Social Icons

Selasa, 28 Februari 2017

PSIKOLOGI, PERKEMBANGAN

BAB I
PENDAHULUAN
A.              Latar Belakang
Dalam kehidupan anak ada dua proses yang beroperasi secara kontinu, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Banyak orang yang menggunakan istilah pertumbuhan dan perkembangan secara bergantian. Kedua proses ini berlangsung secara interdependensi, artinya saling bergantung satu sama lain. Kedua proses ini tidak bisa dipisahkan dalam bentuk-bentuk yang secara pilah berdiri sendiri-sendiri, akan tetapi bisa dibedakan untuk maksud lebih memperjelas penggunaannya.
Karena pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dilihat dari tahapan tersebut memiliki kesinambungan yang begitu erat dan penting untuk dibahassama dengan faktor-faktor dasar perkembangan peserta didik perlu diketahui agar perkembangan peserta didik dapat diketahui oleh pengajar seperti emosional, kecerdasan, sosial dan bahasa dapat dikembangkan kearah yang lebih baik lagi.
B.       Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan perkembangan?
2.      Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan?
3.      Apa saja periodesasi dan dan ciri perkembangan?
4.      Bagaimana perkembangan menurut perspektif Islam?
5.      Apakah yang dimaksud dengan perkembangan psiko-fisik jiwa?
6.      Apakah hubungan perkembangan dengan proses belajar?

C.       Tujuan Pembahasan
1.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan perkembangan.
2.      Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan.
3.      Untuk mengetahui apa saja periodesasi dan dan ciri perkembangan.
4.      Untuk mengetahui bagaimana perkembangan menurut perspektif Islam.
5.      Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan perkembangan psiko-fisik jiwa.
6.      Untuk mengetahui hubungan perkembangan dengan proses belajar.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi Perkembangan

Perkembangan dapa diartikan sebagai perubahan yang sistematis, progresif, dan berkesinambungan dalam diri seseorang sejak lahir hingga akhir hayatnya.
Perkembangan juga dapat didefinisikan  sebagai pemunculan hal yang baru.[1] Atau bisa juga diartikan sebagai suatu perubahan-perubahan yang dialami oleh individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya yang berlangsung secara sistematis, dan berkesinambungan.[2]
Pengertian sistematis dalam pengertian diatas adalah bahwa perubahan dalam perkembangan itu bersifat saling bergantung dan memengaruhi antara satu bagian dan bagian lainnya, baik fisik maupun psikis, dan merupakan satu kesatuan yang harmonis. Sebagai contoh, kempuan jalan seseorang terjadi seiring dengan kesiapan otot-otot kaki. Contoh lain adalah kemampuuan berbicara. Kemampuan ini sejalan dengan tingkat perkembangan intelektual atau kognitifnya.
Adapun pengertian progresif adalah perubahan yang terjadi bersifat maju, meningkat dan meluas, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Sebagai contoh, perubahan proporsi dan ukuran fisik seseorang dari pendek menjadi tinggi dan dari kecil menjadi besar. Contoh lain adalah perubahan pengetahuan dan keterampilan seseorang dari sederhana sampai kepada yang rumit.
Pengertian berkesinambungan adalah perubahan pada bagian atau fungsi organisme seseorang berlangsung secara beraturan atau berurutan. Sebagai contoh kemampuan berdiri didahului oleh tahapan perkembangan sebelumnya, yaitu kemampuan duduk dan merangkak.
Salah satu aspek pokok dari perkembangan adalah pertumbuhan (growth), yaitu proses berlangsungnya sejumlah perubahan jasmani pada diri seseorang dengan meningkatnya umur, sampai kejasmanian telah terbentuk sepenuhnya. Pertumbuhan berlangsung sejak terjadi pembuahan dan menyumbangkan struktur jasmaniah yang memungkinkan perkembangan mental/psikis, yang meliputi aspek perkembangan kognitif, perkembangan konatif, perkembangan afektif, perkembangan sosial, dan perkembangan motorik.
Perkembangan kognitif meliputi peningkatan pengetahuan serta pemahaman, yang sering juga disebut perkembangan intelektual, dan perluasan kemampuan berbahasa. Sebagai contoh, seorang anak mulai mengenal benda-benda tertentu yang dapat dipakai sebagai tempat duduk. Kemudian, anak ini mulai mengerti bahwa ada variasi ukuran dan warna sebuah benda itu dengan sejumlah ciri yang sama antara benda-benda itu. Dengan demikian, anak memperoleh suatu konsep yang mencakup semua benda itu dan mengenal serta menggunakan kata yang menjadi namanya, yaitu kursi.
Perkembangan intelektual atau peningkatan pengetahuan dikaitkan dengan cara anak memperoleh, mengolah, dan mengorganisasi informasi dalam berbagai tahap perkembangannya. Jean Piaget adalah pelopor penelitian tentang fase-fase cara berfikir anak selama tahun-tahun perkembangannya sampai ia mampu berfikir menurut cara orang dewasa.
Piaget menyebutkan bahwa perkembangan intelektual bersumber pada dua kecenderungan dasar, yaitu kecenderungan untuk mengadakan organisasi dan kecenderungan untuk beradaptasi. Kecenderungan yang pertama mengandung kemampuan untuk menghubungkan unsur yang satu dengan unsur yang lain, sehingga tercipta satuan-satuan yang bermakna dan lahirlah strukur-struktur yang semakin kompleks. Sebagai contoh mula-mula seorang bermain dengan seekor kucing dan seekor kelinci yang sama-sama berwarna putih. Kemudian, anak tersebut berkenalan dengan binatang-binatang lain yang sama berwarna putih, namun ada yang berkaki empat dan berkaki dua. Lambat laun, anak tersebut melihat kesamaan antara semua hewan itu dalam hal berwarna putih,  dalam hal berkaki empat dan berkaki dua, dan iapun mengangkap perbedaan antara berwarna putih dan berwarna hitam umpamanya. Akhirnya, terbentuklah satuan-satuan atau struktur yang bersifat mental dalam alam pikirannya. Satuan atau struktur mental itu oleh Paiget disebut skema. Lama-kelamaan, orang muda akan memiliki sejumlah skema yang mewakili objek-objek yang dihadapi dan memungkinkan untuk berfikir tentnag orang, benda, dan kejadian dalam kehidupan sehari-hari.    
Kecenderungan yang kedua (adaptasi) mengandung kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Adaptasi ini berlangsung dalam dua cara, yaitu asimilasi dan akomodasi. Dalam asimilasi, seorang anak misalnya menerapkan skema yangdimiliki terhadap objek baru yang dihadapinya sehingga pengalaman baru dapat diberi tempat dalam keseluruhan dunia mental yang sudah dibangun sendiri. Contohnya adalah seorang anak menjumpai seekor kucing yang bulunya lebat dan panjang. Ia belum pernah melihat kucing dari jenis itu, tetapi ia dapat menempatkan dalam skema kucing yang telah dimilikinya berdasarkan ciri-ciri yang menonjol. Dalam akomodasi, anak mengubah skema yang dimilikinya karena objek baru yang dijumpainya tidak diberi tempat, skema yang ada tidak cocok. Misalnya, anak kecil berjumpa dengan seekor domba yang berbulu putih seperti kucing, namun badannya lebih besar dari kucing dan suaranya berbeda. Pengalaman barunya ini tidak bermakna baginya kalau akan diberi tempat dalam skema kucing. Ia harus menciptakan struktur mental yang baru atau membuat skema baru yang diberi nama domba.[3]

B.     Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan diantaranya adalah:
1.      Faktor Turunan (Warisan)
Turunan memiliki peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Ia lahir ke dunia ini membawa berbagai ragam warisan yang berasal dari kedua ibu-bapak atau nenek dan kakek. Warisan (turunan atau pembawaan) tersebut yang terpenting, antara lain bentuk tubuh, raut muka, warna kulit, inteligensi, bakat, sifat-sifat atau watak dan penyakit.
Warisan atau turunan yang dibawa anak sejak dari kandungan sebagian besar berasal dari kedua orang tuanya dan selebihnya berasal dari nenek moyangnyadari kedua belah pihak (ibu dan ayahnya).
a.       Bentuk tubuh dan warna kulit
 Salah satu warisan yang dibawa oleh anak sejak lahir adalah mengenai bentuk tubuh dan warna kulit. Misalnya ada anak yang memiliki bentuk tubuh gemuk seperti ibunya, wajah seperti ayahnya, rambut keriting dan berwarna kulit putih seperti ibunya.
b.      Sifat-sifat
Sifat-sifat yang dimiliki oleh seseorang adalah salah satu aspek yang diwarisi dari ibu, ayah, atau nenek dan kakek. Bermacam-macam sifat yang dimiliki manusia, misalnya: penyabar, pemarah, kikir, pemboros, hemat dan sebagainya.
c.       Inteligensi
Inteligensi adalah kemampuan yang bersifat umum untuk mengadakan penyesuaian terhadap suatu situasi atau masalah. Kemampuan yang bersifat umum tersebut meliputi berbagai jenis kemampuan psikis seperti: memahami, mengingat, berbahasa dan sebagainya.
d.      Bakat
Bakat adalah kemampuan khusus yang menonjol diantara berbagai jenis kemampuan yang dimiliki seseorang. Kemampuan khusus itu biasanya berbentuk keterampilan atau suatu bidang ilmu, misalnya kemampuan khusus (bakat) dalam bidang seni musik, seni suara, olahraga, matematika, bahasa, ekonomi, tehnik, keguruan, sosial, agama dan sebagainya.
e.       Penyakit atau cacat tubuh
Beberapa penyakit atau cacat tubuh bisa berasal dari turunan, seperti penyakit kebutaan, syaraf, dan luka yang sulit kering (darah yang terus mengalir). Penyakit yang dibawa sejak lahir akan terus mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak.

2.      Faktor Lingkungan
Lingkungan sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Lingkungan adalah keluarga yang mengasuh dan membesarkan anak, sekolah tempat mendidik, masyarakat tempat anak bergaul juga bermain sehari-hari dan keadaan alam sekitar dengan iklimnya, flora, dan faunanya.
Besar kecilnya pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan dan perkembangannya tergantung pada keadaan lingkungan anak itu sendiri serta jasmani dan rohaninya.
a.       Keluarga
Keluarga tempat anak diasuh dan dibesarkan berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangannya, terutama keadaan ekonomi rumah tangga serta tingkat kemampuan orang tua dalam merawat yang sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan jasmani anak. Contohnya anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga berada umumnya sehat dan cepat pertumbuhan badannya dibandingkan dengan anak dari keluarga yang tak mampu(miskin.)
b.      Sekolah
Sekolah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak terutama untuk kecerdasaanya. Contohnya anak yang tamat dari sekolah tinggi akan berbeda pola pikirnya dengan orang yang tidak bersekolah.
c.       Masyarakat
Masyarakat adalah lingkungan tempat tinggal anak. Anak-anak yang dibesarkan di kota berbeda pola pikirnya dengan anak desa. Anak kota umumnya lebih bersikap dinamis dan aktif bila dibandingkan dengan anak desa yang cenderung bersikap statis dan lamban.
d.      Keadaan alam sekitar
Keadaan alam sekitar tempat anak tinggal juga berpengaruh bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Keadaan alam sekitar adalah lokasi tempat anak bertempat tinggal , di desa atau di kota, tepi pantai atau pegunungan, desa terpencil atau dekat ke kota. Sebagai contoh, anak desa lebih suka terhadap keadaan yang tenang atau agak sepi, sedangkan anak kota menginginkan keadaan yang ramai.[4]

C.    Periodesasi dan ciri perkembangan
1.      Periodesasi Perkembangan
Yang di maksud dengan Periodesasi perkembangan yaitu pembagian seluruh masa perkembangan seseorang ke dalam periode-periode tertentu. Pendapat-pendapat mengenai periodesasi perkembangan secara garis besar dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu:
a.       Periodesasi Biologis
Sekelompok ahli dalam membuat penahapan mendasarkan diri pada keadaan atau proses biologis tertentu, diantara yang berpendapat demikian misalnya Aristoteles, dan Maria Montessori
1)      Menurut Aristoteles
Aristoteles membagi masa perkembangan anak sejak lahir sampai dewasa itu dalam tiga tahap yang masing-masing lamanya tujuh tahun.
Tahap I              : Umur 0 -7 tahun, disebut fase anak kecil atau masa bermain. Fase ini diakhiri dengan pergantian gigi.
  Tahap II             : Umur 7-14 tahun, disebut fase anak sekolah atau masa belajar yang dimulai dari tumbuhnya gigi. Periodesasi perkembangan ini diakhiri ketika kelenjar kelamin mulai berfungsi.
Tahap III         : Umur 14 -21 tahun, disebut fase remaja atau masa pubertas, yakni masa peralihan dari anak-­anak  menjadi dewasa. Periode ini dimulai sejak berfungsinya kelenjar kelamin sampai seorang anak memasuki usia dewasa.[5]
2)      Menurut Maria Montessori
Dalam menentukan periodesasi perkembangan, Maria Montessori mendasarkan atas kebutuhan vital seseorang, yang menurutnya ditandai dengan usaha menyibukkan diri pada hal-hal tertentu. Motessori mengemukakan empat periode perkembangan, yaitu:
a)      Periode I, umur 0 -7 tahun, adalah periode penangkapan dan pengenalan dunia luar melalui alat panca indera.
b)      Periode II, umur 7-12 tahun, adalah periode abstrak, di mana anak mulai mampu menilai perbuatan manusia atas dasar konsepsi baik dan buruk, atau dengan kata lain ia telah mampu mengabstraksikan nilai-­nilai kehidupan.
c)      Periode III, umur 12 -18 tahun, adalah periode penemuan diri dan kepekaan, saat seorang anak telah menyadari keberadaannya di tengah masyarakat.
d)     Periode IV, umur 18 tahun ke atas, adalah periode pendidikan tinggi, saat seseorang telah matang memasuki alam kehidupan sebagai orang dewasa.[6]

b.      Periodesasi Didaktis
Maksudnya adalah pembagian periode perkembangan atas dasar klasifikasi waktu, materi, dan cara pendidikan untuk anak-anak pada masa tertentu. Yang dimaksud tinjauan  ini adalah dari segi keperluan/materi apa kiranya yang tepat diberikan anak didik pada masa-masa tertentu, serta memikirkan tentang kemungkinan metode yang paling efektif untuk diterapkan di dalam mengajar atau mendidik anak pada masa tersebut.
Menurut Comenius dipandang dari segi pendidikan, pendidikan yang lengkap bagi seseorang berlangsung dalam empat jenjang, yaitu:
1)      Sekolah ibu (scola materna), untuk anak-anak umur 0-6 tahun.
2)      Sekolah bahasa ibu (scola vernacula), untuk anak-anak umur 6-12 tahun.
3)      Sekolah latin (scola latins), untuk remaja umur 12-18 tahun.
4)      Akademi (academia), untuk pemuda-pemuda umur 18-24 tahun, saat ini seseorang memasuki perguruan tinggi

c.       Periodesasi Psikologis
Periodesasi psikologis, maksudnya adalah pembagian masa perkembangan atas dasar keadaan dan ciri-ciri khas kejiwaan anak pada periode tertentu. Para ahli membahas gejala perkembangan jiwa anak, berorientasi dari sudut pandang  psikologis, mereka tidak lagi mendasarkan pada sudut biologis atau didaktis lagi. Sehingga mengembalikan permasalahan kejiwaan dalam kedudukannya yang murni.
Pembagian semacam ini, antara lain ialah:
1)      Menurut Oswald Kroh
Dengan menitikberatkan terjadinya kegoncangan psikis pada diri seseorang. Kroh menyusun periodesasi perkembangan sebagai berikut:
a)      Umur 0 - 3 tahun, disebut masa trots (kegoncangan) pertama, atau masa kanak-kanak awal.
b)      Umur 3 - 13 tahun, disebut masa trots kedua, yaitu masa keserasian anak untuk memasuki sekolah.
c)      Umur 13 - akhir remaja, disebut masa trots ketiga, atau masa kematangan seseorang.

2)      Menurut J. Havighurst
Berpangkal dari analisis perubahan psikis seseorang, menurut Havighurst, periodesasi perkembangan dapat disusun sebagai berikut:
a)      Umur 0 - 6 tahun, adalah masa infancy and early childhood, masa bayi dan masa anak kecil.
b)      Umur 6 - 12 tahun, adalah masa middle childhood, masa kanak-kanak, atau masa sekolah.
c)      Umur 12 - 18 tahun, adalah masa adolescence, atau masa remaja.
d)     Umur 18 - 30 tahun, adalah masa early adulthood, yaitu masa dewasa awal.
e)      Umur 30 - 50 tahun, adalah masa middle age, atau masa setengah baya, masa dewasa lanjut.
f)       Umur 50 tahun keatas, adalah masa old age, yaitu masa lanjut usia, atau masa tua.

2.      Ciri-ciri Perkembangan
Secara umum, ciri-ciri perkembangan adalah:
a.       Terjadinya perubahan dalam aspek fisik (misalnya tinggi dan berat badan) dan aspek psikis (misalnya bertambahnya perbendaharaan kata dan matangnya kemampuan berpikir)
b.      Terjadinya perubahan dalam proporsi menyangkut aspek fisik (proporsi tubuh anak sesuai dengan fase perkembangannya) dan aspek fpsikis (misalnya perubahan imajinasi dari fantasi menuju realitas)
c.       Menghilangnya tanda-tanda fisik dan psikis yang lama (misalnya hilangnya rambut-rambut halus dan gigi gusi, hilangnya masa mengoceh dan merangkak)[7]
d.      Diperolehnya tanda-tanda baru, baik fisik (misalnya pergantian gigi) maupun psikis (misalnya berkembangnya rasa ingin tahu)[8]

D.    Perkembangan menurut perspektif Islam
Perkembangan menurut Islam memiliki kesamaan objek studi dengan psikologi perkembangan pada umumnya, yaitu proses pertumbuhan dan perubahan manusia. jika psikologi perkembangan membatasi penelitiannya dari konsepsi sampai kematian, maka perkembangan menurut perspektif Islam dapat memperluas ruang lingkup penelitiannya pada kehidupan yang bersifat transedental, termasuk kehidupan setelah mati. Dan secara fundamental memandang manusia sesuai dengan citranya sebagai khalifah Allah di muka bumi, seperti yang diterangkan dalam Alquran dan hadist. Jadi perkembangan menurut perspektif Islam merupakan kajian atas proses pertumbuhan dan perubahan manusia yang menjadikan Alquran dan Hadist sebagai landasan berpikirnya.


E.     Perkembangan psiko-fisik siswa
   Sebagian ahli menganggap perkembangan sebagai proses yang berbeda dari pertumbuhan. Menurut mereka, berkembang itu tidak sama dengan tumbuh, begitupun sebaliknya. Perkembangan ialah proses perubahan kualitatif yang mengacu pada mutu fungsi organ-organ jasmaniah, bukan organ-organ jasmaniahnya itu sendiri. Dengan kata lain, penekanan arti perkembangan itu terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis yang disandang oleh organ-organ fisik. Perkembangan akan berlanjut terus hingga manusia mengakhiri hayatnya. Sementara itu, pertumbuhan hanya sampai manusia mencapai kematangan fisik.
Pembahasan mengenai perkembangan psiko-fisik siswa pada bagian ini akan memfokuskan pada proses-proses perkembangan yang dipandang memiliki keterkaitan langsung dengan kegiatan belajar siswa. Proses-proses perkembangan tersebut terdiri dari tiga, yaitu:
1.      Perkembangan fisik siswa (motor development)
Dalam psikologi, kata motor digunakan sebagai istilah yang menunjukkan pada hal, keadaan, dan kegiatan yang melibatkan otot-otot dan gerakan-gerakannya, juga kelenjar-kelenjar dan sekresinya (pengeluaran cairan/getah). Motor dapat pula dipahami sebagai segala keadaan yang meningkatkan atau menghasilkan stimulasi/rangsangan terhadap kegiatan organ-organ fisik.
Ada empat faktor yang yang mendorong kelanjutan perkembangan motor skills anak yang juga memungkinkan campur tangan orang tua dan guru dalam mengarahkannya, yaitu:
a.       Pertumbuhan dan perkembangan sistem syaraf (nervous system). Sistem syaraf adalah organ halus dalam tubuh yang terdiri atas struktur jaringan serabut syaraf yang sangat halus yang berpusat di central nervous system. Pertumbuhan syaraf dan perkembangan kemampuannya membuat intelegensi (kecerdasan) anak meningkat dan mendorong timbulnya pola-pola tingkah laku baru. Semakin baik perkembangan kemampuan sistem syaraf seorang anak akan semakin baik dan beraneka ragam pula pola-pola tingkah laku yang dimilikinnya. Namun uniknya, berbeda dengan organ tubuh lainnya, organ system apabila rusak tak dapat diganti atau tumbuh lagi.
b.      Pertumbuhan otot-otot. Otot adalah jaringan sel yang dapat berubah memanjang dan juga sekaligus merupakan unit atau kesatuan sel yang memiliki daya mengkerut. Di antara fungsi-fungsi pokoknya ialah sebagai pengikat organ-organ lainnya dan sebagai jaringan pembuluh yang mendistribusikan sari makanan (Reber, 1988). Peningkatan tonus (tegangan otot) anak dapat menimbulkan perubahan dan peningkatan aneka ragam kemampuan dan kekuatan jasmaniny. Perubahan ini tampak sangat jelas pada anak yang sehat dari tahun ke tahun dengan semakin banyaknya keterlibatan anak tersebut dalam permainan yang bermacam-macam atau dalam membuat kerajinan tangan semakin meningkat kualitasnya dari masa kemasa.
c.       Perkembangan dan perubahan fungsi kelenjar-kelenjar endokrin (endocrine glands). Kelenjar adalah alat tubuah yang menghasilkan cairan atau getah, seperti kelenjar keringat. Selanjutnya, kelenjar endokrin secara umum merupakan kelenjar dalam tubuh yang memproduksi hormon yang disalurkan ke seluruh bagian dalam tubuh melalui aliran darah.
d.      Perubahan struktur jasmani. Semakin meningkat usia anak akan semakin meningkat pula ukuran tinggi dan bobot serta proporsi (perbandingan bagian) tubuh pada umumnya. Perubahan jasmani ini akan banyak berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan dan kecakapan motor skills anak. Kecepatan berlari, kecepatan bergerak, kecermatan menyalin pelajaran, dan sebagainnya akan meningkat seiring dengan proses penyempuenaan struktur jasmani siswa.

2.      Perkembangan kognitif (cognitir development)
Sebagian besar psikolog terutama kognitivis (ahli psikologi kognitif) berkeyakinan bahwa proses perkembangan kognitif manusia mulai berlangsung sejak ia baru lahir. Bekal moral dasar perkembangan manusia, yakni kapasitas motor dan kapasitas sensori seperti yang telah diuraikan di muka, ternyata sampai batas tertentu, juga dipengaruhi oleh aktivitas ranah kognitif.
3.      Perkembangan sosial dan moral (social and moral development)
Dalam proses-proses perkembangan lainnya, proses perkembangan sosial dan moral siswa juga selalu berkaitan dengan proses belajar. Konsekuensinnya, kualitas proses belajar (khususnya belajar sosial) siswa tersebut, baik dilingkungan sekolah dan keluarga maupun dilingkungan yang lebih luas. Ini bermakna bahwa proses belajar itu amat menentukan kemampuan siswa dalam bersikap dan berperilaku sosial yang selaras dengan norma dan moral agama, moral tradisi, moral hukum, dan norma moral yang lainnya yang berlaku dalam masyarakat siswa yang bersangkutan.
Tokoh-tokoh psikologi telah banyak melakukan penelitian dan pengkajian perkembangan sosial anak-anak usia sekolah dasar dan menengah dengan penekanan khusus pada perkembangan moralitas mereka. Maksudnya, setiap perkembangan sosial anak selalu dihubungkan dengan perkembangan perilaku moral, yakni perilaku baik dan buruk menurut norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
F.     Hubungan perkembangan dengan proses belajar
Program pengajaran di sekolah yang baik adalah yang mampu memberikan dukungan  besar kepada para siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan mereka. Sehubungan dengan ini, setiap guru sekolah selayaknya memahami seluruh proses dan tugas perkembangan manusia, khususnya yang berkaitan dengan masa prayuwana dan yuwana, yakni anak-anak dan remaja yang duduk di sekolah-sekolah dasar dan menengah. Pengetahuan mengenai proses perkembangan dengan aspeknya itu sangat banyak manfaatnya, antara lain:
1.      Guru dapat memberikan layanan bimbingan yang tepat kepada para siswa, relevan dengan tingkat perkembangannya.
2.      Guru dapat mengantisipasi kemungkinan timbulnya kesulitan belajar siswa lalu segera mengambil langkah yang tepat untuk menanggulanginya.
3.      Guru dapat mempertimbangkan waktu yang tepat untuk memulai aktivitas proses mengajar-belajar bidang studi tertentu.
4.      Guru dapat menemukan dan menetapkan tujuan-tujuan pengajaran standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) untuk materi atau pokok bahasan yang akan disajikan.[9]
Ranah psikologis siswa yang terpenting adalah ranah kognitif. Ranah kejiwaan yang berkedudukan pada otak ini dalam perspektif psikologi kognitif adalah sumber sekaligus pengendali ranah-ranah kejiwaan lainnya, yakni ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
Tanpa ranah kognitif sulit dibayangkan seorang siswa dapat berikir. Selanjutnya, tanpa kemampuan berfikir mustahil siswa tersebut dapat memahami dan meyakini faidah materi-materi yang disajikan kepadanya. Tanpa berfikir pula sulit bagi siswa untuk menangkap pesan-pesan moral yang terkandung dalam materi pelajaran yang ia ikuti, termasuk pelajaran agama. Sedangkan fungsi afektif dan psikomotorik seorang siswa dipandang sebagai buah-buah keberhasilan atau kegagalan perkembangan dan aktifitas fungsi kognitif.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Perkembangan adalah suatu perubahan-perubahan yang dialami oleh individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya yang berlangsung secara sistematis, dan berkesinambungan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan diantaranya adalah faktor turunan (warisan) dan faktor lingkungan. Periodesasi perkembangan setidaknya terdiri atas tiga hal, yaitu: Periodesasi biologis, Periodesasi didaktis dan Periodesasi psikologis.















DAFTAR PUSTAKA
Fauzi, Ahmad, Psikologi Umum, Bandung: Pustaka Setia, 1997
Hartati, Netty, Islam dan Psikologi , Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005
Mahmud, Psikologi Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2012
Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010










[1] Ahmad Fauzi, Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 1997) hal. 72
[2] Netty Hartati, Islam dan Psikologi , (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005) hal. 13-14
[3] Mahmud, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2012) hal. 345-347
[4] Ahmad Fauzi, Psikologi Umum.....hal. 98-107
[5] Ahmad Fauzi, Psikologi Umum......hal. 79
[6] Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010) hal. 188-189
[7] Netty Hartati, Islam dan Psikologi....hal.15
[8] Mahmud, Psikologi Pendidikan....hal. 348
 

Sample Text

 
Blogger Templates