dunia dan gas alamnya yang melimpah. Sebelum menginvasi Iran pada
tahun 1980, tidak kurang dari 95% nilai export Irak bersandar pada minyak.
Irak adalah sebuah negara yang
memiliki sejarah peradaban yang sangat panjang. Bahkan, peradaban yang ada di
Irak merupakan salah satu peradaban tertua di dunia. Saat ini, sejarah
peradaban, warisan arkeologi serta kekayaan budaya yang terdapat dinegeri itu
merupakan hal yang tidak bernilai bagi dunia. Wilayah Irak adalah tempat hidup
dan singgahnya peradaban-peradaban besar didunia. Di wilayah itulah, tiga
peradaban besar pernah saling berebut pengaruh. Ketiga peradaban itu adalah
Islam, Persia, dan Romawi.[2]
Saddam Husein adalah Salah seorang
presiden Irak yang banyak memberi pengaruh terhadap Irak, pada 1972 Saddam
menasionalisasi banyak perusahaan minyak yang dipegang oleh pihak asing.
Tindakan itu bertujuan menghapus monopoli Barat atas Irak sekaligus
mengembalikan kekayaan Irak kepada Rezim yang berkuasa
Saddam menciptakan sebuah sistem
pertahanan dalam negeri yang mampu menangkal dan melibas setiap usaha kudeta
dari golongan mayoritas Syiah ataupun Kurdi. Sistem pertahanan itu, bertitik
berat pada pembangunan militer. Hal itulah yang membuat Irak di bawah
pemerintahan Saddam terkenal dengan sebutan “Repubulic of Fear”.[3]
Pada tahun 2003 transformasi
politik yang terbesar di Amerika ialah invasi AS ke Irak dan aksi pendudukan
yang dilakukannya atas negara itu. Perang dilegalisasikan dengan tuduhan Saddam
Hussein memiliki bom nuklir dan senjata penghancur massal serta berkolaborasi
dengan kelompok teror Al Qaeda. Setelah berbulan-bulan melakukan perang
propaganda yang luas terhadap Saddam, akhirnya pada tanggal 20 Maret 2003, AS
menyerang Irak. Dalam kurun waktu 21 hari, pasukan AS berhasil menaklukkan
Baghdad. Serangan AS dan Inggris ke Irak tidak mendapatkan restu dari Dewan
Keamanan PBB, meski Washington dan London telah melakukan berbagai tekanan
terhadap lembaga tersebut.
AS di bawah kepemimpinan George W. Bush telah menumbangkan rezim
Irak dan menduduki sebuah negara anggota PBB. Aksi sepihak AS tersebut,
merupakan tantangan terbesar yang dihadapi PBB untuk mempertahankan piagam
organisasi dunia ini. Paruh kedua tahun 2003 merupakan ajang perang seru yang
dihadapi pasukan Amerika di Irak. Dalam tempo ini lebih dari 400 tentara Amerika
dan Inggris tewas di negeri 1001 malam itu. Penangkapan Saddam pada penghujung
tahun 2003, tidak berhasil meredam aksi gerilya terhadap pasukan pendudukan di
Irak.[4]
B. Politik
Pendidikan Islam Di Negara Irak
1.
Kebijkan
Pendidikan Islam Di Irak Pada Masa Kejayaan Islam
Telah diketahui bahwa periode
Abbasiyah adalah era baru dan identik dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Dari
segi pendidikan, ilmu pengetahuan termasuk science, kemajuan peradaban dan
kultur pada zaman ini bukan identik sebagai masa keemasan Islam, akan tetapi
era ini mengukur dengan kemajuan peradaban dunia. Sejak khalifah
Al-Mansur memerintah, karena dari ancaman luar terutama dari kaum
syiah dan rawandiah, maka pusat pemerintahan pindah ke Baghdad.
Pindahnya ibukota negara ini dari Byzantium-damaskus kesasaniah
Baghdad, merupakan kota yang memiliki kebudayaan paling tinggi dan sudah lebih
dahulu mencapai tingkat ilmu pengetahuan yang lebih tinggi dari pada wilayah
syam. Kebijakan-kebijkan yang diterapkan ketika masa ini antara lain yiatu:
a.
Banyaknya
cendikian yang diangkat menjadi pegawai pemerintah dan istana para khalifah
abbasiyah, misalnya Mansur banyak mengangkat pegawai pemerintah dari
cendikiawan-cendikiawan di Persia.
b.
Diakuinya
Mazhab Mu’tazilah sebagai mazhab resmi Negara pada masa Al-Ma’mun. Mu’tazilah
adalah aliran yang mengajarkan kemerdekaan dan kebebasan berfikir
kepada manusia. Aliran ini berkembang pada awal dinasti Abbasiyah yang banyak
memajukan kegiatan Intelektual dengan lebih menggunakan rasio baik dalam penerjemahan
ilmu-ilmu luar maupun memadukan dengan ajaran Islam. Inilah faktor jasa mereka
memelihara Yunani dan selanjutnya dikembangkan melalui Kairo, dan selanjutnya
ditransfer melalui pusat-pusat kegiatan Eropa Barat Daya seperti
sevile, Cardova, al-Hamra dan sebagainya.
c.
Menerjemahkan
buku-buku dari bahasa asing (Yunani,Syiria Ibrani, Persia, India, Mesir, dan
lain-lain) ke dalam bahasa Arab. Buku-buku yang diterjemahkan meliputi ilmu
kedokteran, mantiq (logika), filsafat, aljabar, pesawat, ilmu ukur, ilmu alam,
ilmu kimia, ilmu hewan, dan ilmu falak. Pengetahuan keagamaan seperti fikih,
usul fikih, hadis, mustalah hadis, tafsir, dan ilmu bahasa semakin berkembang
karena di zaman Bani Umayyah usaha ini telah dirintis. Pada masa ini muncul
ulama-ulama terkenal seperti Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’I, Imam
Hambali, Imam Bukhari, Imam Muslim, Hasan Al Basri, Abu Bakar Ar Razy, dan
lain-lain.
d.
Didirikanya
Baitul Hikmah, Baitul Hikmah merupakan perpustakaan yang berfungsi
sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan. Pada masa Abbasiyah institusi ini
diperluas penggunaannya. Baitul Hikmah, sudah dirintis oleh khalifah Harun
al-Rasyid, menjadi pusat segala kegiatan keilmuan. Pada masa Harun al-Rasyid
institusi ini bernama khizanah al-Hikmah (Khazanah Kebijaksanaan) yang
berfungsi sebagai sebagai perpustakaan dan pusat penelitian. Di lembaga ini
baik muslim maupun non muslim bekerja mengalih bahasakan sebagai naskah kuno
dan menyusun berbagai penjelasan.
e.
Kurikulum
yang dikembangkan dalam pendidikan Islam saat itu, yaitu: Pertama, kurikulum
pendidikan tingkat dasar yang terdiri dari pelajaran membaca, menulis, tata
bahasa, hadist, prinsip-prinsip dasar Matematika dan pelajaran syair. Ada juga
yang menambahnya dengan mata pelajaran nahwu dan cerita-cerita. Ada juga kurikulum
yang dikembangkan sebatas menghapal Al-Quran dan mengkaji dasar-dasar pokok
agama. Kedua, kurikulum pendidikan tinggi. Pada pendidikan tinggi, kurikulum
sejalan dengan fase dimana dunia Islam mempersiapkan diri untuk memperdalam
masalah agama, menyiarkan dan mempertahankannya. Akan tetapi bukan berarti pada
saat itu, yang diajarkan melulu agama, karena ilmu yang erat kaitannya dengan
agama seperti bahasa, sejarah, tafsir dan hadis juga diajarkan.[5]
2.
Kebijkan
Pendidikan Islam Di Irak Pada Masa Sekarang
Karakteristik pendidikan di Irak
dapat dikatakan sebagai bentuk lembaga bercorak nasionalistik, dan progresif.
Sebagai institusi pendidikan nasionalistik, maksudnya adalah untuk menumbuhkan
kesadaran nasionalisme bagi generasi muda bangsa, untuk menarik kembali tradisi
Irak sebagai pusat kemajuan kebudayaan Arab dimasa lampau, dan mendorong masa
depannya demi kesejahteraan manusia. Adapun demokratis, maksudnya adalah
memberikan kesempatan yang sama dalam pendidikan bagi setiap masyarakat tanpa
mengenal kelas dan ras. Sementara itu, progresif maksudnya adalah mengikuti
perkembangan dan kemajuan zaman.[6]
a.
Kebijkan
Tentang Kurikulum Pendidiakan
Sistem perjenjangan pendidikan di Irak tersusun dalam 3 tingkat,
yaitu 6 tahun tingkat sekolah dasar serta 5 tahun sekolah menengah yang terbagi
atas dua bagian, yakni 3 tahun pertama untuk sekolah menengah dan 2 tahun
berikutnya untuk sekolah menengah lanjutan.
Kurikulum pada sekolah lanjutan pertama meliputi mata pelajaran
agama, bahasa arab, bahasa inggris, matematika, biologi, fisika, kimia,
olahraga, dan menggambar. Pada sekolah lanjutan tingkat kedua terdapat kursus
khusus untuk siswa perempuan tentang pengasuhan anak. Adapun program pelajaran
untuk siswa laki-laki terbagi dalam tiga bagian, yaitu sains, niaga, dan sastra. Pendidikan
dasar wajib diikuti dan berlangsung selam 6 tahun, jika muridnya berhasil.
Seluruh irak memberlakukan kurikulum standar meskipun berbagai upaya telah
dilakukan untuk menyediakan pelatihan pertanian secara praktis
disekolah-sekolah dasar pedesaan. Namun karater kurikulum yang amat
berorientasi tradisional dan banyak waktu pelajaran dikelas yang dihabiskan
untuk belajar bahasa arab klasik, kajian alqur’an dan islam, penanaman cara
berpikir yang benar, cita-cita tinggi, serta rasa identitas dan kesetiaan
bangsa yang kuat.
Pola pengajaranya sebagian besar merepresentasikan fakta yang harus
dihafal oleh siswa tanpa daya kritis. Ujian menjadi amat penting. Keberhasilan
siswa pada jenjang dasar, juga jenjang lanjutan, hampir seluruhnya ditentukan
oleh hasil ujian Bacaloriat yang diadakan diseluruh negeri dan
dilaksanakan pada akhir sekolah dasar yaitu pada waktu kelas enam.
Meskipun kehidupan konservatif masih tetap bertahan bagi kebanyakan
keluarga muslim (terutama didaerah pedesaan) mereka menghindari
berkembangnya co-education di Irak, kecuali ketika berada ditingkat
universitas. Lebih dari sepertiga SD yang ada menerapkan koedukasi. Kebanyakan
sekolah ini adalah sekolah prempuan yang terletak di kota besar dengan staf
pengajar perempuan, dan disitu sedikit murid laki-laki yang diterima atau
sebaliknya sekolah lelaki yang berada di kota, yang terlalu kecil
lahanya untuk menampung dua jenis sekolah dasar, atau sekolah tanpa
guru perempuan yang menjadi staf pengajar bagi sekolah perempuan. Dengan demikian,
dibeberapa daerah koedukasi terjadi karena kondisi “terpaksa”.
Kurikumlum pada setiap sekolah menengah dibuat menurut
kebutuhan niaga tetapi berbagai upaya dilakukan untuk memelihara keseimbangan
yang baik antara studi teoretis dan amplikasi praktis dalam ilmu pengetahuan.
Korikulum komirsial (niaga)meliputi pelatihan accounting, hukum
dagang, aritmatika, surat menyurat, ekonomi, mengetik dan bahasa inggris. Dalam
hubungannya dengan pelajaran umum kurikulum pertanian sama dengan ekonomi keluarga
dan ekonomi industri, yakni bahwa para murid di ketiga jurusan tersebut diberi
latar belakang yang kuat dalam mata pelajaran budaya umum, seperti agama,
bahasa arab, bahasa inggris, pengetahuan umum dan matematika, serta pertolongan
pertama dan kesehatan. Mata pelajaran khusus bagi murid pertanian meliputi
teori dan praktek produksi tanaman dan hewan, tanah, irigasi, pengolahan sawah
dan ekonomi. Pada lulusan sekolah kejuruan menerima serifikas tanda lulus
menengah. Banyak diantaranya melanjutkan disekolah tinggi akutansi dan
adminitrasi bisnis, sekolah tinggi pertania, atau sekolah tinggi perempuan di
universitas bagdad atau keinstitut teknik sipil tinggi dalam ilmu sosial,
menteri kesehatan mengatur pelajaran perawatan selama tiga tahun bagi para
murid yang telah menyeleesaikan pendidikan intermediante.[7]
b.
Kebijkan
Tentang Anggran Pendidikan
Pada pendidikan di Irak diatur dalam undang-undang pendidikan umum
No.57 tahun 1940. Adminitrasi pendidikannya ditangani dan berada di bawa
wewenang secara sentral oleh kementrian pendidikan yang menjadi anggota dewan
menteri yang bertanggung jawab langsung kepada parlemen. Menteri, deputi
menteri, dan Direktorat Jenderal Menteri dari Dewan Pendidikan melakukan
supervisi langsung, pengawasan, dan adminitrasi semua lembaga pendidikan
termasuk beberapa sekolah swasta yang mengikuti ketentuan kurikulum
pemerintah, menetapkan kebijakan pendidikan;
melakukan review dan menyetujui anggaran; menetapkan sendiri
kurikulum dan buku teksnya; serta mengangkat semua tenaga pengajar dan adminitrasi.
Tiap provinsi irak memiliki direktur pendidikan sendiri yang berhak mengatur
urusan adminitrasi pendidikan secara local. Sejak tahun 1968 ada upaya
memberikan kewenangan kepada provinsi agar lebih bertanggung jawab dengan jalan
pemberian tugas adminitrasi yang bersifat desentralisasi, khususnya pada jejang
pendidikan dasar.
Pendidikan umum di irak diberikan secara Cuma-Cuma untuk semua
tingkat, biaya seluruhnya ditanggung oleh negara. Hampir 60 % anggaran
pendidikan dibiayai oleh menteri pendidikan dan 40 %nya berasal dari kontribusi
menteri perencanaan. Sekitar 25% APBN-nya disediakan untuk dana pendidikan.
c.
Kebijkan
tentang Kelembagaan Pendidikan
Pada tahun 1951 tanggung jawab untuk memimpin sekolah dasar
dipindahkan dari Departemen Pendidikan ke pemerintah local (tingkat provinsi)
di negara tersebut. Langkah desentralisasi pendidikan ini bertujuan untuk
memberikan peluang pada daerah agar dapat lebih berpatisipasi dalam bidang
pendidikan. Kementerian pendidikan merasakan bahwa tanggung jawab utamanya
adalah memperluas pendidiak dasar sesegera mungkin, mengingat terdapat 40% anak
usia sekolah yang masih belum terdaftar. Walaupun pembangunan gedung sekolah
baru belum memenuhi kebutuhan bagi pendidikan, lebih dari 1.500 gedung SD telah
dibangun sejak tahun 1964. Program pemerintah yang bertujuan untuk memperluas
pendidikan dasar telah berhasil. Hal itu telah tampak fakta bahwa pada
pertengan tahun 1960-an terdapat 85% anak laki-laki dan 38 persen anak
perempuan usia sekolah dasar yang telah tedaftar.
Pendidikan swasta memaikan peran penting, tetapi kian merosok
pengaruhnya di irak dibawah undang-undang Irak, para orang tua dilarang
mengirim putra putrinya masuk ke sekolah dasar swasta. Akibatnya lembaga
pendidikan swasta di irak hanya ada pada level menengah atau tinggi. Sekolah
swasta Irak dan sekolah asing umumnya mengikuti kurikulum pemerintah dan harus
sesui dengan pengaturan negara tentang kualifikasi guru, buku teks, dan ujian.
Sekoalah swasta memberi penekan lebih pada bahasa asing dan berkosentrasi
pada pelajaran bahasa inggri meskipun begitu, bahasa pengantar di semua sekolah
dasar dan menengah di irak menggunakan bahasa arab. Adapun bahasa inggris
diajarkan sebagai bahasa kedua ditingkat lima hingga
sebelas. Setelah perang Arab-Israel pada tahun 1967, sekolah tinggi
baghdad yang diselenggarakan oleh kaum Jesuit, yakni sekolah persiapan
(preparatory) dan universitas al-hikmah di ambil alih oleh pemerinta irak.
Sekolah Jesuit pun disingkirkan. Walaupun saat ini dikelolah oleh universitas
Baghdad, sekolah-sekolah tersebut tetap menggunakan pengantar bahasa inggris.
d.
Kebijakan
Tentang Guru
Agar dapat melatih ribuan guru, dibutuhkan staf sekoalah dasar
(primary), menengah (intermediante), dan persiapan (preparatory). Itulah
sebabnya menteri pendidikan telah membuka sejumlah institute pelatihan guru,
lebih dari 30 sekolah menawarkan kuliah 3 tahun bagi lulusan sekolah
menengah yang hendak mengajar di sekolah dasar. Lulusan sekolah persipan juga
bisa melengkapi kuliahnya hanya dalam waktu 2 tahun. Kurikulumnya meliputi
sejumlah mata pelajaran akademik umum dan kuliah khusus pedagogis.
Di
akhir tahun para mahasiswa melakukan latihan mengajar dibawah pengawasan ketat
para guru yang berpengalaman. Pelatihan bagi para guru sekolah
mengah dilayani di institute tinggi pelatiahan guru yang sekarang
telah menjadi bagian universitas Baghdad. Para guru sekolah persiapan di rekrut
dari kalangan lulusan sekolah tinggi pendidikan dan seklolah tinggi perempuan
di baghdad. Akan tetapi, gelar B.A atau B.S, dari sekolah tinggi lain juga
dipandang telah memenuhi kualifikasi mengajar di tingkat sekolah persiapan.
Sekolah tinggi seni di universitas di Baghdad melatih para guru sekolah dasar,
menengah, dan pesipan dalam program 3 tahun. institut tehnik tinggi di Baghdad
menyediakan kuliah pelatihan guru selama 4 tahun bagi guru sekolah tehnik dan
kejuruan. Pembelajaran tahun kelima dalam pelatihan ini diberikan melalui
metode praktik mengajar disekolah-sekolah tersebut, yang bisa di ambil oleh
mahasiswa pilihan.[8]
C. Simpulan
Irak merupakan sebuah kawasan yang subur yang
terletak didaerah lembah sungai Eufrat dan Tigris. Irak berpotensi menjadi
sebuah Negara terkaya di dunia, karena cadangan minyak bumi nomer dua terbesar
di dunia dan gas alamnya yang melimpah. Sebelum menginvasi Iran pada tahun
1980, tidak kurang dari 95% nilai export Irak bersandar pada minyak. Irak
adalah sebuah negara yang memiliki sejarah peradaban yang sangat panjang.
Bahkan, peradaban yang ada di Irak merupakan salah satu peradaban tertua di
dunia.
Ada beberapa kebijakan-kebijkan pendidikan Islam di Irak pada masa
kejayaan Islam, antara lain yiatu:
1.
Banyaknya
cendikian yang diangkat menjadi pegawai pemerintah dan istana para khalifah
abbasiyah.
2.
Diakuinya
Mazhab Mu’tazilah sebagai mazhab resmi Negara pada masa Al-Ma’mun.
3.
Menerjemahkan
buku-buku dari bahasa asing (Yunani,Syiria Ibrani, Persia, India, Mesir, dan
lain-lain) ke dalam bahasa Arab.
4.
Didirikanya
Baitul Hikmah atau perpustakaan.
Adapun kebijkan pendidikan Islam di Irak pada masa sekarang diantaranya
adalah:
1.
Kebijkan
tentang kurikulum pendidiakan
2.
Kebijkan
tentang anggran pendidikan
3.
Kebijkan
tentang Kelembagaan Pendidikan
4.
Kebijakan
Tentang Guru
DAFTAR PUSTAKA
Assegaf, Abd. Rachman, Internasionalisasi
Pendidikan, Yogyakarta: Gama Media, 2003.
Sukarwo, Wirawan, Tentara bayaran AS di Irak :
sebuah konspirasi neoliberal AS untuk memimpin dunia,
Jakarta: Gagas Media, 2009.
Zuhairini
dan Moh. Kasiran, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Depag, 1985.
https://id.wikipedia.org/wiki/Irak
[1] https://id.wikipedia.org/wiki/Irak diakses tanggal 4 Maret 2020
[2] Wirawan Sukarwo, Tentara bayaran AS di Irak : sebuah konspirasi neoliberal
AS untuk memimpin dunia,
(Jakarta: Gagas Media, 2009), hlm. 68-69
[3] Ibid, hlm. 68-69
[4] www.voaindonesia.com
diakses tanggal 5 Maret 2020
[5] Zuhairini dan Moh. Kasiran, Sejarah Pendidikan
Islam, ( Jakarta: Depag, 1985), hlm.88
[6] Abd. Rachman Assegaf, Internasionalisasi
Pendidikan, (Yogyakarta: Gama Media, 2003), hlm. 89.
[7] Ibid, hlm. 91-92.
[8] Ibid, hlm. 95-96.
0 comments:
Posting Komentar